Pengertian Bank Syariah Prinsip Operasi Bank Syariah

1. Kegiatan bank berdasarkan syariah dapat dilakukan oleh Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat pasal 1 ayat1 2. Jika Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat sudah melakukan kegiatan bank berdasarkan syariah, ,maka dia tidak boleh lagi merangkap melakukan juga kegiata-kegiatan lainnya kegiatan konvensional pasal ayat 1 juncto pasal 6 3. Bank berdasarkan syariah melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip syaiat Islam pasal 2 ayat 1 4. Bagi hasil bagi penyediaan dana kepada masyarakat termasuk juga kegiatan jual- beli pasal 2 ayat 2 5. Bank berdasarkan syariah wajib mempunyai Dewan Pengawas Syariat. Dengan demikian dapat diketahui bahwa bank berdasarkan prinsip syariah di Indonesia telah ada sebelum di undangkannya Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, hal ini dapat dilihat dari ketentuan pasal 6 huruf m an pasal 13 huruf c Undang-undang No. 7 Tahun 1992, yang kemudian menjadi tonggak dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil.

B. Pengertian Perbankan Syariah, Prinsip Operasi Bank Syariah dan Pengelolaan Perbankan Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank syariah, atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariat hukum Islam. Menurut Universitas Sumatera Utara Schaik dalam bukunya yang berjudul Islamic Banking, bank Islam adalah sebuah bentuk dari bank modern yang didasarkan pada hukum Islam yang sah, dikembangkan pada abad pertama Islam, menggunakan konsep berbagi risiko sebagai metode utama, dan meniadakan keuangan berdasarkan kepastian serta keuntungan yang ditentukan sebelumnya. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan prinsip-prinsip syariah. 31

2. Prinsip Operasi Bank Syariah

Definisi Bank Syariah menurut Muhammad dan Donna dalam bukunya yang brjudul Variabel- variabel yang Mempengaruhi Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia adalah lembaga keuangan yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu-lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya sesuai dengan prinsip syariat Islam. Bank syariah dapat dilakukan melalui: 1. Bank Umum Syariah 2. Bank Perkreditan Rakyat Syariah BPRS 3. Islamic Windows, dan 4. Office Chanelling 31 Sudarsono , Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogiakarta: Penerbit Ekonisia, 2004 Universitas Sumatera Utara Bank umum syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prnsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum yang diperkenankan adalah perseroan terbatas atau PT, koperasi daerah 32 dengan modal disetor sekurang-kurangnya satu triliun rupiah. 33 a. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; Kegiatan usaha bank umum syariah Pasal 19 ayat 1 dan pasal 20 ayat 1 UU No. 21 Tahun 2008 meliput i: Pasal 19 ayat 1 antara lain: b. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; c. menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah, Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; d. menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam, Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; 32 Pasal 2 PBI No. 624PBI2004 Tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. 33 Pasal 4 PBI No. 735PBI2005 Tentang Perubahan atas PBI No. 624PBI2004 Tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah . Universitas Sumatera Utara e. menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; f. menyalurkan pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah danatau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; g. melakukan pengambilalihan hutang berdasarkan Akad hawalah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; h. melakukan usaha kartu debit danatau kartu pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah; i. membeli, menjual, atau menjamin atas risiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah, atau hawalah; j. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan oleh pemerintah danatau Bank Indonesia; k. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan Prinsip Syariah; l. melakukan Penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu Akad yang berdasarkan Prinsip Syariah; Universitas Sumatera Utara m. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah; n. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah; o. melakukan fungsi sebagai Wali Amanat berdasarkan Akad wakalah; p. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan Prinsip Syariah; dan q. melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 ayat 1, antara lain: a. melakukan kegiatan valuta asing berdasarkan Prinsip Syariah; b. melakukan kegiatan penyertaan modal pada Bank Umum Syariah atau lembaga keuangan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah; c. melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya; d. bertindak sebagai pendiri dan pengurus dana pension berdasarkan Prinsip Syariah; e. melakukan kegiatan dalam pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal; Universitas Sumatera Utara f. menyelenggarakan kegiatan atau produk bank yang berdasarkan Prinsip Syariah dengan menggunakan sarana elektronik; g. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka pendek berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar uang; h. menerbitkan, menawarkan, dan memperdagangkan surat berharga jangka panjang berdasarkan Prinsip Syariah, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pasar modal; dan i. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Umum Syariah lainnya yang berdasarkan Prinsip Syariah. Bank Perkreditan Rakyat Syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukumnya dapat berupa perseroan terbatas, koperasi atau perusahaan daerah. 34 1. Rp 2.000.000.000,- untuk di wilayah DKI Jakarta, Kab.Kota Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi Modal disetor Bank Perkreditan Rakyat syariah ditetapkan sebagai berikut: 2. Rp 1.000.000.000,- untuk diwilayah ibu kota provinsi di luar wilayah DKI Jakarta, Kab.Kota Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi 3. Rp 500.000.000,- untuk wilayah lain. 34 Pasal 2 PBI No. 617PBI2004 Tentang Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah Universitas Sumatera Utara Untuk kegiatan usaha Bank Perkreditan Rakyat Syariah menurut Pasal 21 UU No. 21 Tahun 2008 meliputi: a. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk: 1. Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; dan 2. Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; b. menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk: 1. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah atau musyarakah; 2. Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, salam, atau istishna’; 3. Pembiayaan berdasarkan Akad qardh; 4. Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; dan 5. pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah; c. menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk titipan berdasarkan Akad wadi’ah atau Investasi berdasarkan Akad mudharabah danatau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah; d. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan Nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Universitas Sumatera Utara yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional, dan UUS; dan e. menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan Bank Indonesia. Untuk Islamic windo ws, pengaturannya terdapat dalam perubahan Pasal 6 UU No. 21 Tahun 2008 menjadi awal bagi pembukaan kantor bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Dimana dalam Pasal 6 di tegaskan sebagai berikut: Pasal 6: 1 Pembukaan Kantor Cabang Bank Syariah dan UUS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia. 2 Pembukaan Kantor Cabang, kantor perwakilan, dan jenis-jenis kantor lainnya di luar negeri oleh Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia. 3 Pembukaan kantor di bawah Kantor Cabang, wajib dilaporkan dan hanya dapat dilakukan setelah mendapat surat penegasan dari Bank Indonesia. 4 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah tidak diizinkan untuk membuka Kantor Cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor lainnya di luar negeri. Universitas Sumatera Utara Sebelum berlakunya Undang-undang Perbankan Syariah Undang-undang No.21 Tahun 2008, pembukaan kantor cabang diatur dalam Pasal 13 ayat 1 PBI No. 83 PBI2006, yang menetapkan pembukaan tersebut ditetapkan dengan cara: 1. Pembukaan kantor cabang bank syariah dan unit usaha syariah hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia 2. Pembukaan kantor cabang, kantor perwakilan, dan jenis-jenis kantor lainnyadi luar negeri oleh bank umumkonvensional yang memiliki unit usaha syariah hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia 3. Pembukaan kantor dibawah kantor cabang wajib dilaporkan dan hanya dapat dilakukan setelah mendapat surat penegasan dari Bank Indonesia 4. Bank pembiayaan rakyat syariah tidak diizinkan untuk membuka kantor cabang, kantor perwakilan, dan jenis kantor lainnya di luar negeri. Adapun syarat pembukaan Islamic Windows berdasarkan pasal 14-16 PBI No.83PBI2006 adalah: 1. Menyisihkan modal kerja untuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, minimum untuk mengcover biaya operasional awal, antara lain sewa gedung, gaji karyawan, dan overhead coast 2. Memenuhi rasio kewajiban modal minimum bagi unit usaha syariah 3. Memiliki pencatatan dan pembukuan tersendiri untuk kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah 4. Menyusun laporan keuangan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah 5. Memasukkan laporan keuangan di atas dalam laporan keuangan gabungan Universitas Sumatera Utara 6. Wajib mencantumkan kata syariah pada setiap penulisan nama kantornya. Office channeling merupakan istilah yang diberikan guna menandai dimungkinkannya melakukan kegiatan usaha perbankan berdasarkan prinsip syariah dikantor cabang dan atau kantor cabang pembantu bank umum konvensional, sebelumnya praktek yag demikian tidak dimungkinkan. Praktik perbankan syariah tidak diperkenankan dilakukan bersama-sama dalam satu kantor yang berpraktek konvensional. Dalam PBI No.41PBI2002, dibuka kesempatan pada bank umum konvensional untuk membuka kantor cabang syariah dengan syarat yang cukup ketat, yaitu adanya pemisahan pembukuan, pemisahan modal, pemisahan pegawai, dan pemisahan keragaan ruangan. Disini ditetapkan bahwa pembukuan kantor kas dan kantor cabang pembantu dapat dilakukan dalam satu wilayah kantor Bank Indonesia dengan kantor cabang induknya. Alasan bagi dimungkinkannya office channeling , dapat dilihat di Bagian Umum Penjelasan PBI No.83PBI2006, yakni mendorong percepatan pertumbuhan jaringan kantor bank umum konvensional yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam rangka memperluas jangkauan layanan kepada masyarakat. Menurut Pasal 2 UU No.21 Tahun 2008, perbankan syariah dalam melaksanakan kegiatan usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Kemudian dalam penjelasan Pasal 2 dikemukakan kegiatan usaha yang berasaskan: Universitas Sumatera Utara 1. Kegiatan usaha yang berasaskan Prinsip Syariah, antara lain, adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur: a. riba, yaitu penambahan pendapatan secara tidak sah batil antara lain dalam transaksi pertukaran barang sejenis yang tidak sama kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan fadhl, atau dalam transaksi pinjam-meminjam yang mempersyaratkan Nasabah Penerima Fasilitas mengembalikan dana yang diterima melebihi pokok pinjaman karena berjalannya waktu nasi’ah; b. maisir, yaitu transaksi yang digantungkan kepada suatu keadaan yang tidak pasti dan bersifat untung-untungan; c. gharar, yaitu transaksi yang objeknya tidak jelas, tidak dimiliki, tidak diketahui keberadaannya, atau tidak dapat diserahkan pada saat transaksi dilakukan kecuali diatur lain dalam syariah; d. haram, yaitu transaksi yang objeknya dilarang dalam syariah; atau e. zalim, yaitu transaksi yang menimbulkan ketidakadilan bagi pihak lainnya. 2. Yang dimaksud dengan “demokrasi ekonomi” adalah kegiatan ekonomi syariah yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan. 3. Yang dimaksud dengan “prinsip kehati-hatian” adalah pedoman pengelolaan Bank yang wajib dianut guna mewujudkan perbankan yang sehat, kuat, dan efisien sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kegiatan usaha perbankan syariah diatur dalam Pasal 36-37 PBI No. 624PBI2004. Secara garis besar kegiatan usaha perbankan syariah meliputi 9 fungsi yaiitu: Universitas Sumatera Utara 1. Penghimpunan dana Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, seperti: a. Deposito Mudharabah Adalah suatu jenis deposito atau simpanan yang penarikannya dilakukan pada suatu waktu tertentu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati diantara kedua belah pihak, dengan membagi hasil oleh bank kepada nasabah sesuai dengan porsi bagian laba yang ada b. Deposito Karya Mudharabah Ini merupakan deposito mudharabah dengan jumlah minimal tertentu dan untuk suatu jangka waktu tertentu dengan pembagian laba sesuia dengan proporsi yang telah disepakati bersama c. Tabungan Mudharabah Ini merupakan simpanan mudharabah dalam bentuk tabungan, sehingga dibenarkan adanya mutasi dari dana tersebut sehingga dilakukan perhitungan rata- rata untuk dapat membagi hasil secara proporsional d. Tabungan Mudharabah Muamalah Merupakan suatu tabungan dengan pembagian laba yang dihitung secara presentasi yang telah disepakati dan dihitung dari saldo rata-rata dalam waktu tertentu. Karena merupakan tabungan, berarti dapat dibenarkan adanya mutasi. Tabungan ini diperuntukkan untuk beasiswa, nikah, rumah, serta sebagai jaminan atas fasilitas pembiayaan yang diterima oleh nasabah e. Giro Wadhi’ah Universitas Sumatera Utara Adalah suatu bentuk giro atau titipan yang dapat diberikan suatu bonus tertentu kepada nasabah. 35 2. Penyaluran dana langsung tidak langsung Pembiayaan langsung yang berdasarkan prinsip jual-beli,bagi hasil, sewa menyewa dan pinjam meminjam. Serta tidak langsung indirect finance yaitu bank garansi, letter of credit. 3. Jasa pelayanan perbankan a. Jasa pelayanan perbankan berdasarkan wakalah, hawalah, kafalah, dan rahn b. Menyediakan tempat menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadia’ah yad amanah safe depsit box c. Melakukan kegiatan penitipan, termasuk pengusahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah kustodian. 4. Berkaitan dengan surat berharga a. Membeli, menjual danatau menjamin atas resiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata underlying transaction berdasarkan prinsip syariah b. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan pemerintah danatau Bank Indonesia sertifikat Wadhi’ah Bank Indonesia c. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah. 5. Lalu lintas keuangan dan pembayaran 35 Munir Fuady, Op. Cit. hal. 177 Universitas Sumatera Utara Money transfer, inkaso, kartu debetcharge card, valuta asing sharf 6. Berkaitan pasar modal Wali amanat wakalah 7. Investasi a. Penyertaan modal di bank atau perusahaan lain dibidang keuangan berdasarkan pinsip syariah, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan b. Penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip syariah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan ketentuan sebagaimana ditetapkan Bank Indonesia 8. Dana pensiun Pendirian dan pengurusan dana pensiun DPLK berdasarkan prinsip syariah 9. Sosial Penerima dan penyalur dana social zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah. Secara pokok syariah membagi akad menjadi yang bersifat komersil tijarah dan non komersial tabbaru. Tijarah pada hakikatnya memang diperuntukkan untuk mengambil keuntungan, sedangkan tabbaru lebih sebagai media mempermudah pelayanan kebaikan natar manusia. Pendapat dominan para terpelajar bidang keuangan syariah berpendirian bahwa akad tijarah hanyalah akad-akad yang berbasis jual beli murabhah, salam, istisna, bagi hasil mudharabah, musyarakah, dan Universitas Sumatera Utara sewa-menyewa ijarah, IMBT. Selebihnya, qardh, wadi’ah, rahn, kafalah, hawalah, wakalah, sharf merupakan akad-akad yang tabarru. 36 Dalam konsep perbankan syariah, konsep bunga mendapat kritikan keras. Bunga dipandang tidak adil, mengingat bunga menghilangkan keterkaitan antara untung rugi dengan resiko. Dalam konsep konvensional, bank harus menanggung keuntungan nasabah penyimpan apapun yang terjadi dengan kinerja usahanya. Resiko kegagalan usaha yang menyebabkan bank merugi misalnya, tidak dapat dijadikan rasio untuk tidak membayar bunga simpanan sebagaimana dijanjikan sebelumnya dan sebaliknya, nasabah debitur dengan kebutuhan apapun yang telah difasilitasi dengan kredit harus tetap membayar kewajiban bunga kepada bank, tanpa dapat mengemukakan alasan apapun berkenaan dengan resiko untung rugi bisnisnya. 37 Bila bunga merupakan model manfaat yang tidak diperkenankan secara syariah, maka manfaat apakah yang bisa diambil para pihak dalam transaksi perbankan. Memang tidak ada peraturan yang sekaligus mengatur mengenai penghapusan bunga, melainkan telah memberi tempat tumbuhnya alternatif selain bunga. Dimana dalam ketentuan pasal 1 butir 25 huruf a UU No. 21 Tahun 2008 secara eksplisit dinyatakan adanya frasa “ imbalan atau bagi hasil” sebagai manfaat yang bisa diambil bank dari skema pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Dari 36 Adiwarman Karim, Analisis Foqoh dan Keuangan, hal. 58 37 Adrian sutedi, Op.Cit hal. 67. Universitas Sumatera Utara pasal 1 tersebut, maka pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berupa: a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah danatau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai danatau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Di dalam PBI No.7 4PBI2005 pasal 2 ayat 3 juga dinyatakan bahwa bukan saja sistem bunga yang tidak boleh ada dalam transaksi syariah, melainkan juga hal- hal sebagai berikut ini: 1. Gharar, yaitu taransaksi yang mengandung tipuan dari salah satu pihak sehingga pihak yang lain dirugikan 2. Maysir, yaitu transaksi yang mengandung unsur perjudian, untung-untungan atau spekulatif yang tinggi 3. Riba, yaitu transaksi dengan pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual- beli, pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan ajaran Islam 4. Zalim, yaitu tindakan atau perbuatan yang mengakibatkan kerugian Universitas Sumatera Utara 5. Risywah, tindakan suap daal bentuk uang, fasilitas atau bentuk lainnya yang melanggar hukum sebagai upaya mendapat fasilitas atau kemudahan dalam suatu transaksi 6. Barang haram dan maksiat, yaitu barang atau fasilitas yang dilarangdimanfaatkan atau digunakan menurut hukum Islam.

3. Pengelolaan Perbankan Syariah