5. Risywah, tindakan suap daal bentuk uang, fasilitas atau bentuk lainnya yang
melanggar hukum sebagai upaya mendapat fasilitas atau kemudahan dalam suatu transaksi
6. Barang haram dan maksiat, yaitu barang atau fasilitas yang dilarangdimanfaatkan
atau digunakan menurut hukum Islam.
3. Pengelolaan Perbankan Syariah
Dasar dan Tujuan Manajemen
a. . Kebutuhan Fitrah Manusia sebagai Dasar Manajemen
Manusia itu terdiri dari unsur jasmani dan rohani yang dilengkapi dengan akal dan hati. Unsur-unsur manusia itu memiliki kebutuhannya masing-masing. Manusia
mempunyai tubuh yang tunduk pada hukum fisik, yang oleh karenanya merupakan subyek dari fisiknya. Guna mempertahankan hidupnya manusia perlu makan, minum,
pakaian dan perlindungan QS 7:31. Tetapi manusia bukanlah semata-mata terdiri dari tubuh saja, sehingga semua persoalan tidak dapat dengan hukum-hukum fisik
semata. Manusia juga adalah makhluk biologis
Akumulasi interaksi antara nafsu, akal dan hati inilah yang akan menentukan kualitas nilai diri manusia tersebut. Diri yang seimbang nafs al muthmainnah hanya
akan memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan fitrahnya saja, yaitu kebutuhan yang dihalalkan oleh Allah Swt., dalam jumlah yang diperlukan saja, tidak berlebihan dan
Universitas Sumatera Utara
dengan cara-cara yang dibenarkan oleh ajaran Allah dan RasulNya. Lain halnya dengan diri yang serakah nafs al lawwamah dan liar nafs al amarah yang selalu
terdorong memenuhi segala keinginan, seperti yang diciptakan oleh setan-setan kapitalis yang memang sangat kreatif dan aktif dalam menciptakan, memproduksi,
dan mendorong timbulnya kebutuhan-kebutuhan secara berlebihan, yang justru merusak kualitas hidup manusia, seperti makanan haram, minuman keras, obat-obat
terlarang, judi, seks bebas dan sebagainya.
Untuk mendapatkannya pun ditempuh dengan cara-cara yang dilarang oleh Islam, seperti menyuap, merampas, korupsi, menipu, mencuri, merampok, riba, judi,
perdagangan gelap, menimbun dan usaha-usaha lain yang menghancurkan masyarakat. Dorongan-dorongan itulah yang melandasi paradigma ekonomi kapitalis
yang menyatakan bahwa kebutuhan tidak terbatas, sehingga mereka terus memproduksi apa saja asal masih ada yang menginginkan, meskipun produk itu tidak
bermanfaat, bertentangan dengan fitrah kebutuhan manusia, bahkan merusak masyarakat secara keseluruhan.
38
Allahberfirman :” Dan Aku tidak menjadikan jin dan manusia kecuali agar mereka hanya mengabdi kepada-Ku” QS 51:56. Inilah tujuan hidup manusia
b. Tujuan hidup manusia sebagai tujuan manajemen
38
Zainul Arifin, Pola Manajemen Bank Syariah, http:shariahlife.wordpress.com
Universitas Sumatera Utara
menurut ajaran Allah SWT., yang berintikan tauhid pengesaan Tuhan diikuti dengan seruan agar manusia beriman dan cinta kepada Allah dan Rasulnya serta
yakin akan adanya hari akhirat . Segala tindakan dan kegiatan manusia hendaknya dilandasi motivasi untuk memperoleh keridlaan Allah, orientasinya kepada
kebahagiaan akhirat tanpa melupakan bagiannya di dunia dan aplikasinya adalah ditegakkannya hukum syariah Allah di bumi. Inilah yang membedakannya dengan
orang-orang sekuler, yang motivasi dan orientasi sikap, tindakan dan kegiatannya hanya untuk memperoleh kesenangan hidup di dunia saja, dan aplikasinya adalah
tujuan menghalalkan segala cara.
Beberapa faktor strategis dan fundamental harus dipertimbangkan dalam menentukan penilaian dasar dan tujuan manajemen yaitu:
1. hak asasi manusia
Bahwa manusia adalah makhluk termulia yang diciptakan Tuhan QS 17:70. Oleh karena itu semua kegiatan manusia haruslah dalam rangka memelihara nilai
kemuliaannya itu. Manajemen harus bertolak dari prinsip memelihara nilai-nilai kemuliaan manusia, yang telah diberikan contoh oleh Allah . Nilai-nilai serta hakekat
dari manusia tidak boleh dikurangi, atau diabaikan dalam pelaksanaan manajemen, karena semua yang ada di permukaan bumi ini disediakan untuk manusia, bukan
sebaliknya. Manusia tidak diperkenankan oleh Allah menyembah benda, betapapun pentingnya benda tersebut bagi manusia. Manusia juga tidak boleh menyembah
Universitas Sumatera Utara
seorang oknum, betapapun besarnya kekuasaan dan kekayaannya. Manusia hanya wajib menyembah Allah. Inilah hakikat hak asasi manusia yang harus dianut pula
dalam manajemen.
2. hak dan kewajiban bekerja
Ajaran Islam tidak mengenal kelas dalam masyarakat yang membagi manusia menurut tingkat-tingkat yang dibuat oleh manusia itu sendiri, untuk menimbulkan
tidak adanya persamaan musawah diantara manusia, seperti antara kelas bangsawan dan kelas kawula di masyarakat feodalistis ataupun kelas majikan dan buruh dalam
masyarakat kapitalis dan komunis. Ajaran Islam juga tidak mengenal adanya kelas manajer, karena adanya sekelompok orang yang berfungsi sebagai manajer hanya
dapat dilihat dari pembagian kerja, atas dasar persetujuan bersama, atau atas dasar kemampuan manajerial semata. Disini Islam hanya mengenal konsep pembagian
kerja yang didasarkan pada kemampuan fisik, ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh masing-masing manusia. Menurut Roger Garaudy, bekerja memainkan peranan
pokok yang sangat penting sebagai dasar pemilihan hak bekerja di dalam Islam. Adanya jenjang-jenjang dalam organisasi kerja hendaknya semata-mata dimaksudkan
agar setiap potensi, baik potensi fisik, ilmu dan teknologi dapat disinergikan, sebagaimana firman Allah :” Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu ?
Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa
Universitas Sumatera Utara
derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan”. QS 43: 32.
3.
akhlakul karimah
Ajaran Islam didasarkan dan ditujukan untuk membentuk akhlak yang luhur. Dengan akhlak yang luhur, manusia diharapkan melakukan perbuatan yang baik,
indah, serasi dan harmonis. Dengan demikian, prinsip manajemen dan pelaksanaannya wajib dijiwai, dipimpin dan diarahkan untuk mencapai kebaikan
mashlahat, berdasarkan konsepsi dan norma-norma yang ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya.
Konsepsi ajaran akhlak menuju perbuatan baik dan terpuji amal shaleh, berfaedah dan indah, untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang
diridhai oleh Allah. Konsep amal shaleh menjadi inti ajaran Islam yang harus diterapkan dan untuk melatar-belakangi manajemen, baik dalam konsepsi, struktur
maupun operasinya.
C. Pengawasan dalam Perbankan Syariah