derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari pada apa yang mereka kumpulkan”. QS 43: 32.
3.
akhlakul karimah
Ajaran Islam didasarkan dan ditujukan untuk membentuk akhlak yang luhur. Dengan akhlak yang luhur, manusia diharapkan melakukan perbuatan yang baik,
indah, serasi dan harmonis. Dengan demikian, prinsip manajemen dan pelaksanaannya wajib dijiwai, dipimpin dan diarahkan untuk mencapai kebaikan
mashlahat, berdasarkan konsepsi dan norma-norma yang ditetapkan oleh Allah dan Rasulnya.
Konsepsi ajaran akhlak menuju perbuatan baik dan terpuji amal shaleh, berfaedah dan indah, untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat yang
diridhai oleh Allah. Konsep amal shaleh menjadi inti ajaran Islam yang harus diterapkan dan untuk melatar-belakangi manajemen, baik dalam konsepsi, struktur
maupun operasinya.
C. Pengawasan dalam Perbankan Syariah
Sebagai suatu lembaga yang mengelola dana masyarakat, bank berdasarkan syariah mesti diawasi secara ketat sebagaimana juga pengawasan yang dilakukan
Universitas Sumatera Utara
terhadap bank konvensional. Untuk bank berdasarkan prinsip syariah berlaku sistem pengawasan rangkap two tier, yaitu:
1. Pengawasan Umum
Yang dimaksud dengan pengawasan umum adalah suatu pengawasan yseperti yang berlaku juga terhadap bank-bank umum. Dalam hal ini Bank Indonesia akan
bertindak sebagai pengawas utama, disamping pengawasan-pengawasan lain seperti pengawasan internal oleh dewan komisaris bank, dan lain-lain.
39
Undang- undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan mengenal dua jenis bank, yaitu Bank Umum dan Bank Perkerditan Rakyat, dengan tidak membedakan antara
bank-bank yang beroperasi secara konvensional dengan bank-bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariat Islam. Oleh karena itu, semua ketentuan bank
konvensional pada dasarnya juga diberlakukan terhadap bank yang beroperasi berdasarkan syariat Islam.
40
39
Munir Fuady, Op. Cit. 173
40
Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga Yang Terkait, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1997, hal. 125
Bank Mu’amalat Indonesia dan BPR Islam sebagai lembaga perbankan di Indonesia berada di bawah pembinaan dan pengawasan Bank Indonesia. Dalam rangka
pembinaan dan pengawasan terhadap perbankan di Indonesia, Bank Indonesia mempunyai tugas-tugas sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Menciptakan sistem perbankan yang sehat dan kompetiti sehingga dapat berfungsi
sebagai sarana pelaksanaan kebijaksanaan ekonomi dan moneter yang efektiif. 2.
Mengarahkan dan membina perbankan dan lembaga keuangan bukan bank agar menjadi sehat dan tumbuh secara wajar sehingga dapat:
a. Memberikan kredit dengan dana yang berasal dari masyarakat
b. Meningkatkan efisiensi dan jenis pelayanan sesuai dengan perkembangan
kebutuhan masyarakat c.
Memperluas jaringan kantor-kantor kedaerah potensial guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemerataan
d. Ikut serta dalam kegiatan perbankan dan lembaga keuangan internasional untuk
kepentingan pertumbuhan ekonomi dan perbankan nasional.
41
Dalam pelaksanaan tugas pengawasan dan pembinaan terhadap BPR, pada tangal 7 Desember 1988 telah diadakan penyempurnaan organisasi bidang perbankan
yakni Urusan Pembinaan dan Pengaasan Bank Swasta dengan satuan-satuan kerja yang terdiri atas:
1. Biro Pemeriksaan Bank Swasta
2. Bagian Pengawasan Bank Swasta Devisa dan LKBB
3. Bagian Penawasan Bank Swasta Bukan Bank Devisa
4. Bagian Pengawasan Bank Perkreditan Rakyat.
41
Ibid. hal. 126
Universitas Sumatera Utara
Dalam melakukan tugas pembinaan dan pengawasan terhadap BPR, Bank Indonesia melakukan melalui 2 cara pendekatan yaitu:
1. Pengawasan yang dilakukan melalui laporan-laporan yang wajib disampaikan
bank.
42
Adapun bentuk alat pengawasan pasif yang ada untuk setiap BPR adalah: Cara pengawasan seperti ini sering juga disebut pengawasan secara pasif
atau pengawasan tidak langsung. Efektifitas cara pengawasan ini sangat tergatung pada kepatuhan bank dalam memenuhi kewajiban pelaporan serta kebenaran dari
data angka-angka yang dilaporkan.
a. Laporan tentang anggaran dasar beserta perubahannya.
b. Laporan tentang susunan pengurus beserta riwayat hidup dan setiap perubahannya.
c. Laporan tentang alamat tempat kedudukan kantor bank.
d. Laporan kuantitatif yakni meliputi:
1 Laporan neraca beserta perincian pos-pos neraca
2 Laporan perhitungan rugilaba
3 Laporan perhitungan kebutuhan modal capital adequacy
4 Laporan atas hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh tim pemeriksa Bank
Indonesia e.
Laporan tentang program kerja.
42
Thomas Suyatno, Kelembagaan Perbankan, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1991 hal. 19.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengawasan yang dilakukan melalui pemeriksaan ketempat bank yang
bersangkutan.
43
Suatu tim pemeriksa akan memeriksa bank antara lain tentang sistem dan tata kerja, keadaan keuangan, administrasi dan lain-lain secara teliti sehingga setiap
penyimpangan yang terjadi akan dapat diketahui. Oleh karena itu dalam pengelolan bank tidak perlu ada yang ditutup-tutupi.
Dengan sistem pengawasan pasif maupun aktif pada setiap bank, setiap bulan dilakukan penilaian atas keadaan tingkat kesehatannya sehingga dapat dideteksi sejak
dini bank-bank yang menunjukkan adanya gejala potensi yang membahayakan kelangsungan bank.
Secara teknis tata cara penilaian dituangkan dalam suatu surat edaran, sehingga terhadap setiap bank dapat dilakukan penilaian atas tingkat kesehatan
banknya. Factor-faktor yang dinilai meliputi likuiditas, rentabilitas, solvabilitas dan kepatuhan terhadap ketentuan atau peraturan yang berlaku. Predikat penilaian adalah
sehat, cukup sehat, kurang sehat atau tidak sehat. Secara garis besar dapat ditemukan bahwa dalam pengelolaan BPR perlu
diperhatikan beberapa aspek sebagai berikut: Cara pengawasan seperti ini sering disebut juga pemeriksaan atau
pengawasan aktif atau pengawasan langsung.
1. Aspek Likuiditas
43
Ibid. hal. 20
Universitas Sumatera Utara
Meskipun bagi BPR tidak dikenakan kewajiban memelihara kewajiban likuiditas minimum seperti halnya yang berlaku bagi bank-bank umum, bank-bank
pembangunan dan bank tabungan serta LKBB, namun sebagai suatu lembaga keuangan yang mengemban kepercayaan masyarakat, perlu diperhitungkan
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan tepat, jika tidak, maka akan dapat berakibat hilangnya kepercayaan
masyarakat yang pada akhirnya dappat menimbulkan terjadinya rush . 2.
Aspek Rentabilitas Penilaiannya adalah perbandingan laba rugi dalam 12 bulan terakhir terhadap
rata-rata volume usaha. Hal ini dimaksudkan untuk menilai kemampuan bank dalam memperoleh laba. Setiap terjadinya kerugain yang diderita maka yang
menanggung beban adalah modal dan kerugian tidak dapat dibebankan kepada pemilki dana masyarakat.
3. Aspek Solvabilitas
Penilaiannya adalah perbandingan modal yang tersedia dengan jumlah kebutuhan modal berdasarkan perhitungan capital adequacy. Hal ini dimaksudkan untuk
menilai besarnya penyediaan modal untuk menjaga perkembangan bank secara sehat dan sekaligus juga meningkatkan pemilik bank tidak cukup bekerja hanya
dari dana pihak ketiga melainkan tetap perlu ada imbalan dari setoran modal pemilik pada ratio-ratio tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Bagi BPR sebagian besar penanaman adalah dalam bentuk pemberian kredit, sehinga penilaian akan tertuju kepada kualitas dari pinjaman yang diberikan. BPR
sebagai suatu bank yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pelayanan akan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat pedesaan perlu senantiasa memperhatikan
arah dan kebijakan perkreditan guna menopang kegiatan ekonomi yang lebih besar. Seperti diketahui arah dan kebijakan perkreditan disususn dengan
berpedoman kepada Pola Umum Pembangunan dibidang ekonomi dengan titik berat kepada:
a. Sektor pertanian untuk memantapkan swasembada pangan dan meningkatkan
produksi hasil pertanian lainnya. b.
Sektor industri khususnya industri yang menghasilkan produk ekspor, banyak menyerap tenaga kerja, mengolah hasil pertanian serta dapat menghasilkan
mesin-mesin industri. Dengan demikian tampak jelas bahwa bagi perbankan pada umumnya dan pada
khususnya BPR yang berlokasi digaris terdepan pedesaan menghadapi tantangan dan peluang usah yang cukup besar. Kualitas pemberian kredit yang tinggi dan
pemberian kredit yang sehat adalah jalan keluar yang paling tepat untuk menjawab tantangan tersebut.
4. Aspek Manajemen
Esensi dari pengelolaan bank adalah bagaimana bank tersebut dapat dikelola secara hati-hati. Bank pada hakikatnya adalah lembaga yang menarik dana dan
Universitas Sumatera Utara
menyalurkannya kembali kepada masyarakat, oleh karena itu setiap pengelola bank harus memisahkan secara tegas antara kepentingan masyarakat dunia usaha dengan
kepentingan usaha para pemilik bank tersebut. Keseluruhan aspek-aspek tersebut perlu mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh karena bagi suatu bank yang ternyata dalam kurun waktu 9 bulan tidak mampu meningkatkan kembali tingkat kesehatannya menjadi cukup sehat
selama sekurang-kurangnya 3 bulan terakhir berturu-turut maka izin usahanya dapat dipertimbangkan untuk dicabut oleh Menteri Keuangan.
Ketentuan mengenai tingkat kesehatan bank tersebut dimaksudkan untuk dapat dipergunakan sebagai:
a. Tolak ukur bagi manajemen bank untuk menilai apakah pengelolaan bank telah
dilakukan sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Tolak ukur untuk menetapakan arah pembinaan dan pengembangan bank baik
secara individual maupun indutri perbankan secara keseluruhan.
44
Menurut Surat Keputusan direksi Bank Indonesia No. 2381KepDir dan SEBI No. 23 22BPP1991, dinyatakan bahwa tingkat kesehatan suatu bank
merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia sebagai pengawas dan
44
Widjanarko, Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia, Jakarta: Grafiti, 1992, hal. 100.
Universitas Sumatera Utara
Pembina bank. Oleh karena itu masing-masing pihak harus bersama-sama meningkatkan kualitas diri dalam upaya untuk mewujudkan suatu bank yang sehat.
Bank sentral masih menghadapi kendala dalam melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap bank-bank Islam, karena bank Islam mempunyai keputusan
dibidang organisasi maupun kegiatannya. Oleh karena itu dalam waktu dekat Bank Indonesia akan merumuskan pengawasan dan pembinaan serta memberikan fasilitas
kepada bank Islam agar tetap sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Tanpa harus bertentangan dengan Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.
45
a. Ketua dan anggotanya tidak tunduk dibawah kekuasaan administrasi bank
2. Pengawasan Khusus Pengawasan umum terhadap bank Islam oleh bnak Indonesia diperlakukan
sama dengan bank konvensional. Namun, pengawasan terhadap bank Islam dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah yaitu sustu perangkat bank yang bersifat independen
karena:
b. Ketua dan anggotanya dipilih oleh Rapat Umum Pemegang Saham
c. Imbalan bagi ketua dan anggotanya tidak ditentukan oleh bagian personalia bank,
tetapi ditentukan oleh Rapat Pemegang Saham Tugas dan wewenang Dewan Syariah secara garis besar ditetapkan dalam
Pasal 16 akte pedirian BMI sebagai berikut: “ Dewan Pengawas Syariah melakukan
45
Warkum Sumitro, Op.Cit., hal. 135.
Universitas Sumatera Utara
pengawasan atas produk-produk perbankan dalam rangka menghimpun dan menyalurkan dana untuk masyarakat agar sesuai dengan ajaran Islam”.
Tugas dan kewenangan tersebut secara lebih rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:
a. Memberikan pedoman dan garis-garis besar syariah baik untuk mengerahkan
maupun menyalurkan dana serta kegiatan bank lainnya. b.
Mengadakan perbaikan seadanya suatu produk yang telah sedang dijalankan dinilai bertentangan dengan syariah
c. Memberikan jawaban dalam bentuk fatwa terhadap permasalahan yang diajukan
atau dihadapi oleh pihak eksekutif dan operasi d.
Memeriksa buku laporan tahunan dan memberikan pernyataan tentang kesesuaian syariah dari semua produk dan operasi selama tahun berjalan.
Tugas, wewenang dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah adalah sebagai berikut:
46
1. Memastikan dan mengawasi kesesuaian kegiatan operasional ban terhadap fatwa
yang dikeluarkan oleh DSN 2.
Menilai aspek syariah terhadap pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan bank
3. Memberikan opini dari aspek syariah terhadap pelaksanaan operasional bank
secara keseluruhan dalam laporan publikasi bank
46
Pasal 27 PBI No. 6 Tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
4. Mengkaji jasa dan produk baru yang belum ada fawa untuk dimintaka fatwa
kepada DSN 5.
Menyampaikan laporan hasil pengawasan syariah sekurang-kurangnya setiap 6 bulan kepada direksi, komisaris, DSN dan Bank Indonesia.
Dalam rangka menjalankan tugas-tugas tersebut, Dewan Pengawas Syariah berhak dan mempunyai wewenang untuk :
a. Bersama-sama maupun sendiri-sendiri dalam jam kerja kantor perusahaan untuk
menanyakan atau memeriksa segala produk dan aktivitas perusahaan ditinjau dari sudut pandang Islam
b. Untuk hal tersebut Direksi dan Aparat bank lainnya wajib ntuk memberikan
penjelasan tentang segala hal yang ditanyakan oleh Dewan Pengawas Syariah. Dewan Pengawas Syariah baik secara rutin maupun berkala senantiasa
memberikan penyuluhan dan pembinaan keagamaan terhadap karyawan bank. Dari pembinaan tersebut diharapkan kesyiaran BMI tidak saja tercermin dalam produknya
tetapi demikian juga dalam diri dan aktivitas segenap para karyawannya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III DINAMIKA LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SEBAGAI
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN
A. Sejarah Lembaga Penjamin Simpanan
Beberapa peristiwa pada penghujung tahun 1997 di antaranya likuidasi 16 bank yang diikuti dengan krisis moneter dan perbankan pada tahun 1998 telah
mengakibatkan tingkat kepercayaan masyarakat pada sistem perbankan di Indonesia menurun, sehingga terjadi penarikan dana masyarakat dari sistem perbankan bank
runs dalam jumlah yang sangat signifikan. Untuk meningkatkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional sekaligus guna menghambat
melemahnya nilai tukar rupiah, Pemerintah memberikan jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat Blanket Guarantee.
Pemberian jaminan tersebut ditetapkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan
Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.
47
Dalam pelaksanaannya, blanket guarantee memang dapat menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, namun ruanglingkup
47
Bank Negara Indonesia, “Tentang Lembaga Penjamin Simpanan”, online, http :www.bni.co.idLPS.htm., diakses 17 Januari 2010.
Universitas Sumatera Utara