Hubungan Usia dengan Kejadian Abortus

41

4.2.2 Hubungan Paritas dengan Kejadian Abortus

Tabel 7. Distribusi Subjek Menurut Paritas dengan Kejadian Abortus di RS Prikasih Jakarta Selatan Tahun 2013 Paritas Abortus Jumlah OR 95CI P value Kasus Kontrol N N N 2,287 0,001 Paritas 1 dan 5 49 49,5 60 30,0 109 36,5 Paritas 1-5 50 50,5 140 70,0 190 63,5 Jumlah 99 100,0 200 100,0 299 100,0 Hasil analisis hubungan antara paritas dengan kejadian abortus diperoleh bahwa ada sebanyak 49 49,5 pasien yang memiliki paritas 1 dan 5 yang mengalami abortus. Sedangkan diantara pasien yang memiliki paritas 1-5 ada 50 50,5 pasien yang mengalami abortus. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,001 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian abortus antara pasien yang memiliki paritas 1 dan 5 dengan pasien yang paritasnya 1-5 ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kejadian abortus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2,287, artinya ibu yang paritasnya 1 dan 5 mempunyai peluang 2,287 kali untuk mengalami abortus. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Cunningham et al 2009 bahwa risiko abortus semakin meningkat dengan bertambahnya paritas. Pada kehamilan rahim ibu akan teregang oleh adanya janin dan 42 bila terlalu sering melahirkan rahim akan semakin lemah sehingga rentan dan berisiko untuk terjadinya keguguran. Bila ibu telah melahirkan 4 orang anak atau lebih, maka harus waspada adanya gangguan kehamilan, persalinan dan nifas. 19 Demikian pula yang dinyatakan oleh Mochtar 1998 bahwa persalinan yang pertama kali primipara biasanya mempunyai risiko relatif tinggi terhadap ibu dan anak, kemudian risiko ini menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya. 21 Hal ini disebabkan karena pada ibu dengan primipara belum pernah memiliki pengalaman melahirkan. Sedangkan pada grandemultipara, elastisitas uterus telah menurun. Hal tersebut didukung oleh beberapa penelitian sebelumnya yaitu menurut Wadud di RS Muhammadiyah Palembang 2012 yang mendapatkan bahwa terdapat hubungan bermakna p=0,002 antara paritas dengan kejadian abortus imminens. 27 Demikian pula dengan penelitian Mariani di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh yang menunjukkan nilai p = 0,007. Hal ini berarti terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian abortus. 18 Pada penelitian lain yaitu yang dilakukan oleh Lukitasari 2010 di RS H.M Ryacudu Kotabumi Lampung Utara menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan nilai p = 0,0001 antara frekuensi persalinan dengan kejadian abortus. 31 Namun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Mahdiyah di Ruang Bersalin RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin yang mendapatkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna p = 0,562 antara paritas dengan kejadian abortus. Peneliti menyebutkan bahwa hal ini dikarenakan paritas bukan faktor utama penyebab abortus. 33 Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni 2012 di wilayah puskesmas Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya Kalimantan Barat yang mengungkapkan bahwa tidak terdapat hubungan nilai p = 0,14 antara paritas dengan kejadian abortus. 20 43

4.2.3 Hubungan Riwayat Abortus Sebelumnya dengan Kejadian Abortus

Tabel 8. Distribusi Subjek Menurut Riwayat Abortus Sebelumnya dengan Kejadian Abortus di RS Prikasih Jakarta Selatan Tahun 2013 Riwayat Abortus Sebelumnya Abortus Jumlah OR 95CI P value Kasus Kontrol N N N 2,188 0,009 Pernah 26 26,3 28 14,0 54 18,1 Tidak Pernah 73 73,7 172 86,0 245 81,9 Jumlah 99 100,0 200 100,0 299 100,0 Hasil analisis hubungan antara riwayat abortus sebelumnya dengan kejadian abortus diperoleh bahwa ada sebanyak 26 26,3 pasien yang memiliki riwayat abortus sebelumnya mengalami abortus. Sedangkan diantara pasien yang tidak memiliki riwayat abortus sebelumnya ada 73 73,7 pasien yang mengalami abortus. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,009 maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian abortus antara pasien yang memiliki riwayat abortus sebelumnya dengan pasien yang tidak memiliki riwayat abortus sebelumnya ada hubungan yang signifikan antara riwayat abortus sebelumnya dengan kejadian abortus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR=2,188, artinya ibu yang memiliki riwayat abortus sebelumnya mempunyai peluang 2,188 kali untuk mengalami abortus. Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan oleh Prawirohardjo bahwa kejadian abortus meningkat pada wanita yang memiliki riwayat abortus