43
4.2.3 Hubungan Riwayat Abortus Sebelumnya dengan Kejadian Abortus
Tabel  8.  Distribusi  Subjek  Menurut  Riwayat  Abortus  Sebelumnya dengan Kejadian Abortus di RS Prikasih Jakarta Selatan Tahun 2013
Riwayat Abortus
Sebelumnya Abortus
Jumlah OR
95CI P
value Kasus
Kontrol N
N N
2,188 0,009
Pernah 26  26,3
28 14,0
54 18,1
Tidak Pernah
73  73,7 172
86,0 245  81,9
Jumlah 99  100,0  200  100,0  299  100,0
Hasil  analisis  hubungan  antara  riwayat  abortus  sebelumnya  dengan kejadian  abortus  diperoleh  bahwa  ada  sebanyak  26  26,3  pasien  yang
memiliki  riwayat  abortus  sebelumnya  mengalami  abortus.  Sedangkan diantara  pasien  yang  tidak  memiliki  riwayat  abortus  sebelumnya  ada  73
73,7 pasien yang mengalami abortus. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,009 maka dapat  disimpulkan ada perbedaan  proporsi kejadian  abortus
antara  pasien  yang  memiliki  riwayat  abortus  sebelumnya  dengan  pasien yang  tidak  memiliki  riwayat  abortus  sebelumnya  ada  hubungan  yang
signifikan  antara  riwayat  abortus  sebelumnya  dengan  kejadian  abortus. Dari  hasil  analisis  diperoleh  pula  nilai  OR=2,188,  artinya  ibu  yang
memiliki riwayat abortus sebelumnya mempunyai peluang 2,188 kali untuk mengalami abortus.
Hal  ini  sesuai  dengan  teori  yang  dinyatakan  oleh  Prawirohardjo  bahwa kejadian  abortus  meningkat  pada  wanita  yang  memiliki  riwayat  abortus
44
sebelumnya. Setelah satu kali mengalami abortus spontan, memiliki risiko 15  untuk  mengalami  keguguran  lagi,  sedangkan  bila  pernah  dua  kali,
risikonya  meningkat  sebesar  25.  Beberapa  studi  meramalkan  bahwa risiko abortus setelah tiga kali abortus berurutan adalah 30-45.
2
Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Baba et al 2010 di Osaka,  Jepang  yang  mendapatkan  bahwa  terdapat  peningkatan  risiko
abortus  pada  wanita  yang  memiliki  riwayat  abortus  sebelumnya  yang dibuktikan  dengan  hasil  OR  sebesar  1,98  pada  wanita  dengan  riwayat
abortus sebanyak 1 kali, OR 2,36 pada wanita yang memiliki 2 kali riwayat abortus  dan  OR  8,73  pada  yang  pernah  mengalami  3  atau  lebih  abortus
sebelumnya.
22
Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Lukitasari 2010 di RS H.M Ryacudu Kotabumi Lampung Utara yang mendapatkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan nilai p = 0,0001 antara riwayat abortus  yang  dimiliki  ibu  dengan  kejadian  abortus.
31
Penelitian  lain menurut Wahyuni  2012 di wilayah puskesmas Sungai Kakap Kabupaten
Kubu Raya Kalimantan Barat bahwa ada hubungan nilai p = 0,04 antara riwayat  abortus  dengan  kejadian  abortus.  Selain  itu  pasien  yang  pernah
mengalami  abortus  akan  cencerung  mengalami  abortus  sebesar  2,8  kali dibandingkan pasien yang tidak pernah mengalami abortus.
28
Namun  berbeda  dengan  penelitian  yang  dilakukan  oleh  Gustina  2012  di Rumah  Sakit  Umum  Daerah  Soreang  Kabupaten  Bandung  yang
menyebutkan  bahwa  tidak  terdapat  hubungan  yang  signifikan  nilai  p= 0,437  antara  kejadian  abortus  dengan  riwayat  abortus  sebelumnya.
34
Demikian  pula  dengan  penelitian  Kusniati  2007  yang  dilakukan  di Banyumas  menyebutkan  bahwa  tidak  terdapat  hubungan  yang  bermakna
nilai  p  =  0,302  antara  riwayat  abortus  sebelumnya  dengan  kejadian abortus.
35
Helgstrand  dan  Andersen  2005  juga  menyatakan  bahwa  tidak terdapat  hubungan  antara  riwayat  abortus  sebelumnya  dengan  kejadian
abortus.
36
45
4.3       Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian ini. Keterbatasan tersebut diantaranya adalah:
1. Beberapa  data  sekunder  yang  didapatkan  dari  rekam  medis  saat
pengumpulan data tidak  lengkap, sehingga data tersebut  dianggap sebagai missing cases dan tidak dapat diikutsertakan dalam penelitian.
2. Data  yang  dianalisis  dalam  penelitian  ini  adalah  data  sekunder  sehingga
validitas data didak dapat dikontrol oleh peneliti. 3.
Sulit  meyakinkan  bahwa  kelompok  kasus  dan  kontrol  yang  telah  dipilih oleh  peneliti  sebanding  dalam  berbagai  faktor  eksternal  dan  sumber  bias
lainnya.