Peranan Notaris Pada Pendirian Dan Aktivitas Koperasi Terhadap Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Kota Medan
PERANAN NOTARIS PADA PENDIRIAN DAN AKTIVITAS
KOPERASI TERHADAP USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH DI KOTA MEDAN
TESIS
Oleh
NIKE OKTOLITA
087011087/MKn
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
PERANAN NOTARIS PADA PENDIRIAN DAN AKTIVITAS
KOPERASI TERHADAP USAHA MIKRO KECIL DAN
MENENGAH DI KOTA MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan
pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
Oleh
NIKE OKTOLITA
087011087/MKn
PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
Judul Tesis : PERANAN NOTARIS PADA PENDIRIAN DAN
AKTIVITAS KOPERASI TERHADAP USAHA
MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MEDAN
Nama Mahasiswa : Nike Oktolita
Nomor Pokok : 087011087
Program Studi : Magister Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum) Ketua
(Syafnil Gani SH., M.Hum) Anggota
(Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum) Anggota
Ketua Program Studi MKn
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN)
Dekan Fakultas Hukum
Prof Dr. Runtung Sitepu, SH., M. Hum)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 14 Agustus 2010
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum
Anggota : 1. Prof. Dr. Sunarmi, SH., M.Hum
2. Notaris Syafnil Gani., SH,
3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN 4. Dr. Dedi Herianto, SH., M.Hum
(5)
ABSTRAK
Kebijakan melibatkan Notaris dalam pendirian koperasi, bukan dimaksudkan untuk menjadi beban bagi koperasi, namun sebaliknya agar kedudukan koperasi semakin kuat di mata hukum, Notaris merupakan pejabat profesional, yang mempunyai spesialisasi tersendiri, karena di samping ia seorang profesional ia juga merupakan seorang pejabat Negara yaitu pejabat umum Negara dalam melaksanakan tugasnya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum.
Penelitian ini, bersifat deskriptif analitisdengan metode penelitian kualitatif yang bersifat interaktif, Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif. Metode yang bersifat interaktif, yaitu metode yang lebih menekankan pada pencarian makna sesuai dengan realitas. data yang dihasilkan berupa data deskriptif mengenai subjek yang diteliti secara logis dan sistematis dengan menggunakan metode berfikir deduktif, suatu logika yang berangkat dari kaidah-kaidah umum ke kaidah yang bersifat khusus, sehingga akan menghasilkan uraian yang bersifat deskriptif
Dari hasil penelitian diketahui kontribusi Notaris pada proses Pendirian Koperasi menuju berbadan hukum di Kota Medan adalah dalam pembuatan akta pendirian dibuat oleh Notaris khusus pembuat akta Koperasi yang diatur dalam Pasal 1 angka (4) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 Tentang Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi (NPAK) adalah pejabat umum yang diangkat berdasarkan peraturan jabatan Notaris, yang diberikan kewenangan antara lain untuk membuat akta pendirian, akta perubahan anggaran dasar dan pembubaran Koperasi. Sehubungan dengan pendirian Koperasi untuk berbadan hukum, mulai tahun 2004 setelah keluarnya Keputusan tersebut wajib melibatkan Notaris dalam Pendirian Koperasi untuk sahnya Koperasi tersebut sebagai badan hukum yakni dengan Akta Pendirian Koperasi. dan adanya Peranan Notaris umum pada aktivitas koperasi terhadap pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Medan, Koperasi menggunakan Jasa Notaris dalam menyalurkan Pinjaman Kredit.
Disarankan Perlunya Komunikasi yang positif dari berbagai pihak antara lain Dinas Koperasi dan UMKM selaku Dinas yang memiliki otoritas dibidang perkoperasian dan Notaris Pembuat Akta Koperasi yang telah diberi wewenang untuk membuat akta pendirian Koperasi khususnya di Kota Medan.
(6)
ABSTRACT
Policy entangle Notary in founding of Cooperation, is not meant to be burden for cooperation, but on the contrary to be position of Cooperation gain strength under the law, Notary is professional functionary, which have the separate specialization, because beside he is a professional he also is a functioner that is public functionary state in executing his duty to give the service to public society.
Research in this thesis, have the character of analytical descriptive research method is qualitative is the method having the character of interaktif, The Analyse data done with method analyse qualitative. The method having the character of interaktif, that is the method more emphasizing at of seeking of meaning as according to reality, the data yielded in the form of descriptive data regarding subjek the logical research and systematicly by using method to think deductive, the logic leaving from public methods to the method having the character of special, so that will yield the description having the character of descriptive.
The result of research known by the contribution Notary at process founding Cooperation go to punish in Medan is in making of bill of establishment made by Notary special of maker of act Cooperation arranged in Section 1 sentence (4) Ministrial decree State Cooperation and Small and medium industry Republic of Indonesia No. 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 by Notary as Notary special of maker of act Cooperation is public functionary which lifted pursuant to regulation of position/occupation Notary, what is given authority for example to make the bill of establishment, act change of statutes and disbandment Cooperation. Referring to founding Cooperation to law, start the year of 2004 after his exit decision the is obliged to entangle Notary in founding Cooperation for the validity of him Cooperation the as legal body namely with Bill of establishment Cooperation and existence of Notary public cooperation activity to development micro, small and medium industry in field town, Cooperation use Notary in channelling credit.
Is suggested impotance comunication which are positive from various party/ side for example Cooperation and Micro, Small and Medium Industry Department as departmen owning the cooperation area authority and NPAK which have been given the authority to make the bill of establishment Cooperation specially in Medan.
(7)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah wa syukurillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena
dengan rahmat dan inayah-Nya (pertolongan-Nya) penulis dapat menyelesaikan studi
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara program study M.Kn.
Penulisan tesis ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn) dan penulisan tesis ini berjudul:
“PERANAN NOTARIS PADA PENDIRIAN DAN AKTIVITAS KOPERASI
TERHADAP USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH DI KOTA MEDAN.
Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan
moril, masukan dan saran, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Penulis ucapkan terima kasih khususnya kepada yang terhormat dan terpelajar Bapak
Dosen Pembimbing Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum., Bapak Syafnil
Gani, SH., M.Hum, dan Ibu Prof. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum atas kesediaannya
membantu dalam memberikan bimbingan dan petunjuk serta arahan demi
kesempurnaan penulisan tesis ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Penguji Bapak
Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Bapak Dr. Dedi Heriantio, SH, M.Hum. yang telah memberikan masukan-masukan terhadap penyempurnaan tesis
ini sejak tahap kolokium, seminar hasil sampai pada ujian tertutup, sehingga
(8)
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara beserta seluruh staf atas kesempatan dan fasilitas yang
diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan ini.
2. Para Ibu dan Bapak Dosen di lingkungan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara khususnya para Ibu dan Bapak Dosen di Program Studi
Magister Kenotariatan.
3. Para pegawai pada Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
4. Bagian Penelitian dan Pengembangan Kantor walikota Medan yang telah
memberikan ijin penelitian pada Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan
5. Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan
6. Bpk.Heronomius Jolong Ketua Koperasi CU MANDIRI di Medan beserta
staff.
7. Rekan-rekan pada Program Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara sahabat tersayang: Dame, k leni, Putri, mada,
natalia, gelora, dina, dll yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu
memberikan semangat, dorongan dan juga bantuan kepada penulis dalam
penyelesaian studi S2 ini, sahabat terbaik yang sempat mendorong dan
memberikan motivasi yang telah menghadap-NYA Almarhumah Rhabiatul
(9)
8. Teramat kusayangi, orang tua yang kasih sayangnya seluas samudera, yaitu
dipersembahkan tesis ini ke pangkuan Ayahanda Alm Rajuddin Abbas dan
Ibunda Dasmiarni dengan kasih sayang yang sempurna beliau mendidik kami
anaknya dan hanya kepada Allah SWT senantiasa penulis memohonkan
semoga allah senantiasa memberiklan kebahagiaan yang berlimpah amin ya
rabbal alamin kepada keluarga besar di Ampang Kuranji Sumatera Barat yang
turut mendoakan kesuksesan penulis, kepada bapak Abuzar dan Ibu Zuirda
di Medan yang telah turut mendoakan kesuksesan penulis semoga allah
membalas semua kebaikan ini amin.
Serta Adik-adik yang telah mendorong penulis untuk terus maju melanjutkan
study dan memberi semangat agar secepatnya menyelesaikan tesis ini, yaitu Linda
Nopriani,S.Pdi dan Ghazali juga adik dan kakak yang berada di Medan kak desy, yeni, nety dan andi.
Teruntuk Suamiku tercinta Johan Agustian,SH yang senantiasa dengan
segala daya dan upaya moril dan materil memberi motivasi, semangatnya dan doanya
sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di Program Studi Magister Kenotariatan
(10)
Teruntuk dua buah hatiku tersayang M. Falih Fawwaz dan M. Faturrahman
yang telah mengorbankan waktu bersama demi menyelesaikan kuliah di Program
Studi Magister Kenotariatan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Medan, Agustus 2010
Penulis,
(11)
RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi
Nama : Nike Oktolita
Tempat / Tgl. Lahir : Ampang Kuranji, Sumatera Barat/26 Oktober 1980
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Jl. Mutiara X No.17 Perumahan Bumi Serdang Damai
Kec: Sigara-gara Marendal dalam Deli Serdang.
II. Orang Tua
Nama Ayah : Alm. Rajudin Abbas
Nama Ibu : Dasmiarni
III. Pendidikan
1. SD 03 Koto Gadang (Tamat tahun 1993) 2. SMP Negeri 3 Wonotiung (Tamat tahun 1996) 3. SMU Negeri 1 Koto Baru (Tamat tahun 1999)
4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (Tamat tahun 2003)
Medan, 20 Agustus 2010 Penulis
(12)
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK... .. i
ABSTRACT... ... ii
DAFTAR ISI... ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
RIWAYAT HIDUP... ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... ...1
A. Latar Belakang ... ...1
B. Perumusan Masalah ... ...9
C. Tujuan Penelitian ... .. 9
D. Manfaat Penelitian ... .. 9
E. Keaslian Penelitian ... ..11
F. Kerangka Teori dan Konsepsional ... ..16
1. Kerangka Teori... ..16
2. Kerangka Konsepsional ... ..18
G. Metode Penelitian... ..36
1. Spesifikasi Penelitian ... ..36
2. Sumber Data ... ..37
(13)
4. Analisis Data ... ..39
BAB II PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN KOPERASI...41
A. Tinjauan Umum tentang Notaris ...41
1. Sejarah Notaris di Indonesia...41
2. Pengertian Notaris sebagai Pejabat Umum... 49
3. Akta-akta Notaris... 51
4. Notaris Pembuat Akta Koperasi (NPAK)... 53
5. Prosedur Menjadi Notaris Pembuat Akta Koperasi (NPAK)... 55
B. Peranan Notaris pada Pendirian Koperasi... 58
1. Dasar Hukum Akta Pendirian Koperasi... 58
2. Peranan Notaris pada Akta Pendirian Koperasi... 59
3. Mekanisme Pendaftaran Koperasi sebagai Badan Hukum pada Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan... 62
4. Proses Pengesahan Badan Hukum Koperasi pada Dinas Koperasi dan UMKM Kota Medan... 65
BAB III PERANAN NOTARIS PADA AKTIVITAS KOPERASI UNTUK PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH... 74
A. Gambaran Umum Kredit Mikro pada Koperasi... 74
1. Kredit Mikro untuk UMKM sebagai Aktivitas Koperasi... 83
2. Gambaran Koperasi Credit Union (CU)... 85
B. Akta Pengakuan Hutang dan Kuasa Menjual Notaris dalam Aktivitas Kredit bagi UMKM pada Koperasi ... 89
(14)
C. Kredit Mikro Koperasi dan Pengembangan Usaha
UMKM di Kota Medan... 98
1. Gambaran UMKM di Kota Medan... 98
2. Hasil Penelitian di Koperasi CU MANDIRI Medan... 105
BAB IV TANTANGAN DAN KENDALA PERAN SERTA NOTARIS TERHADAP KOPERASI DAN AKTIVITASNYA... 115
A. Tantangan dan Kendala dalam Pembuatan Akta Pendirian Koperasi... 115
B. Tantangan dan Kendala Peranan Notaris dalam Aktivitas Koperasi..123
C. Upaya Notaris dalam menghadapi Kendala dan Tantangan...128
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 131
A. Kesimpulan... 131
B. Saran... 134
(15)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1. Jumlah Koperasi di Kota Medan Sampai Juni 2010... 71
2. Daftar Kredit diatas Rp. 10.000.000 pada Koperasi CU MANDIRI
Medan... 95
3. Data Umum Pinjaman Pelaku Usaha pada Koperasi CU MANDIRI
Medan... 107
4. Kategori dan Jenis Pinjaman pada Koperasi CU MANDIRI
(16)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1. Skema Tata Cara Pembentukan Badan Hukum Koperasi pada Dinas
(17)
ABSTRAK
Kebijakan melibatkan Notaris dalam pendirian koperasi, bukan dimaksudkan untuk menjadi beban bagi koperasi, namun sebaliknya agar kedudukan koperasi semakin kuat di mata hukum, Notaris merupakan pejabat profesional, yang mempunyai spesialisasi tersendiri, karena di samping ia seorang profesional ia juga merupakan seorang pejabat Negara yaitu pejabat umum Negara dalam melaksanakan tugasnya untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum.
Penelitian ini, bersifat deskriptif analitisdengan metode penelitian kualitatif yang bersifat interaktif, Analisis data dilakukan dengan metode analisis kualitatif. Metode yang bersifat interaktif, yaitu metode yang lebih menekankan pada pencarian makna sesuai dengan realitas. data yang dihasilkan berupa data deskriptif mengenai subjek yang diteliti secara logis dan sistematis dengan menggunakan metode berfikir deduktif, suatu logika yang berangkat dari kaidah-kaidah umum ke kaidah yang bersifat khusus, sehingga akan menghasilkan uraian yang bersifat deskriptif
Dari hasil penelitian diketahui kontribusi Notaris pada proses Pendirian Koperasi menuju berbadan hukum di Kota Medan adalah dalam pembuatan akta pendirian dibuat oleh Notaris khusus pembuat akta Koperasi yang diatur dalam Pasal 1 angka (4) Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 Tentang Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi (NPAK) adalah pejabat umum yang diangkat berdasarkan peraturan jabatan Notaris, yang diberikan kewenangan antara lain untuk membuat akta pendirian, akta perubahan anggaran dasar dan pembubaran Koperasi. Sehubungan dengan pendirian Koperasi untuk berbadan hukum, mulai tahun 2004 setelah keluarnya Keputusan tersebut wajib melibatkan Notaris dalam Pendirian Koperasi untuk sahnya Koperasi tersebut sebagai badan hukum yakni dengan Akta Pendirian Koperasi. dan adanya Peranan Notaris umum pada aktivitas koperasi terhadap pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di kota Medan, Koperasi menggunakan Jasa Notaris dalam menyalurkan Pinjaman Kredit.
Disarankan Perlunya Komunikasi yang positif dari berbagai pihak antara lain Dinas Koperasi dan UMKM selaku Dinas yang memiliki otoritas dibidang perkoperasian dan Notaris Pembuat Akta Koperasi yang telah diberi wewenang untuk membuat akta pendirian Koperasi khususnya di Kota Medan.
(18)
ABSTRACT
Policy entangle Notary in founding of Cooperation, is not meant to be burden for cooperation, but on the contrary to be position of Cooperation gain strength under the law, Notary is professional functionary, which have the separate specialization, because beside he is a professional he also is a functioner that is public functionary state in executing his duty to give the service to public society.
Research in this thesis, have the character of analytical descriptive research method is qualitative is the method having the character of interaktif, The Analyse data done with method analyse qualitative. The method having the character of interaktif, that is the method more emphasizing at of seeking of meaning as according to reality, the data yielded in the form of descriptive data regarding subjek the logical research and systematicly by using method to think deductive, the logic leaving from public methods to the method having the character of special, so that will yield the description having the character of descriptive.
The result of research known by the contribution Notary at process founding Cooperation go to punish in Medan is in making of bill of establishment made by Notary special of maker of act Cooperation arranged in Section 1 sentence (4) Ministrial decree State Cooperation and Small and medium industry Republic of Indonesia No. 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 by Notary as Notary special of maker of act Cooperation is public functionary which lifted pursuant to regulation of position/occupation Notary, what is given authority for example to make the bill of establishment, act change of statutes and disbandment Cooperation. Referring to founding Cooperation to law, start the year of 2004 after his exit decision the is obliged to entangle Notary in founding Cooperation for the validity of him Cooperation the as legal body namely with Bill of establishment Cooperation and existence of Notary public cooperation activity to development micro, small and medium industry in field town, Cooperation use Notary in channelling credit.
Is suggested impotance comunication which are positive from various party/ side for example Cooperation and Micro, Small and Medium Industry Department as departmen owning the cooperation area authority and NPAK which have been given the authority to make the bill of establishment Cooperation specially in Medan.
(19)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia sampai hari ini masih dihadapkan dengan tingginya angka
kemiskinan serta berbagai persoalan yang terkait dengan kemiskinan baik sebagai
akibat maupun yang memperberat persoalan kemiskinan seperti pengangguran,
kesenjangan ekonomi, iklim investasi yang kurang kondusif, merajalelanya pungutan
liar yang memicu high cost economy, otonomi yang kontraproduktif, ketidakpastian
hukum, budaya korupsi yang menggurita, reformasi ekonomi yang lamban dan
segunung persoalan kronis lainnya.1
Demokrasi ekonomi di tengah kondisi hilangnya roh dan visi pembangunan
ekonomi saat ini harus diwujudkan dalam bentuk perluasan akses partisipasi sosial
dan akses masyarakat miskin pada sumber daya ekonomi. Kemiskinan menurut
Amartya Sen, dikarenakan kurangnya partisipasi dan akses masyarakat miskin pada
sumber daya, kurangnya akses akan membuahkan kesenjangan.2 Majalah Globe Asia
melaporkan kekayaan 150 (seratus lima puluh) orang terkaya Indonesia tahun 2010
naik 22 (dua puluh dua) persen menjadi 61,5 (enam puluh satu koma lima) miliar
dolar AS. Untuk 15 (lima belas) orang terkaya, angkanya 30,65 (tiga puluh koma
1
Zulkarnain Lubis, Koperasi untuk Ekonomi Rakyat, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2008), hal. 1.
2
Mukhaer Pakkanna, Opini: ”Nasib Koperasi dan Korporatokrasi”, Koran Kompas, Senin, 12 Juli 2010, hal. 6.
(20)
enam puluh lima) miliar dolar AS sekitar Rp. 275,58 (dua ratus tujuh puluh lima
koma lima delapan) triliun. Kontras dari itu data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun
2008 (dua ribu delapan) sekitar 37,17 (tiga puluh tujuh koma tujuh belas) juta orang
Indonesia memiliki tingkat pengeluaran kurang dari Rp. 166.967 (seratus enam puluh
enam ribu sembilan ratus enam puluh tujuh rupiah) perbulan atau kurang dari Rp.
5.565.- (lima ribu lima ratus enampuluh lima rupiah) perhari untuk biaya hidup.3
Dalam era pasar bebas dan terbuka Indonesia melalui kebijaksanaan
pemerintah mengembangkan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
jangka panjang bertujuan untuk meningkatkan potensi dan partisipasi aktif UMKM
dalam pembangunan nasional, khususnya dalam kegiatan ekonomi dalam rangka
mewujudkan pemerataan pembangunan melalui perluasan lapangan kerja dan
peningkatan pendapatan. Sasaran dan pembinaan usaha kecil adalah meningkatnya
jumlah pengusaha menengah dan terwujudnya usaha yang makin tangguh dan
mandiri, sehingga pelaku ekonomi tersebut dapat berperan dalam perekonomian
nasional dan internasional.4
Pelaku Ekonomi adalah: pihak-pihak yang melakukan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan. Pelaku ekonomi ada 4:5
3 Ibid. 4
Tiktik Sartika Partomo & Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/Menengah &
Koperasi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), hal. 25.
5
“Pelaku-pelaku ekonomi” http://www.crayonpedia.org/mw/BAB 8, di akses Jumat tanggal 30 Juli 2010 jam 16.00 WIB.
(21)
1. Konsumen
Adalah pihak yang menggunakan/menkonsumsi barang/jasa dan menyediakan
faktor-faktor produksi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Modal
Kewirausahaan
2. Produsen
Adalah pihak yang memproduksi barang/jasa
3. Pemerintah
Adalah pihak yang mengatur perekonomian, penarik pajak dari konsumen dan
produsen, penyedia fasilitas umum, pemberi subsidi.
4. Masyarakat Luar Negeri
Adalah yang mengekspor dan menginpor barang/jasa dalam negeri, pengekspor dan
penginpor faktor produksi dalam negeri, dan penghasil devisa.
Dari batasan tersebut yang dapat dikatakan pelaku ekonomi ada lima antara lain:6
1. Rumah tangga Keluarga
Rumah tangga keluarga adalah pelaku ekonomi yang terdiri dari ayah, ibu,
anak dan anggota keluarga lainnya. Rumah tangga keluarga termasuk kelompok
pelaku ekonomi yang cakupan wilayahnya paling kecil. Rumah tangga keluarga
adalah pemilik berbagai faktor produksi. Faktor-faktor produksi yang terdapat dalam
rumah tangga antara lain: tenaga kerja, tenaga usahawan, barang-barang modal,
kekayaan alam dan harta tetap seperti tanah dan bangunan. Faktor-faktor produksi
yang terdapat pada rumah tangga keluarga akan ditawarkan kepada sektor
6 Ibid.
(22)
perusahaan. Dalam Rumah tangga keluarga terdapat tenaga usahawan yang berusaha
pada sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) seperti pedagang kecil dll.
2. Perusahaan
Perusahaan adalah organisasi yang dikembangkan oleh seseorang atau
sekumpulan orang dengan tujuan untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa
yang dibutuhkan masyrakat. Kegiataan ekonomi yang dilakukan rumah tangga
perusahaan meliputi kegiatan konsumsi, produksi dan distribusi. Perusahaan adalah
tempat berlangsungnya produksi. Berdasarkan lapangan usahanya, perusahaan yang
ada dalam perekonomian dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu industri
primer, industri sekunder, dan industri tersier.
3. Pemerintah
Pemerintah adalah badan-badan pemerintah yang bertugas untuk mengatur
kegiatan ekonomi seperti halnya rumah tangga keluarga dan perusahaan, pemerintah
juga sebagai pelaku ekonomi yang melakukan kegiatan konsumsi, produksi, dan
distribusi
4. Masyarakat
Masyarakat sebagai pelaku ekonomi maksudnya adalah masyarakat luar
negeri. Masyarakat luar negeri juga termasuk pelaku ekonomi yang penting bagi
perekonomian, karena berhubungan dengan transaksi luar negeri. Transaksi luar
negeri tidak hanya berupa transaksi perdagangan, namun juga berhubungan dengan
(23)
5. Koperasi
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan hukum
yang berlandaskan asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi. Kegiatan usaha
koperasi merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 33 ayat (1). Dengan adanya
penjelasan UUD 1945 ayat (1) koperasi berkedudukan sebagai soko perekonomian
nasional dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem perekonomian
nasional. Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi
ekonomi yang berusaha menggerakkan potensi sumber daya ekonomi demi
memajukan kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut terbatas,
dan dalam mengembangkan koperasi harus mengutamakan anggota, maka Koperasi
harus mampu bekerja seefisien mungkin dan mengikuti prinsip-prinsip koperasi dan
kaidah-kaidah ekonomi.
Koperasi dikatakan tepat sebagai salah satu alternatif dalam menanggulangi
kemiskinan karena memang koperasi bermula digerakkan oleh kaum miskin, dan
ditujukan untuk membantu mengangkat masyarakat dari kemiskinan dan kemelaratan,
karena koperasi didasarkan pada solidaritas dan individualitas, tumbuh dari bawah
kesadaran sendiri para anggotanya, kemauan untuk menolong diri sendiri dan
anggotanya, kemandirian serta ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
(24)
prinsip dasar koperasi, sehingga melalui koperasi diharapkan perekonomian rakyat
terangkat dan kemiskinan dapat ditanggulangi.7
Dalam ekonomi kerakyatan, hanya ada satu bentuk usaha atau pelaku
ekonomi yang sesuai yaitu Koperasi. Dalam praktik bisnis dikenal berbagai macam
bentuk badan usaha seperti perusahaan perseorangan, firma, perseroan komanditer
dan Perseroan Terbatas. Akan tetapi, badan usaha yang paling cocok dengan jiwa
gotong royong bangsa Indonesia hanya koperasi. Sebagai badan ekonomi rakyat,
koperasi dapat didirikan oleh siapapun asalkan memiliki sifat gotong royong dan
keinginan untuk maju bersama. Dari sisi nilai investasi, modal awal pendirian
koperasi tidak sebesar perseroan terbatas (PT). Dari segi kepemilikan, setiap orang
boleh menjadi anggota koperasi dengan syarat-syarat ringan seperti simpanan pokok
yang tidak memberatkan. Dari sudut sosial, setiap anggota koperasi biasanya sudah
saling mengenal sehingga kegiatan bisnisnya dimulai dari rasa saling percaya.
Kebijakan melibatkan Notaris dalam pendirian koperasi, bukan dimaksudkan untuk
menjadi beban bagi koperasi, namun sebaliknya agar kedudukan koperasi semakin
kuat di mata hukum, Notaris merupakan pejabat profesional, yang mempunyai
spesialisasi tersendiri, karena di samping ia seorang profesional ia juga merupakan
seorang pejabat Negara yaitu pejabat umum Negara dalam melaksanakan tugasnya
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat umum.8
7
Ibid, hal. 180.
8
(25)
Profesi Notaris adalah profesi yang semi publik. Jabatan Notaris adalah
jabatan publik namun lingkup kerjanya berada dalam konstruksi hukum privat.
Setelah keluarnya Keputusan Menteri Nomor 98/KEP/M.UKM/IX/2004, Notaris
berwenang untuk membuat akta koperasi.9
Akta otentik yang dibuat oleh Notaris sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh
mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan hukum dalam kehidupan
masyarakat. Dalam berbagai hubungan bisnis, kegiatan di bidang perbankan,
pertanahan, kegiatan sosial, dan lain-lain, kebutuhan akan pembuktian tertulis berupa
akta otentik makin meningkat sejalan dengan berkembangnya tuntutan akan kepastian
hukum dalam berbagai hubungan ekonomi dan sosial, baik pada tingkat nasional,
regional, maupun global. Melalui akta otentik yang menentukan secara jelas hak dan
kewajiban, menjamin kepastian hukum, dan sekaligus diharapkan pula dapat
dihindari terjadinya sengketa. Walaupun sengketa tersebut tidak dapat dihindari,
dalam proses penyelesaian sengketa tersebut, akta otentik yang merupakan alat bukti
tertulis terkuat dan terpenuh memberi sumbangan nyata bagi penyelesaian perkara
secara murah dan cepat.10
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
sejauh pembuatan akta otentik tertentu tidak dikhususkan bagi pejabat umum lainnya.
Pembuatan akta otentik ada yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
9
Treesna Sari Berliana L. Tobing, ”Peran Notaris dalam Membuat Akta Pendirian dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi”, Tesis, Medan: Sekolah Pascasarjana USU, 2008, hal. i.
10
Penjelasan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Bagian I Umum paragraph 3, (Bandung: Fokus Media, 2004), hal. 46-47.
(26)
dalam rangka menciptakan kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum. Selain
akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris, bukan saja karena diharuskan
oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga karena dikehendaki oleh pihak yang
berkepentingan untuk memastikan hak dan kewajiban para pihak demi kepastian,
ketertiban, dan perlindungan hukum bagi pihak yang berkepentingan sekaligus, bagi
masyarakat secara keseluruhan. Akta otentik pada hakikatnya memuat kebenaran
formal sesuai dengan apa yang diberitahukan para pihak kepada Notaris. Namun,
Notaris mempunyai kewajiban untuk memasukkan bahwa apa yang termuat dalam
Akta Notaris sungguh-sungguh telah dimengerti dan sesuai dengan kehendak para
pihak, yaitu dengan cara membacakannya sehingga menjadi jelas isi Akta Notaris,
serta memberikan akses terhadap informasi, termasuk akses terhadap peraturan
perundang-undangan yang terkait bagi para pihak penanda tangan akta. Dengan
demikian, para pihak dapat menentukan dengan bebas untuk menyetujui atau tidak
menyetujui isi Akta Notaris yang akan ditandatanganinya.11
Keterlibatan Notaris tidak semata-mata membantu proses pembuatan
akta-akta (akta-akta otentik) koperasi saja, tetapi turut peduli terhadap prospek perkembangan
koperasi yang menjadi kliennya dan bersedia memberikan bimbingan dan konsultasi
hukum yang berkaitan dengan pembuatan akta notaris. Tujuannya agar kalangan
gerakan koperasi dan kalangan masyarakat koperasi semakin memahami dan tidak
awam dengan hal-hal yang berbau hukum.12
11 Ibid. 12
(27)
Hal inilah yang menjadi alasan untuk meneliti lebih jauh bagaimana peran
Notaris pada pendirian dan aktivitas koperasi terhadap pengembangan Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Medan.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan paparan di atas maka yang menjadi pokok permasalahan dalam
penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah Peranan Notaris pada Pendirian Koperasi ?
2. Bagaimanakah Peranan Notaris dalam Aktivitas Koperasi terhadap Usaha Mikro
Kecil dan Menengah?
3. Apa yang Menjadi Tantangan, Kendala dan Upaya bagi Notaris Sehubungan
dengan Peranannya pada Koperasi ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peranan Notaris pada pendirian koperasi di Kota Medan.
2. Untuk mengetahui peranan Notaris dalam aktivitas koperasi terhadap Usaha
Mikro Kecil dan Menengah melalui Koperasi sebagai penyalur kredit bagi
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Medan.
3. Untuk mengetahui tantangan, kendala dan upaya bagi Notaris sehubungan
dengan peranannya pada koperasi dan aktivitasnya di Kota Medan.
D. Manfaat Penelitian
Dari pembahasan permasalahan dalam kegiatan penelitian ini diharapkan
(28)
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam bentuk sumbangan saran untuk perkembangan ilmu hukum pada umumnya
serta Ilmu Kenotariatan khususnya yang berkaitan dengan peran Notaris dalam
mendukung program Pemerintah guna meningkatkan perekonomian rakyat dan
mengurangi kemiskinan melalui pendirian koperasi.
Secara praktek, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada pihak-pihak yang berhubungan dengan peranan Notaris dalam pendirian
Koperasi dan aktivitas Koperasi di tengah-tengah kehidupan masyarakat, yaitu:
1. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau badan hukum
khususnya koperasi akan pentingnya pengurusan izin pendiriannya kepada
Notaris.
2. Memberi masukan kepada Notaris, Pemerintah Kota Medan serta Dinas Koperasi
dan UMKM Kota Medan untuk tetap memperhatikan dan membina koperasi
untuk lebih menjadi lembaga yang profesional sehingga dapat membantu
Pemerintah dalam rangka mengurangi kemiskinan melalui para pelaku Usaha
Mikro Kecil dan Menengah di Kota Medan dan memberi masukan kepada insan
perkoperasian bahwa setiap peristiwa hukum atau aktivitas Koperasi sebaiknya
dibuat dengan akta otentik.
3. Memberi informasi kepada masyarakat umumnya dan kepada pengurus koperasi
dan Notaris Pembuat Akta Koperasi di Kota Medan khususnya hambatan dalam
(29)
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi dan penelusuran kepustakaan yang telah dilakukan
di lingkungan Universitas Sumatera Utara dan Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara. Maka penelitian dengan judul Peranan Notaris pada Pendirian dan
Aktivitas Koperasi terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Medan,
belum pernah ada yang meneliti. Dengan demikian penelitian ini dapat
dipertanggung-jawabkan keasliannya. Akan tetapi dapat penulis paparkan di bawah
ini ada beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan judul tesis penulis
tersebut.
Penelitian Terdahulu:
1. Karmila (Tahun 2006), Judul Penelitian: Peran Notaris dalam Pembuatan Akta
Koperasi Menurut Kepment No. 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 (Studi di Dinas
Koperasi Kota Medan).
Permasalahan:
1. Bagaimana eksistensi Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 dalam
membuat akta pendirian koperasi pada masa yang akan datang?
2. Bagaimana sistem pertanggungjawaban pengurus koperasi dalam sistem hukum
badan usaha di Indonesia?
3. Apakah Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(30)
dengan tugas-tugas Notaris dalam membuat akta berdasarkan Undang-Undang
Jabatan Notaris?
Hasil Penelitian:
1. Sejak berlakunya Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004, eksistensi
Notaris dalam pembuatan akta koperasi, Notaris juga berperan untuk
menjelaskan prinsip-prinsip dan nilai-nilai koperasi kepada para pendiri,
pengurus dan anggota koperasi. Untuk masa yang akan datang, Notaris pembuat
akta koperasi juga memiliki tanggung jawab moral untuk memberikan
bimbingan dan penyuluhan hukum kepada para pendiri, dan seluruh anggota
koperasi.
2. Pertanggungjawaban pengurus koperasi tidak hanya sebatas modal yang
dimasukkan kedalam koperasi tetapi juga sampai ke harta pribadinya, jika
koperasi rugi maka pengurus bertanggung jawab untuk melunasi kredit yang
ada di Bank, sebagaimana badan hukum, koperasi memiliki tanggung jawab
baik secara perdata, pidana, dan administrasi negara, yakni:
a. Secara Perdata, Badan Koperasi dapat dituntut untuk mengganti kerugian
apabila melakukan wanprestasi seperti diatur dalam Pasal 1239
KUHPerdata. Ketentuan ini juga dipertegas dalam Undang-Undang Nomor
25 Tahun 1992 Pasal 34 ayat (1) yang menyebutkan pengurus, baik
(31)
koperasi, karena tindakan yang dilakukan dengan kesengajaan atau
kelalaiannya.
b. Koperasi sebagai badan hukum, juga dapat dituntut secara pidana oleh
penuntut umum. Ketentuan ini dapat dilihat dalam Undang-Undang No. 7
Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Ekonomi. Secara khusus sanksi pidana
dalam perkoperasian juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Koperasi Pasal 34 ayat (2).
c. Secara Administrasi, sanksi pembubaran koperasi sebagai badan hukum
diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Pasal 47. Apabila
terdapat bukti bahwa koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan
Undang-Undang tersebut Pemerintah berhak membubarkan koperasi apabila
dianggap melakukan kegiatan yang bertentangan dengan ketertiban umum
dan kesusilaan serta apabila kelangsungan hidup koperasi tidak diharapkan
lagi.
3. Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik
Indonesia Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 tidak bertentangan dengan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN).
Di mana keputusan yang mengatur tugas Notaris sebagai Pejabat Pembuat Akta
Koperasi tersebut merupakan aturan khusus (lex spesialis) dari ketentuan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN).
Undang-Undang Jabatan Notaris mengatur kedudukan tugas dan tanggung
(32)
khusus membuat Akta Koperasi diatur dalam keputusan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor
98/KEP/M.KUKM/IX/2004.
2. Treesna Sari Berliana L Tobing (2008) Judul Penelitian: Peran Notaris dalam
Membuat Akta Pendirian dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha
Koperasi.
Permasalahan:
1. Bagaimana peranan Notaris dalam membuat akta pendirian dan akta perubahan
anggaran dasar badan usaha koperasi menurut peraturan perundang-undangan
tentang koperasi sebelum dan sesudah zaman kemerdekaan?
2. Apa kendala-kendala yang dihadapi oleh Notaris dalam membuat akta
pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan usaha koperasi?
3. Apa upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi yang dihadapi Notaris
dalam pembuatan akta pendirian dan akta perubahan anggaran dasar badan
usaha koperasi?
Hasil Penelitian:
1. Akta pendirian dan perubahan Anggaran Dasar Koperasi pada zaman sebelum
dan sesudah kemerdekaan adalah sebagai berikut:
Pada zaman Hindia Belanda wajib dibuat oleh Notaris dalam Staatsblad
1915-431, tidak diwajibkan pada Staatsblad 1927-91, diwajibkan kembali oleh
Staatsblad 1933-108, sesudah kemerdekaan, sejak tahun 1949 tidak ada lagi
(33)
Koperasi dan UKM Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 menjadi wajib dibuat
oleh Notaris Pembuat Akta Koperasi.
2. Kendala yang dihadapi Notaris dalam pelaksanaan kebijaksanaan Pemerintah
dalam membuat akta pendirian koperasi dan akta perubahan anggaran dasar
adalah bahwa masih cukup banyak Notaris yang belum memahami seluk
beluk perkoperasian. Selain itu keberadaan Notaris yang belum menyebar
secara merata juga merupakan kendala bagi pelaksanaan Peraturan
Pemerintah itu, karena biasanya koperasi lebih banyak berkembang di
daerah-daerah pedesaan. Demikian juga mengenai biaya pembuatan akta yang
mungkin bagi beberapa pendiri koperasi yang lebih banyak berkembang di
daerah-daerah pedesaan tersebut, bagi beberapa pendiri koperasi biayanya
cukup memberatkan.
3. Upaya dalam mengatasi kendala-kendala yang dihadapi notaris dalam
membuat akta pendirian dan perubahan anggaran dasar koperasi adalah bahwa
Notaris harus terus mempelajari dan mengikuti perkembangan koperasi
di Indonesia. Untuk mengatasi kendala dalam sosialisasi wewenang baru
Notaris sebagai pejabat pembuat akta koperasi, maka Ikatan Notaris Indonesia
(34)
F. Kerangka Teori dan Konsepsional 1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengenai gejala spesifik
atau proses sesuatu terjadi, dan teori harus diuji dengan menghadapkannya pada
fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.13
Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori,
tesis, dari para penulis ilmu hukum di bidang hukum koperasi yang berkaitan dengan
pembuatan akta pendirian, yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang
mungkin disetujui atau tidak disetujui, yang merupakan masukan eksternal bagi
penulisan tesis ini.14
Landasan teori ini dibuat agar pada waktu penelitian ini dibuat tidak salah
arah jadi landasan teori ini berfungsi untuk memberikan arahan/petunjuk dan ramalan
serta menjalankan gejala yang diamati, karena penelitian ini adalah penelitian hukum.
Sejalan dengan hal tersebut, maka terdapat beberapa teori yang digunakan
sebagai pisau analisis dalam penelitian ini, diantaranya adalah teori Sosiological
Jurisprudence dan Teori Hukum Pancasila.15
Roscoe Pond dalam teori Sosiological Jurisprudence berpendapat bahwa
di dalam masyarakat terdapat kompromi yang cermat antara hukum tertulis sebagai
kebutuhan masyarakat hukum demi terciptanya kepastian hukum dan positivisme
13
J.J.J M. Wuisman, Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, (Jakarta: FE UI, 1996), hal. 203. 14
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1994), hal. 27. 15
(35)
hukum dengan hukum yang hidup di tengah masyarakat (living law) sebagai wujud
penghargaan terhadap pentingnya peranan masyarakat dalam pembentukan orientasi
hukum. Dalam hal ini ada 2 (dua) kepentingan yang yang harus dilindungi yaitu
kepentingan publik (negara) dan kepentingan individu (personal).16Adapun letak
korelasi antara kepastian hukum dengan peranan negara, dan peranan masyarakat
dapat dicontohkan dalam hal kesadaran pembuatan akta otentik dalam setiap
hubungan hukum atau peristiwa hukum dalam masyarakat untuk menjamin kepastian
hukum. Oleh karena itu kepastian hukum dan positivisme hukum disamping harus
memenuhi unsur perintah, sanksi, kewajiban dan kedaulatan juga harus
mempertimbangkan unsur kepentingan masyarakatnya agar hukum dapat berjalan dan
dipatuhi masyrakat.
Teori Hukum Pancasila yang dipelopori oleh ahli ekonomi dari Universitas
Gajah Mada Prof. Mubyarto berkembang bersamaan dengan teori ekonomi pancasila
dimasa pemerintahan orde baru Soeharto, menurut para penganutnya, teori hukum
pancasila adalah yang paling sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia, semacam teori
volkgeist (jiwa bangsa) dari para penganut aliran sejarah hukum, khususnya Von
Savigny. Disamping itu, paham pancasila dianggap oleh mereka paling sesuai dengan
kesadaran hukum dan pandangan hidup dari masyarakat Indonesia, sehingga dilihat
dari segi ini teori hukum Pancasila banyak kemiripan dengan teori hukum sosiologis,
seperti yang dikembangkan oleh Roscoe Pound di Amerika Serikat. Teori hukum
Pancasila bergerak dari suatu prinsip bahwa setiap hukum harus sesuai dengan
16
(36)
Pancasila sebagai tolok ukurnya. Artinya, setiap kaidah hukum harus sesuai dengan
kelima sila dalam Pancasila. Jadi, hukum di Indonesia harus memenuhi unsur sebagai
berikut: sesuai kaidah agama (sila ketuhanan), mengandung unsur peri kemanusiaan
adil dan beradab, Mengandung unsur persatuan Indonesia, Sesuai kedaulatan rakyat,
dan mengandung unsur keadilan.17 Koperasi adalah usaha yang berlandaskan
pancasila dan UUD 1945 Dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat (1), sudah digariskan
bahwa perekonomian disusun sebagai usaha bersama berasaskan kekeluargaan. Pasal
1 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyatakan bahwa:
koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan. Jadi
disinilah letak korelasi dalam penelitian ini dengan teori Hukum Pancasila.
2. Kerangka Konsepsional
Konsep adalah satu bagian terpenting dari teori. Konsepsi diterjemahkan
sebagai usaha membawa sesuatu dari abstrak menjadi suatu yang konkrit, yang
disebut dengan operational definition18. Pentingnya definisi operasional adalah untuk
menghindari perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu istilah
yang dipakai.19
Untuk dapat menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini perlu didefinisikan beberapa konsep dasar dalam rangka menyamakan persepsi untuk dapat menjawab permasalahan penelitian.
17
Munir Fuady, op. cit. hal. 167. 18
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para
Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia), 1993, hal. 10.
19
Tan Kamelo, Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan
(37)
Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik20
dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004.21
Akta Notaris adalah akta otentik yang dibuat oleh atau di hadapan Notaris
menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2004.22
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.23
Perkoperasian adalah segala sesuatu yang menyangkut kehidupan koperasi.24
20
Lihat Pasal 15 angka (1 dan 2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris menjelaskan bahwa:
1. Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse, salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
2. Notaris berwenang pula:
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
b. membukukan surat-surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat-surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
d. melakukan pengesahan kecocokan foto copi dengan surat aslinya; e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan akta; f. membuat akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau
g. membuat akta risalah lelang. 21
Lihat Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. 22
Lihat Pasal 1 angka (7) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Akta Notaris diatur secara tegas pada BAB VII Pasal 38 s/d 65.
23
http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi, Diakses pada tanggal 6 Januari 2010 pada pukul 10.40 WIB. Lihat juga Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
(38)
Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang
seorang.25
Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
Koperasi.26
Gerakan Koperasi adalah keseluruhan organisasi koperasi dan kegiatan
perkoperasian yang bersifat terpadu menuju tercapainya cita-cita bersama koperasi.27
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro.28
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
24
Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
25
Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
26
Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
27
Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
28
Lihat Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866. Dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dijelaskan bahwa kriteria usaha mikro adalah sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
(39)
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil.29
Usaha Menengah30 adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan.31
Sedangkan Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh
badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar
dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha
patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.32
29
Lihat Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866. Dalam Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, dijelaskan bahwa kriteria usaha kecil adalah:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 30
Usaha menengah mempunyai kriteria sebagai berikut:
a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
31
Lihat Pasal 1 angka (3) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866. 32
Lihat Pasal 1 angka (4) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
(40)
Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha
Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.33
Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan
pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu
tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.34
Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara sinergis
melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai
aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memperoleh
pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang
seluas-luasnya.35
Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan
33
Lihat Pasal 1 angka (5) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866. 34
Lihat Pasal 1 angka (8) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866.
35
Lihat Pasal 1 angka (9) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
(41)
perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.36
Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan
bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.37
Penjaminan adalah pemberian jaminan pinjaman Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah oleh lembaga penjamin kredit sebagai dukungan untuk memperbesar
kesempatan memperoleh pinjaman dalam rangka memperkuat permodalannya.38
Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun
tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat,
dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
dengan Usaha Besar.39
36
Lihat Pasal 1 angka (10) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866.
37
Lihat Pasal 1 angka (11) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866. 38
Lihat Pasal 1 angka (12) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4866.
39
Lihat Pasal 1 angka (13) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran
(42)
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.40
Berdasarkan pengertian tersebut, yang dapat menjadi anggota koperasi, yaitu:
1. Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi;
2. Badan hukum koperasi, yaitu suatu koperasi yang menjadi anggota koperasi
yang memiliki lingkup lebih luas.
Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 27 (Revisi
1998), disebutkan bahwa karakteristik utama koperasi yang membedakan dengan
badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki identitas ganda. Identitas ganda
maksudnya anggota koperasi merupakan pemilik sekaligus pengguna jasa koperasi.
Umumnya koperasi dikendalikan secara bersama oleh seluruh anggotanya,
di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap keputusan yang
diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil Usaha
atau SHU) biasanya dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi,
misalnya dengan melakukan pembagian dividen berdasarkan besar pembelian atau
penjualan yang dilakukan oleh si anggota.41
40
http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi, Diakses pada tanggal 6 Januari 2010 pada pukul 10.40 WIB bandingkan dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.
41 Ibid.
(43)
Dari segi etimologi koperasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu
cooperatives.42 Terdiri dari kata ‘Co’ dan ‘Operation’ mempunyai arti bersama-sama
bekerja.43 Dari segi bahasa istilah koperasi berasal dari bahasa latin yaitu Cum yang
berarti dengan, dan Aperari berarti bekerja. Dalam bahasa Belanda disebut
Cooperative Verenegingen yang artinya bekerja bersama orang lain untuk mencapai
suatu tujuan tertentu, sedangkan di Inggris disebut Coperation, istilah inilah yang
kemudian menjadi istilah ekonomi sebagai Kooperasi yang dibakukan menjadi istilah
“Koperasi”.44 Dalam bahasa Indonesia dilafalkan menjadi Koperasi.45
Dalam ILO Recommendation Nomor 127 Tahun 1966, Paragraph 12 (a) yang
telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, mengatakan tentang definisi koperasi
sebagai berikut:
Koperasi adalah sekumpulan orang-orang yang secara sukarela berhimpun bersama untuk mencapai suatu tujuan bersama melalui pembentukan suatu organisasi yang diawasi secara demokratis, memberi sumbangan yang wajar dalam modal yang diperlukan, menerima bagian yang wajar dalam menanggung resiko dan manfaat dari perusahaan di dalam mana anggota para anggota berperan secara aktif.46
ILO di dalam penerbitannya tentang “Cooperative management and Administration” (1965) .... Cooperative is an association of person, usually of limited
means, who have voluntarily joined together to achieve a common economic and through the formation of a democratically controlled business organization, making efuitable contrtobution to the capital required and acepting a fair share of the risk and benefits of the undertaking”.
42
Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Hukum Koperasi
di Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha, (Jakarta: Prenada Media, 2005),
hal. 15. 43
Zulkarnain Lubis, Op.Cit, hal. 20. 44
Treesna Sari Berliana L. Tobing, Op.Cit, hal. 40. 45
Andjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit, hal. 15. 46
Soedarsono Hadisapoetro, Pokok-pokok Pikiran Pengembangan Koperasi di Indonesia, (Jakarta: CV. Sapta Caraka, 1986), hal. 104.
(44)
Dari definisi tersebut, koperasi mengandung unsur:
1. Merupakan perkumpulan orang-orang (association of person), 2. Bergabung secara sukarela (have voluntarily joined together),
3. Untuk mencapai tujuan ekonomi bersama (to achieve acommon economic), 4. Organisasi perusahaan yang dikendalikan secara demokratis (democratically
controlled business organization),
5. Kontribusi yang adil terhadap modal yang diperlukan (equitable contribution to
the capital required),
6. Menanggung resiko dan menerima bagian keuntungan secara adil (a fair share of
the risk and benefit of the undertaking).47
Bab VIII tentang Lapangan Usaha Pasal 43 Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1992 tentang Perkoperasian menyebutkan:48
1. Usaha koperasi adalah usaha yang berkaitan dengan langsung dengan kepentingan anggota untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota,
2. Kelebihan kemampuan pelayanan koperasi dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang bukan anggota koperasi,
3. Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan berperan utama di segala bidang kehidupan ekonomi rakyat.
Dapat juga disimpulkan kegiatan usaha koperasi, adalah:49
1. Kegiatan usaha utama yang dijalankan oleh koperasi adalah usaha memiliki keterkaitan kepentingan ekonomi anggota,
2. Kegiatan usaha koperasi berfungsi menyokong kegiatan usaha atau kepentingan ekonomi anggotanya,
3. Perkembangan usaha koperasi seharusnya berimbas pada perkembangan usaha anggota atau peningkatan pemenuhan ekonomi anggotanya.
Dalam UUD 1945 Pasal 33 ayat (1), sudah digariskan bahwa perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berasaskan kekeluargaan, untuk mempertahankan
47
Zulkarnain Lubis, Op.Cit, hal. 21. 48
Pasal 43 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
49
”Prosedur Pengesahan Badan Hukum Koperasi”, Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Medan, 2009.
(45)
kemurnian dari pada UUD 1945 Pasal 33 ayat (1) tersebut bahwa untuk perusahaan
yang sesuai dengan itu adalah “Koperasi”.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang “Perkoperasian”
dinyatakan bahwa:
“Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan”.
Beberapa pendapat yang berusaha memberikan batasan tentang pengertian
koperasi:
R.M. Margono Djojohadikusoemo: dalam bukunya yang berjudul Sepuluh
Tahun Koperasi: Penerangan tentang Koperasi oleh Pemerintah Tahun 1930-1940,
menyatakan bahwa Koperasi adalah perkumpulan manusia orang seorangan yang
dengan sukanya sendiri hendak bekerja sama untuk memajukan ekonominya.
R.S. Soeriaatmadja: Koperasi adalah suatu perkumpulan dari orang-orang
yang atas dasar persamaan derajat sebagai manusia dengan tidak membedakan
haluan, agama atau politik sukarela masuk untuk sekedar memenuhi kebutuhan
bersama yang bersifat kebendaan atas tanggungan bersama.50
Wirjono Prodjodikoro: dalam bukunya Hukum Perkumpulan Perseroan dan
Koperasi Indonesia, mendefinisikan koperasi adalah bersifat suatu kerjasama antara
50
Sagimun M.D. dan Dimyet Myru, hal. 5. dalam Treesna Sari Berliana L. Tobing, Op.Cit, hal. 40.
(46)
orang-orang yang termasuk golongan kurang mampu, yang ingin bersama untuk
meringankan beban hidup atau beban kerja.
Muhammad Hatta: dalam bukunya The Cooperative Movement in Indonesia,
mengemukakan bahwa koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib
penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong.
Selanjutnya dikemukakan pula oleh Muhammad Hatta bahwa gerakan
koperasi adalah melambangkan harapan bagi kaum yang lemah ekonominya
berdasarkan solidaritet, individualitet, autoactivitet, dan self-help, dan jujur.
Muhammad Hatta dalam pidatonya tanggal 12 Juli 1951 mengatakan sebagai
berikut: “Apabila kita membuka UUD 1945 dan membaca serta menghayati isi Pasal
38, maka tampaklah di sana akan tercantum dua macam kewajiban atas tujuan yang
satu. Tujuan ialah menyelenggarakan kemakmuran rakyat dengan jalan menyusun
perekonomian sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Perekonomian
sebagai usaha bersama berdasarkan kekeluargaan adalah koperasi, karena koperasilah
yang menyatakan kerjasama antarmereka yang berusaha sebagai suatu keluarga.
Di sini tak ada pertentangan antara majikan dan buruh, antara pemimpin dan pekerja.
Segala yang bekerja adalah anggota dari koperasinya, sama-sama bertanggung jawab
atas keselamatan rumah tangganya, demikian pula para anggota koperasi sama-sama
bertanggung jawab atas koperasi mereka. Makmur koperasinya, makmur hidup
mereka bersama, rusak koperasinya, rusak hidup mereka bersama.51
51
(47)
Yang dimaksud dengan Pasal 38 dalam pidato Muhammad Hatta tersebut
adalah Pasal 38 UUDS 1950, yang isinya sama dengan Pasal 33 UUD 1945, yaitu:
1. Perekonomian disusun sebagai bersama berdasar asas kekeluargaan,
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara,
3. Bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalam dikuasai oleh negara
dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Dari pengertian tentang definisi koperasi, pada umumnya terdapat berbagai
unsur yang terkandung, tetapi pada pokoknya sama, yaitu:52
1. Merupakan perkumpulan orang, bukan semata perkumpulan modal;
2. Adanya kesamaan dalam tujuan, kepentingan maupun dalam kegiatan ekonomi, yang menyebabkan lahirnya beragam bentuk dan jenis koperasi; 3. Merupakan usaha yang bersifat sosial, tetapi tetap bermotif ekonomi;
4. Bukan bertujuan untuk keuntungan badan koperasi itu sendiri, tetapi untuk kepentingan kesejahteraan anggota;
5. Diurus bersama, dengan semangat kebersamaan dan gotong royong; 6. Netral;
7. Demokratis;
8. Menghindari persaingan antaranggota;
9. Merupakan suatu sistem (terintegrasi dan terorganisasi); 10.Sukarela;
11.Mandiri dengan kepercayaan diri;
12.Keuntungan dan manfaat sama, proporsional dengan jasa yang diberikan; 13.Pendidikan;
14.Moral;
15.Pengaturan beragam untuk setiap negara, tetapi dengan satu prinsip yang tetap sama, yaitu prinsip-prinsip koperasi.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, ada beberapa landasan koperasi
di Indonesia:
52 Ibid.
(48)
1. Landasan Ideal
Koperasi berlandaskan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila.
2. Landasan Struktural
Dalam hal ini, Koperasi Indonesia berlandaskan pada UUD 1945 Pasal 33
ayat (1), beserta penjelasannya. Pasal ini merupakan pangkal tolak bagi
pembangunan ekonomi. Berdasarkan ketentuan pasal ini, Rencana
Pembangunan Nasional Jangka Panjang menegaskan bahwa pembangunan
di bidang ekonomi yang didasarkan pada demokrasi ekonomi menentukan
bahwa masyarakat harus memegang peranan aktif dalam kegiatan
pembangunan, sedangkan pemerintah berkewajiban memberikan pengarahan
bimbingan terhadap pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang
sehat bagi perkembangan dunia usaha.
3. Landasan Mental
Merupakan kesetiakawanan dan kesadaran pribadi yang saling memperkuat
satu dengan lainnya. Keduanya diperlukan sebagai dua unsur yang dorong
mendorong hidup menghidupi dan saling mengawasi.53
Adapun yang menjadi tujuan koperasi yang memiliki dua unsur, yaitu unsur
ekonomi dan unsur sosial. Koperasi merupakan suatu sistem dan sebagaimana
diketahui sistem itu merupakan himpunan komponen-komponen atau bagian yang
saling berkaitan yang secara bersama-sama berfungsi mencapai tujuan.
53
(49)
Tujuan yang dimaksud adalah tujuan ekonomi atau dengan kata lain bahwa
koperasi harus berdasarkan atas motif ekonomi atau mencari keuntungan, sedangkan
bagian-bagian yang saling berkaitan tersebut merupakan unsur-unsur ekonomi seperti
digunakannya sistem pembukuan yang baku, diadakannya pemeriksaan secara
priodik, adanya cadangan, dan sebagainya. Sedangkan unsur sosial, bukan dalam arti
kedermawanan (Philantropis), tetapi lebih untuk menerangkan kedudukan anggota,
dalam organisasi hubungan antarsesama anggota dan hubungan anggota dengan
pengurus. Juga unsur sosial ditemukan dalam cara koperasi yang demokratis,
kesamaan derajat, kebebasan keluar masuk anggota, calon anggota, persaudaraan,
pembagian sisa hasil usaha kepada anggota secara proporsional dengan jasanya, serta
tolong menolong diri sendiri.
Koperasi bersifat suatu kerjasama antarorang-orang yang masuk golongan
kurang mampu dalam hal kekayaan yang ingin meringankan beban hidup dan beban
kerja. Persamaan dengan bentuk usaha lain adalah sama-sama mengejar keuntungan
kebendaan (stoffelijk voordeel). Perbedaannya adalah bahwa koperasi didirikan oleh
orang-orang yang benar-benar memerlukan kerjasama ini untuk mencapai suatu
tujuan, maka biasanya perkumpulan koperasi terdiri dari agak banyak peserta, dan
sifat koperasi ialah bahwa peserta koperasi masing-masing tidak kaya.54
Kongres ke-100 ICA di Manchester menetapkan ICA Identity Cooperative
Statement (IICIS) yang selain memperbaharui, juga menetapkan definisi, nilai-nilai
dan prinsip-prinsip koperasi, sebagai berikut:
54 Ibid.
(50)
Nilai-nilai koperasi:
“Cooperatives are based on the values of self-help, self-responsibility, democracy, equality, equity. Eqquity, and solidarity. In the tradition of their founders, cooperative member believe in the ethical values of hinesty, openness, social responsibility, and caring, for others.
Nilai-nilai yang menjadi dasar koperasi adalah kemandirian, bertanggung jawab, demokratis, kesetaraan, keadilan, dan solidaritas, Nilai-nilai etika yang diyakini anggota adalah: kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial, dan perhatian terhadap sesama.
Ada 7 (tujuh) prinsip-prinsip koperasi, adalah:
1. Prinsip ke-1: Voluntary and Open Membership (Sukarela dan terbuka),
2. Prinsip ke-2: Democratic Member Control (Kontrol anggota demoktratis),
3. Prinsip ke-3 Member Economic Participation (Partisipasi ekonomi anggota),
4. Prinsip ke-4 Automy and Independence (Otonomi dan independen),
5. Prinsip ke-5 Education, Training, and Information (Pendidikan, pelatihan dan
informasi),
6. Prinsip ke-6 Cooperation Among Cooperatives (Kerjasama antarkoperasi),
7. Prinsip ke-7 Concern for Community (Perhatian terhadap komunitas).
Prinsip-prinsip koperasi tercermin dalam sejarah prinsip-prinsip koperasi
Rochdale yakni koperasi konsumsi yang pertama berdiri di Inggris, terkenal dengan
nama The Equitable Pioneerss of Rochdale, yang merupakan perintis jiwa koperasi.
Prinsip-prinsip koperasi sesuai dengan Rochdale adalah sebagai berikut:55
a. Masuk dan berhenti menjadi anggota atas dasar sukarela, b. Seorang anggota harus mempunyai satu suara,
c. Netral terhadap agama dan aliran politik manapun juga,
55
(51)
d. Siapa saja dapat diterima sebagai anggota, e. Pembelian dan penjualan secara tunai/kontan,
f. Pembagian keuntungan menurut pembelian jasa/jasa anggota, g. Penjualan disamakan dengan harga pasar setempat,
h. Kualitas ukuran dan timbangan harus dijamin, i. Mengadakan pendidikan bagi anggota-anggotanya,
j. Pembagian keuntungan harus dicadangkan untuk memperbesar modal, sebagai dana untuk pendidikan.
Menurut Pasal 4 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 dijelaskan bahwa fungsi
dan peran koperasi sebagai berikut:56
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat;
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko gurunya; dan
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Prinsip-prinsip ideal koperasi yang ada di Indonesia meliputi 7 (tujuh) prinsip,
yaitu:57
1. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka; 2. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
3. Pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota (andil anggota tersebut dalam koperasi);
4. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal; 5. Kemandirian;
6. Pendidikan perkoperasian; dan 7. Kerjasama antarkoperasi.
56
Lihat Pasal 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
57
Lihat Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
(1)
dan konsultasi hukum yang berkaitan dengan pembuatan akta pendirian Koperasi oleh Notaris. Dalam hal ini sebaiknya Dinas Koperasi UMKM dan Notaris Kota Medan lebih pro aktif menjalin komunikasi bertukar informasi mengenai perkembangan hukum perkoperasian, diharapkan terjalin komunikasi yang aktif dan positif antara Notaris dengan Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Medan. Sehingga kedepan diharapkan Notaris terlibat dan turut serta dalam pembinaan Koperasi sebagai program pemerintah Republik Indonesia khususnya Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Medan.
2. Perlu perjanjian kesepakatan diantara Notaris yang di gerakkan oleh I.N.I sebagai organisasi Notaris mengenai ongkos pembuatan akta oleh Notaris yang belum seragam baik fee yang terlalu tinggi ataupun fee yang terlalu rendah pada pendirian Koperasi maupun untuk akta pengikatan kredit dalam Koperasi. Diharapkan dapat diseragamkan dan kedepan masyarakat mendapat tranparansi dengan ongkos yang perlu disiapkan untuk pembuatan akta-akta khususnya akta yang berhubungan dengan Koperasi yang membutuhkan jasa Notaris, sehingga animo masyarakat untuk membuat akta otentik terhadap setiap peristiwa/perbuatan hukum dalam Koperasi semakin meningkat.
3. Perlunya kerjasama yang baik antara Notaris, pengurus koperasi dan Pelaku Usaha untuk membangun Koperasi yang baik di Republik Indonesia umumnya dan Kota Medan khususnya. Sehingga insan koperasi dan Notaris menjalin komunikasi dalam hal meminta saran hukum kepada Notaris,
(2)
sehingga Notaris terpacu untuk lebih menambah wawasan hukum nya khususnya yang berhubungan dengan Koperasi, dan diharapkan terjadi hubungan simpati antara Notaris, Koperasi dan Pelaku Usaha, sehingga peran serta Notaris dalam masyarakat umum lebih berarti dan timbul kesadaran insan perkoperasian mengenai arti pentingnya akta otentik dalam setiap perjanjian dan hubungan hukum pada Koperasi
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Buku-buku:
Adjie, Habib. Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Jabatan Publik, Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.
Andasasmita, Komar. Notaris I, dalam Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Jabatan Publik, Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.
Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Medan, Prosedur Pengesahan Badan Hukum Koperasi, 2009.
Hadisapoetro, Soedarsono. Pokok-pokok Pikiran Pengembangan Koperasi di Indonesia, Jakarta: CV. Sapta Caraka, 1986.
Kamelo, Tan. Perkembangan Lembaga Jaminan Fiducia: Suatu Tinjauan Putusan Pengadilan dan Perjanjian di Sumatera Utara, PPs – USU, Medan, 2002. Karmila. Peran Notaris dalam Pembuatan Akta Koperasi Menurut Kepmen No.
98/KEP/M.KUKM/IX/2004 (Studi di Dinas Koperasi Kota Medan), Tesis, Sekolah Pascasarjana, Medan, 2006.
Kusumo, Guritno., Tien Norman dan Arry Supratmo, Renvoi, Juli 2004.
Lubis, M. Solly. Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung: CV. Mandar Maju, 1994. Lubis, Zulkarnain. Koperasi untuk Ekonomi Rakyat, Bandung: Citapustaka Media
Perintis, 2008.
Miles and Hubberman, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-metode Baru, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992.
Moloeng, Lexi J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001.
Muhammad, Abdulkadir. Etika Profesi Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997. Nasution, Bismar. Filsafat Hukum, Diktat Mata Kuliah Filsafat Hukum, Medan,
(4)
Notodisoerjo, R. Soegondo. Hukum Notariat di Indonesia, dalam Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif terhadap Notaris sebagai Jabatan Publik, Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.
Notodisoerjo, R. Soegondo. Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, Jakarta: Rajawali Pers, 1982.
Pachta W, Andjar., Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay. Hukum Koperasi di Indonesia Pemahaman, Regulasi, Pendirian, dan Modal Usaha, Jakarta: Prenada Media, 2005.
Pakkanna, Mukhaer. Opini: Nasib Koperasi dan Korporatokrasi, Koran Kompas, Senin, 12 Juli 2010.
Partomo, Tiktik Sartika dan Abd. Rachman Soejoedono, Ekonomi Skala Kecil/ Menengah & Koperasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Rasjidi, Lili dan Ira Thania Rasjidi, Pengantar Filsafat Hukum, Bandung: Mandar Maju, 2002.
Setiawan, Wawan. Kedudukan dan Keberadaan Serta Fungsi dan Peranan Notaris sebagai Pejabat Umum dan Pejabat Pembuat Akta Tanah Menurut Sistim Hukum di Indonesia, Ikatan Notaris Indonesia Daerah Jawa Timur, 22-23 Mei 1998.
Sjahdeini, Sutan Remy. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986.
Soemitro, Ronny Hamitijo. Metodologi Penelitian Hukum dan Jurumetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990.
Sunggono, Bambang. Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.
Sutrisno, Diktat Panduan Kuliah Program Studi MKn Semester I, Program Studi Mkn USU, Medan.
(5)
Tobing, Treesna Sari Berliana L. Peran Notaris dalam Membuat Akta Pendirian dan Akta Perubahan Anggaran Dasar Badan Usaha Koperasi, Tesis, Sekolah Pascasarjana USU, Medan, 2008.
Wuisman, J.J M. Penelitian Ilmu-ilmu Sosial, Asas-asas, Penyunting: Jakarta: M. Hisyam FE UI, 1996.
Zulkarnain, Membangun Ekonomi Rakyat, Yogyakarta: Adicita Karya Nusa, 2003.
Peraturan Perundang-undangan:
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004 tentang Notaris sebagai Pembuat Akta Koperasi.
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 123/KEP/M.KUKM/X/2004 tentang Penugasan Pejabat yang Berwenang untuk Memberikan Pengesahan Akta Pendirian Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Koperasi di tingkat Nasional.
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor 124/KEP/M.KUKM/X/2004 tentang Penugasan Pejabat yang Berwenang untuk Memberikan Pengesahan Akta Pendirian, Perubahan Anggaran Dasar serta Pembubaran Koperasi.
Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 1994 tentang Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar dan Pembubaran Anggaran Dasar Koperasi.
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perkoperasian.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4866.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.
(6)
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432.
Internet:
http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi, Diakses pada tanggal 6 Januari 2010 pada pukul 10.40 WIB bandingkan dengan Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.
http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi, Diakses pada tanggal 6 Januari 2010 pada pukul 10.40 WIB bandingkan dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Triwitarsih, Pemberdayaan Koperasi untuk Mengembangkan Ekonomi Rakyat, http://www.kba.averroes.or.id/artikel-bisnis/pemberdayaan-koperasi-untuk-mengembangkan-ekonomi-rakyat.html diakses pada tanggal 5 Januari 2010 pukul 15.00 WIB. http://www.pemkomedan.go.id/selayang_potensi4.php, diakses tanggal 25 Mei 2010
pukul 11.00 WIB
http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_8._PELAKU-PELAKU_EKONOMI, di akses Jumat tanggal 30 Juli 2010 jam 16.00 WIB.