untuk mencari napas baru. Dengan adanya tekanan dari berbagai elemen masyarakat seluruh Indonesia dan kekacauan akibat himpitan ekonomi dari
berbagai lapisan masyarakat, akhirnya meluluhkan hati Soeharto yang represif dan otoriter untuk meninggalkan singgasana kepresidenannya Nasir, 2004.
Pemerintahan Habibie sebagai pemerintahan transisional sebelum diadakan pemelihan umum yang lebih demokratis, telah banyak menghasilkan
produk perundang-undangan. Pergantian kepemimpinan nasional tersebut membawa pengaruh yang signifikan bagi institusi kepolisian di kemudian hari.
Presiden Habibie sebagai penerus kepemimpinan nasional di Indonesia memberikan sinyal kepada departemen pertahanan keamanan untuk meninjau
kembali kedudukan kepolisian dalam ABRI. Pemikiran tentang pemisahan ini, baru terpikir setelah derasnya tuntutan
reformasi sistem politik dan revolusi sosial. Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi landasan pemisahan tugas kepolisian dan militer lebih mudah dilakukan.
Polisi menjadi penanggungjawab keamanan dalam negeri dalam keadaan tertib sipil dan darurat sipil. Tetapi disaat negala dalam keadaan perang atau darurat
militer, tentara menjadi penanggungjawab keamanan di daerah itu Nasir, 2004.
2.4. Polisi Lalu Lintas POLANTAS
Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas menyelenggarakan tugas kepolisian mencakup penjagaan, pengaturan, Pengawalan dan Patroli,
Pendidikan Masyarakat dan Rekayasa lalu lintas, Registrasi dan identifikasi pengemudi kendaraan bermotor, penyidikan kecelakaan lalu lintas dan
38
penegakan hukum dalam bidang lalu lintas, guna memelihara keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas
www.polisikita.com , 2007.
Pelayanan kepada masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, karena dalam masyarakat yang
modern lalu lintas merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya. Dan dalam lalu lintas banyak masalah atau gangguan yang dapat menghambat dan
mematikan proses produktivitas masyarakat. Seperti kecelakaan lalu lintas, kemacetan maupun tindak pidana yang berkaitan dengan kendaraan bermotor.
Untuk itu polisi lalu lintas juga mempunyai visi dan misi yang sejalan dengan bahasan POLRI di masa depan yang telah dibahas di atas. Para petugas
kepolisian pada tingkat pelaksana menindaklanjuti kebijakan-kebijakan pimpinan terutama yang berkaitan dengan pelayanan di bidang SIM, STNK, BPKB dan
penyidikan kecelakaan lalu lintas.
2.4.1. Sejarah Polantas Sebelum akhir abad ke-19 campur tangan Polisi di bidang lalu lintas
belum banyak diketahui. Ketika itu perundang-undangan lalu lintas belum ada karena kenderaan masih sangat langka dan belum menimbulkan persoalan yang
perlu diatur oleh suatu undang-undang tertentu. Semenjak pemerintahan Hindia Belanda memandang perlu akan campur tangan pemerintah untuk mengatur
kegiatan masyarakat dalam berlalu lintas, maka pada waktu itu pemerintah mengeluarkan suatu ordonasi yang disebut “Reglement op het Gebruik van
39
Aotomobielen” dan “Motor Leglement”. Dengan keluarnya Reglement op het Gebruik van Automobielen dan Motor Reglement, semenjak itu pemerintah sudah
menetapkan tugas polisi di bidang lalu lintas jalan. Yang brarti pula bahwa polisi diberikan kekuasaan represif disamping tugas yang bersifat preventif didalam
menunaikan tugasnya mengawasi lalu lintas. Untuk mengimbangi perkembangan situasi lalu lintas yang semakin
bertambah ramai, maka pemerintah Hindia Belanda memandang perlunya membentuk wadah polisi tersendiri yang menangani bidang bidang lalu lintas,
sehingga pada tanggal 15 Mei 1915, dengan Surat Keputusan Direktur Pemerintah Dalam Negeri No. 64a, lahirlah organisasi polisi yang pada waktu itu mempunyai
bagian yaitu : Bagian secretariat, Bagian reserse, Bagian pengawas umum, Bagian lalu lintas.
Semenjak zaman penjajahan Jepang, bidang lalu lintas diatur dan dikuasai oleh militer Jepang. Demikian pula mengenai peraturan lalu lintas diatur dengan
cara militer Jepang. Polisi lalu lintas Polantas tidak nampak dan tidak banyak diketahui orang pada waktu itu. Pada priode proklamasi kemerdekaan dan perang
kemerdekaan setelah Jepang menyerah pada Sekutu, dengan serentak bangsa Indonesia dari seluruh penjuru tanah air dan lapisan masyarakat dan polisi bahu
membahu bergerak menyambut kemerdekaan 17 Agustus 1945. Polisi khususnya anggota Polantas pada waktu itu dengan perlengkapan seadanya mengamankan
masyarakat dan dengan kenderaan seadanya Polantas mengamankan dan mengawal para pejabatpolitikus yang akan menuju gedung proklamasi di jalan.
40
Setelah pengakuan kedaulatan tahun 1951, usaha-usaha penyusunan kembali Kepolisian Negara antara lain dengan SK Menteri dalam Negeri tanggal
13 Maret 1951 No. 4228Um, belum member kejelasan tentang kedudukan Polantas. Selanjutnya pada tahun 1952 dengan keluarnya Order Kepala Kepolisian
Negara tanggal 9 Januari 1952 No. : 6IVSek52 dinyatakan bahwa lalu lintas dimasukan dalam pengurusan bagian organisasi dengan tugas pokok membantu
Kapolri untuk menyelenggarakan segala usaha kegiatan dan pekerjaan dibidang pencegahan dan penangggulangan terjadinya gangguan ancaman terhadap
Kamtibmas dibidang lalu lintas serta penindakan apabila diperlukan dalam rangka Binkatibmas khususnya dalam kerangka kegiatan dan atau operasi Kepolisian.
Pusat system lalu lintas Polri pada waktu itu berkedudukan dibawah Danjen Kobangdiklat Polri.
Pada masa pemerintahan Orde baru, tepatnya tahun 1976 dengan surat keputusan MenhankamPangab No. Skep15w1976 berdasarkan keputusan
Presiden RI No. 71974 mengubah status direktorat lalu lintas komapta menjadi dinas lalu lintas. Pada tahun 1984, dengan surat keputusan Pangab No.
KepIIPIII1984 tentang pokok-pokok organisasi dan prosedur Kepolisian Negara Republik Indonesia, Dinas Lalu Lintas Polri statusnya menjadi Sub
Direktorat dibawah Direktorat Smapta Polri bersama-sama dengam sudit-subdit lainnya.
2.4.2. Fungsi-Fungsi Lalu Lintas
Menurut Susilo 2006 : 36 fungsi-fungsi lalu lintas adalah :
41
1. Pendidikan Masyarakat. Pendidikan masyarakat tentang lalu lintas harus direncanakan dan dijalankan secara terus-menerus, konsisten dan
berkesinambungan. Karena membangun keamanan, keselamatan, dan membangun kesadaran berlalu lintas para pengguna lalu lintas.
2. Pengkajian Masalah. Pengkajian lalu lintas merupakan salah satu fungsi teknik lalu lintas yang bertugas mengkaji masalah-masalah lalu
lintas pelanggaran, kemacetan, dan kecelakaan dalam rangka mencari solusi pemecahan sehingga keamanan, ketertiban, dan kelancaran lalu
lintas dapat terwujud. 3. Penegakan Hukum . Penegakan hukum merupakan salah satu dari
fungsi lantas yang mempunyai peranan agar perungdang-undangan lalu lintas ditaati oleh setiap pemakai jalan.
4. Registrasi dan Identifikasi kenderaan bermotor dan pengemudi. Merupakan tugas pokok Polri di bidang lalu lintas dan merupakan
penjabaran kemampuan teknis profesional kepolisian melalui penerbitan suarat izin mengemudi SIM, penerbitan surat tanda nomor
kenderaan bermotor STNK, dan penerbitan buku pemilik kenderaan bermotor BPKB.
5. Patroli Jalan Raya. Adalah suatu kegiatan perondaan pada jalan Arteri maupun jalan Tol yang dilakukan oleh petugas Patroli Jalan Raya
dengan tujuan melakukan pengawasan dan pengendalian arus lalu lintas.
42
6. Pusat Data. Menyelenggarakan dan melaksanakan pengumpulan, pengolahan, penyajian data lalu lintas serta menganalisa dan evaluasi
kegiatan rutin serta operasi polantas.
2. 5. Kerangka Berpikir