kesempatan padanya untuk mengontrol perilaku orang lain. Dengan kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat mereka akan dapat
menikmati imbalan materi, penghargaan social, kepatuhan, dan lain- lain. Keuntungan yang sangat besar ini akan memotivasi individu
untuk bekerja keras dalam tugas yang nantinya akan berpengaruh dalam pencapaian posisi yang akan memberikan kekuasaan
kepadanya. 6. Insentif yang berupa terpenuhinya Standart Internal. Insentif ini
berasal dari tingkat kepuasan diri yang diperolehnya dari pekerjaan dan tugasnya. Reaksi diri yang berupa rasa puas dan senang serta
bahagia merupakan salah satu bentuk imbalan internal yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya.
2.3. Kepolisian Negara Republik Indonesia
2.3.1. Pengertian Polisi Polri adalah alat Negara dibidang penegakan hukum yang memilihara,
meningkatkan tertib hukum, membina ketentraman masyarakat, mewujudkan keamanan, ketertiban masyarakat, mengayomi, memberikan perlindungan dan
pelayanan terhadap masyarakat, serta membimbing masyarakat bagi terciptanya kondisi yang baik Nasir, 2004 : 17.
Raharjo dalam Nasir, 2004 melihat polisi sebagai bagian dari birokrasi pemerintah yang fungsi utamanya menjalankan kontrol sosial, dan untuk itu polisi
mempunyai monopoli kekuasaan dan kekuatan. Dalam keadaan normal kepolisian
31
hanya menjalankan penegakan hukum yang menjadi lambang dari pekerjaan kontrol sosial. Ia jiga menyebut polisi sebagai pemimpin bangsa karena harus
berada selangkah didepan kehidupan bangsanya.
2.3.2. Sejarah Polri Lahir, tumbuh dan berkembangnya Polri tidak lepas dari sejarah
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia sejak Proklamasi. Kemerdekaan Indonesia, Polri telah dihadapkan pada tugas-tugas yang unik dan kompleks.
Selain menata keamanan dan ketertiban masyarakat di masa perang, Polri juga terlibat langsung dalam pertempuran melawan penjajah dan berbagai opersai
militer bersama-sama satuan angkatan bersenjata yang lain www.polri.og.id
, 2010. Kondisi seperti ini dilakukan oleh Polri karena Polri lahir sebagai satu-
satunya satuan bersenjata yang relatif lebih lengkap. Hanya empat hari setelah kemerdekaan, tepatnya tanggal 21 Agustus 1945, secara tegas pasukan polisi
segera memproklamirkan diri sebagai Pasukan Polisi Republik Indonesia dipimpin oleh Inspektur Kelas I Letnan Satu Polisi Mochammad Jassin di
Surabaya www.polri.go.id
, 2010. Langkah awal yang dilakukan selain mengadakan pembersihan dan
pelucutan senjata terhadap tentara Jepang yang kalah perang, juga membangkitkan semangat moral dan patriotik seluruh rakyat maupun satuan-
satuan bersenjata yang sedang dilanda depresi dan kekalahan perang yang panjang. Tanggal 29 September 1945 tentara Sekutu yang didalamnya juga
terdapat ribuan tentara Belanda menyerbu Indonesia dengan dalih ingin melucuti
32
tentara Jepang. Pada kenyataannya pasukan sekutu tersebut justru ingin membantu Belanda menjajah kembali Indonesia. Oleh karena itu perang antara sekutu
dengan pasukan Indonesiapun terjadi dimana-mana. Klimaksnya terjadi pada tanggal 10 Nopember 1945, yang dikenal sebagai Pertempuran Surabaya.
Tanggal itu kemudian dijadikan sebagai hari Pahlawan secara Nasional yang setiap tahun diperingati oleh bangsa Indonesia Pertempuran 10 Nopember 1945 di
Surabaya menjadi sangat penting dalam sejarah Indonesia, bukan hanya karena ribuan rakyat Indonesia gugur, tetapi lebih dari itu karena semangat heroiknya
mampu menggetarkan dunia dan PBB akan eksistensi bangsa dan negara Indonesia di mata dunia
www.polri.go.id , 2010.
Andil pasukan Polisi dalam mengobarkan semangat perlawanan rakyat ketika itupun sangat besar dalam menciptakan keamanan dan ketertiban didalam
negeri, Polri juga sudan banyak disibukkan oleh berbagai operasi militer, penumpasan pemberontakan dari DI TII, PRRI, PKI RMS RAM dan G 30
SPKI serta berbagai penumpasan GPK. Dalam perkembangan paling akhir dalam kepolisian yang semakin modern dan global, Polri bukan hanya mengurusi
keamanan dan ketertiban di dalam negeri, akan tetapi juga terlibat dalam masalah- masalah keamanan dan ketertiban regional maupun internasional, sebagaimana
yang di tempuh oleh kebijakan PBB yang telah meminta pasukan-pasukan polisi, termasuk Indonesia, untuk ikut aktif dalam berbagai operasi kepolisian, misalnya
di Namibia di Afrika Selatan dan Kamboja di Asia www.polri.go.id
, 2010.
2.3.2.1. Polri Pra Kemerdekaan
33
Awalnya, kepolisian digunakan oleh bangsa imperialis untuk menjaga barang-barang bangsanya dari ancaman para pencuri atau “pemberontak” bangsa
pribumi. Polisi-polisi bentukan bangasa kloni ini, lebih hanya sebatas petugas pengaman barang dan keselamatan nyawa orang. Peran kepolisian sebagai
penjaga keamanan dan ketertiban sudah nampak tetapi masih sangat bergantung pada kelompok tertentu, karena secara normatif pelayanan kepolisian terhadap
masyarakat tidak didasarkan pada pertimbangan kekayaan, etnis, dan kepentingan politik tertentu Nasir, 2004. Fungsi, tugas dan peran yang menjadi landasan
untuk melaksanankan tindakan dalam masyrakat, berdasarkan permintaan yang berkuasa.
Semasa bangsa imperialis menduduki tanah air Indonesia, polisi telah ada namun belum terstruktur secara sistematis layaknya sebuah organisasi. Kepolisian
terbentuk secara organisatoris sejak pemerintahan Gubernur Djenderal Inggris Raflles Nasir, 2004. Pada tanggal 11 pebruari 1814, Raflles membuat suatu
organisasi yang disebut Regulation dan peraturan tentang Tatat Usaha Kehakiman justisi pada pengadilan di pulau Jawa dan Tata Usaha Kepolisian yang menjadi
dasar Inlandsch Reglement dan Reglement op de Rechterlijke Organisatie Oundang dalam Nasir, 2004.
Pada jaman penjajahan Belanda sejak jaman VOC dan pemerintahan Hindia Belanda 1800-1942, peran kepolisian mengikuti kebijaksanaan
pemeriantah colonial Colonial Policy dengan perbedaan jabatan dalam organisasi kepolisian antara orang Eropa dan Pribumi. Pada tahun 1942-1945
34
dimana orang jepang berkuasa di Indonesia, kedudukan kepolisian disesuaikan dengan kepentingan Jepang.
Pada pemerintahan belanda, kepolisian menggunakan sistem yang sentralistik yang berpusat di Jawa. Namun selama pendudukan jepang, sistem
tersebut tidak lagi dipertahankan, tetapi lebih terdesentraslisir ke masing-masing daerah. Kelebihan pemerintah Jepang di Indonesia, adalah karena mereka
memberikan kewenangan kepada organisasi kepolisian sebagai satu-satunya organisasi yang dipersenjatai secara resmi dan diakui kedudukannya dalam
pemerintahan Jepang Nasir, 2004. Kepolisian
bentukan pemerintahan Belanda dan Jepang mempunyai
banyak kesamaan dalam memberikan doktrin, tugas dan wewenang polisi lokal. Disamping sebagai penjaga ketertiban masyarakat, polisi juga mempunyai peran
yang kuat dalam usaha mempertahankan kekuasaan dan perebutan wilayah dari bangsa pribumi. Polisi menjadi pengontrol dan pengaman wilayah dan kekayaan
alam yang telah dikuasai oleh Jepang. Sehingga polisi bukan merupakan kekuatan bangsa pribumi, tetapi lebih sebagai nekolim yang kegiatannya hanya untuk
kepentingan penjajah yang sangat bertentangan dalam polisi bentukan pemerintah, dimana gaya polisi pada negara Angolo Saxon yang seyogyanya berpihak pada
kepentingan rakyat Bayley dalam Nasir, 2004. Bentukan polisi Jepang yang dikenal dengan Peta dan Heiho pada masa
Proklamasi Kemerdekaan dibubarkan, naamun kepolisian tetap dipertahankan dan menjadi instansi yang dikenal dengan sebutan POLRI.
2.3.2.2. Polisi Pasca Kemerdekaan
35
Setelah Indonesia merdeka dari penjajah selama kurang dari 345 tahun, banyak hal yang perlu untuk dibenahi. Sebagai bangsa yang merdeka dan
berdaulat, tentu akan membuat berbagai perangkat pemerintahan seperti pembuatan segala undang-undang, peraturan dan perangkat lain sebagai usaha
untuk melengkapi kelemahan-kelemahan bangsa yang baru merdeka. Termasuk perangkat perundangan kepolisian yang baru terealisasi sebagai undang-undang
pada tahun 1961 dengan UU Nomor 13. Kepolisian sebagai salah satu institusi peninggalan bangsa kloni, menarik
diri dan mempersiapkan susunan dan kelembagaannya sendiri. Seluruh pegawai kepolisian dan aparat kepolisian menetukan sikap secara organisatoris dibawah
pengkuan Negara Rapublik Indonesia dan pengangkatan Raden Said Soekanto Tjorkodiatmodjo sebagai kepala kepolisian negara yang pertama tanggal 2
September 1945 Nasir, 2004 : 39. Dan susunan organisasi dibuat sesuai dengan kondisi negara dan masih sangat terbatas pada tingkat wilayah bagian, untuk
disampaikan ke seluruh polisi di Indonesia. Kemudian baru tanggl 29 September 1945, secara resmi dari pemerintah dengan maklumat pemerintah yang
ditndatangani oleh Menteri Dalam Negeri mengangkat Raden Said Soekanto Tjorkodiatmodjo sebagai kepala kepolisian Indonesia.
Pada sisi lain, kepolisian republik Indonesia sebagai institusi pemerintah dibentuk setahun kemudian, setelah Indonesia merdeka, tepatnya tanggal 1 Juli
1946. Tanggal tersebutlah yang kini diperingati sebagai hari Bhayangkaya Nasir, 2004 .
2.3.2.3. Polri Dalam Struktur ABRI
36
Secara kelembagaan, sebetulnya ada perbedaan mendsar antara posisi dan peran Kepolisian Polri dengan angkatan lain militer di Indonesian seperti
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Perbedaan itu terletak pada fungsi, peran dan tugas Polri dibidang keamanan dan
ketertiban masyarakat, sedangkan militer TNI berfungsi menjaga pertahanan dan keamanan negara to guardian the nation. Namun dimasa lalu, bagi Orde Lama
dan Orde Baru, hal itu sengaja digabungkan kedalam institusi tunggal yang dikenal dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia ABRI sejak
diberlakukannya undang-undang No. 13 Tahun 1961. Yang menjelaskan bahwa seluruh komponen kepolisian merupakan bagian dari ABRI.
Pada masa reformasi rakyat menuntut agar Polri berpisah dari ABRI dengan harapan agar Polri menjadi lembaga yang professional dan mandiri jauh
dari intervensi dalam penegakan hukum. Kemandirian Polri diawali sejak terpisahnya dari ABRI tanggal 1 April
1999 sebagai bagian dari proses reformasi haruslah dipandang dan disikapi secara arif sebagai tahapan untuk mewujudkan Polri sebagai abdi negara yang
profesional dan dekat dengan masyarakat, menuju perubahan tata kehidupan nasional kearah masyarakat madani yang demokratis, aman, tertib, adil dan
sejahtera. 2.3.2.4. Terpisahnya Polisi dari ABRI
Arus reformasi dan kegamangan rakyat atas kepemimpinan Soeharto yang telah memimpin bangsa ini sekitar 32 tahun tidak bisa ditahan lagi. Kekecewaan
rakyat atas kekangan yang begitu mengakar telah terkoyak dan mencuat keluar
37
untuk mencari napas baru. Dengan adanya tekanan dari berbagai elemen masyarakat seluruh Indonesia dan kekacauan akibat himpitan ekonomi dari
berbagai lapisan masyarakat, akhirnya meluluhkan hati Soeharto yang represif dan otoriter untuk meninggalkan singgasana kepresidenannya Nasir, 2004.
Pemerintahan Habibie sebagai pemerintahan transisional sebelum diadakan pemelihan umum yang lebih demokratis, telah banyak menghasilkan
produk perundang-undangan. Pergantian kepemimpinan nasional tersebut membawa pengaruh yang signifikan bagi institusi kepolisian di kemudian hari.
Presiden Habibie sebagai penerus kepemimpinan nasional di Indonesia memberikan sinyal kepada departemen pertahanan keamanan untuk meninjau
kembali kedudukan kepolisian dalam ABRI. Pemikiran tentang pemisahan ini, baru terpikir setelah derasnya tuntutan
reformasi sistem politik dan revolusi sosial. Undang-Undang Dasar 1945 yang menjadi landasan pemisahan tugas kepolisian dan militer lebih mudah dilakukan.
Polisi menjadi penanggungjawab keamanan dalam negeri dalam keadaan tertib sipil dan darurat sipil. Tetapi disaat negala dalam keadaan perang atau darurat
militer, tentara menjadi penanggungjawab keamanan di daerah itu Nasir, 2004.
2.4. Polisi Lalu Lintas POLANTAS