Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Pengertian Pajak

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Peranan Camat dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Buumi dan Bangunan PBB?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai beriut: 1. Untuk mengetahui upaya – upaya yang dilakukan Camat dalam meningkatkan potensi PBB. 2. Untuk mengetahui faktor – faktor penghambat didalam dalam pemungutan PBB. 3. Untuk mengetahui besarnya manfaat dari PBB terhadap masyarakat tersebut.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengembangkan kemampuan penulis dalam berfikir dan menganalisa setiap gejala dan permasalahan yang ada dihadapi di lapangan. 2. Hasil penelitian ini kiranya dapat berguna dan dapat menambah daftar bacaan dan referensi karya ilmiah bagi Universitas Sumatera Utara dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai peranan camat dalam meningkatkan potensi PBB.

1.5 Kerangka Teori

Teori adalah seperangkat konsep. Definisi dan dalil yang saling terkait secara sistemastis yang dikedapankan untuk menjelaskan dan mempradiksi fenomena yang terjadi Angha, Nader. 2002 Teori atau sumber proposisi ilmiah, cara mengujinya adalah melalui prosedur penelitian dengan asumsi atau hipotesis - hipotesis kemudian diuji atau dibuktikan berdasarkan data-data yang dikumpulkan Tamburaka, H.Rustam E:1999

1.5.1 Pengertian Peranan

Yang terpenting yang dilihat dalam melaksanakan suatu job analysis adalah bagaimana peranan dari suatu kelompok dalam mendukung dan mensukseskan suatu program dan rencana yang telah disusun dalam rangka mencapai tujuan. Dari peran inilah dapat dianalisa secara jelas apakah suatu kelompok atau unit organisasi perlu atau tidak dipertahankan keberadaannya dalam melaksanakan suatu program ataupun rencana kerja. Menurut Soekanto 1990 : 268 : “Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan apabila seseorang melaksanakan hal – hal dan kewajiban – kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peran” Menurut Thoha 1990 : 10 : “Peranan dirumuskan sebagai suatu rangkaian prilaku yang teratur yang ditimbulkan karena suatu jabatan tertentu atau karena adanya suatu kantor yang mudah dikenal” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI dapat disimpulkan bahwa peranan mengandung arti perubahan atau hal yang diharapkan dimiliki dari tugas utama dalam proses yang harus dilaksanakan dan dikaitkan dengan kedudukan seseorang.

1.5.2 Peranan Camat

Secara sederhana pengertian peranan dapat diartikan sebagai usaha – usaha yang diberikan kepada orang atau objek tertentu dalam bentuk kontribusi bantuan. Menurut Purwadarminta 1978 : 755 : “Peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa”. Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan sesuatu yang berpengaruh terhadap sesuatu peristiwa, dimana Camat selaku administrator mempunyai peranan dan wewenang yang penting dalam menyelenggarakan pemerintahan di daerahnya. Peranan dan kewenangan itu ada disemua bidang pemerintahan, kecuali di bidang politik, luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan fiscal, agama serta kewenangan bidang lainnya yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 84 Tahun 2000 tentang pedoman organisasi perangkat daerah Presiden RI, Pasal 1 huruf P, Kecamatan adalah wilayah kerja camat sebagai perangkat daerah KabupatenKota. Berdasarkan pasal 66 Undang – Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memuat bahwa: a. Kecamatan merupakan perangkat daerah Kabupaten dan Kota yang dipimpin oleh Kepala Kecamatan. b. Kepala Kecamatan disebut Camat. c. Camat diangkat oleh BupatiWalikota atas usul Sekretaris Daerah KabupatenKota dari PNS yang memenuhi syarat. d. Camat menerima pelimpahan sebagian wewenang pemerintahan dari BupatiWalikota. e. Camat bertanggung jawab kepada BupatiWalikota. f. Pembentukan Kecamatan ditetapkan dengan peraturan daerah. Dari ketentuan – ketentuan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa camat yaitu: a. Camat adalah Kepala Pemerintahan wilayah Kecamatan, penguasa tunggal tertinggi dalam tertib sosial yang diangkat oleh BupatiWalikota atas usul Sekretaris Daerah KabupatenKota dari PNS yang memenuhi syarat. b. Camat dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada BupatiWalikota yang bersangkutan. c. Camat wakil pemerintah pusat, dimana pemerintah pusat adalah perangkat Negara kesatuan RI yang terdiri dari Presiden beserta pembantu – pembantunya. d. Camat sebagai wakil pemerintah adalah penguasa tunggal di bidang pemerintahan di wilayahnya, kecuali dalam bidang politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter, fiskal serta agama. e. Camat berkewajiban untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan, mengkoordinasikan pelaksanaan pembangunan serta membina kehidupan masyarakat dalam segala bidang. Dengan kata lain Camat adalah Administrator pemerintahan, administrator pembangunan, dan administrator kemsyarakatan. f. Camat adalah perangkat pemerintah wilayah kecamatan yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintah yang meliputi bidang – bidang ketentraman dan ketertiban, politik, koordinasi, dan urusan pemerintahan lainnya yang tidak dalam tugas atau suatu instansi dan tidak termasuk dalam urusan rumah tangga dalam daerah. Menurut Bintoro Administrator memiliki 4 fungsi yaitu: a. Unsur Pembaharuan Sebagai unsur pembaharuan peranan administrator dalam birokrasi pemerintahan secara khusus adalah kemampuannya untuk mendisain strategi usaha berencana yang mendorong ke arah pembaharuan dan pembangunan dalam berbagai kebijaksanaan atau dalam suatu rencana maupun dalam realisasi pelaksanaannya. Unsure pembaharuan dari administrator terutama diharapkan di bidang kesediaan dan kemampuannya untuk mengadakan penyempurnaan – penyempurnaan dalam bidang administrasi pembangunan. b. Kepemimpinan Kepemimpinan seperti dirumuskan oleh Pfiffner dan Presthus 1967 : 88 adalah sebagai berikut: “Kepemimpinan adalah kemampuan yang sanggup meyakinkan orang lain supaya bekerjasama dibawah pimpinannya sebagai suatu tim untuk mencapai atau melakukan suatu tujuan tertentu. Kepemimpinan merupakan proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas – aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok Veithzal Rivai ; 2004 : 3. Tiga implikasi penting yang terkandung dalam hal ini yaitu: 1. Kepemimpinan melibatkan orang lain, baik itu bawahan maupun pengikutnya. 2. Kepemimpinan melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya. 3. Adanya kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara. Menurut GR. Tery 1995 : 17 dalam bukunya “Principle Of Management” kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang – orang agar mereka mau berusaha mencapai tujuan kelompok. Menurut Odway Tead 1995 : 12 berpendapat bahwa kepemimpinan adalah aktifitas mempengaruhi orang – orang agar mau bekerjasama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan. Sedangkan Fairchild 1993 : 23 berpendapat bahwa pimpinan adalah seseorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, menunjukkan, mengorganisasikan, mengontrol usaha atau upaya orang lainmelalui prestise, kekuasaan atau posisi. c. Analisa dan kebijaksanaan Seorang pemimpin, apalagi dalam kedudukan pimpinan pemerintahan yang tinggi, harus mengambil atau memutuskan suatu kebijaksanaan. Kegiatan mengambil atau memutuskan kebijaksanaan itu sering juga disebut sebagai pengambilan keputusan decision making.Proses tersebut ada yang formil dan ada yang informil, dan berjalan dalam suatu lingkungan tertentu tujuan-tujuan politik, tahap pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial dan lain-lain. Dan dalam konteks seperti ini administratur berperan dalam mengambil, merumuskan atau memutuskan suatu kebijaksanaan. Untuk memudahkan proses analisa dan pembentukan kebijaksanaan, Bintoro membagi substansi kebijaksanaan negarapemerintah dalam lima kelompok: 1. Analisa dan pembentukan kebijaksanaan tujuan-tujuan pembangunan nasional jangka jauh, dan dasar-dasar bagi kegiatan usaha negara dan masyarakat yang penting. 2. Analisa dan pembentukan kebijaksanaan tujuan-tujuan pembangunan jangka menengah. 3. Analisa dan pembentukan kebijaksanaan pembangunan atau program-program tahunan. 4. Analisa dan pembentukan kebijaksanaan negarapemerintah dalam rangka melaksanakan pemerintahan. 5. Analisa dan pembentukan kebijaksanaan dalam rangka pelaksanaan pembangunan, terutama masalah-masalah jangka pendek. d. Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan sebagai salah satu fungsi kepemimpinan administratif. Pengambilan keputusan adalah hal yang berat karena seringkali menyangkut kemungkinan adanya suatu kesalahan, atau menyangkut orang banyak. Menurut Chester I Barnard mengemukakan bahwa para intelektual sangat sulit mengambil keputusan karena mengingat begitu banyak aspek dan begitu banyak konsekuensi dari kegiatan tertentu, pengambilan keputusan dapat pula dilihat sebagai dari proses administrasi itu sendiri. Proses administrasi dalam pemerintahan dapat dibagi dalam pengambilan keputusan. Dalam proses administrasi diperlukan beberapa perhatian tertentu yang akan membantu masalah pengambilan keputusan pada eselon – eselon administatif bawahannya dan daripada pengambilan keputusan tingkat bawahan kepada atasannya. Pengambilan keputusan sebagai salah satu fungsi administrator mengandung dua unsur yaitu: mendasarkan diri atas fakta – fakta, dan kedua atas nilai – nilai yang dianut si pengambil keputusan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Beliau menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu: 1. Perencanaan Planning Perencanaan planning adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian organizing dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil. 3. Pengarahan Pengarahan adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan 4. Pengevaluasian Pengevaluasian evaluating adalah proses pengawasan dan pengendalian performa perusahaan untuk memastikan bahwa jalannya perusahaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Seorang manajer dituntut untuk menemukan masalah yang ada dalam operasional perusahaan, kemudian memecahkannya sebelum masalah itu menjadi semakin besar. Camat yang memiliki tugas dan fungsi melaksanakan kewenangan pemerintah yang dilimpahkan oleh BupatiWalikota salah satunya adalah pelaksanaan pemungutan PBB dan retribusi daerah di wilayah kerjanya. Dalam melaksanakan tugasnya Camat dibantu oleh Sekretaris Camat, Seksi Pemerintahan, Seksi Ketentraman Sosial, Seksi Pelayanan Umum dan Kepala Jabatan Fungsional. Dalam melaksanakan tugas Camat, Sekretaris, para seksi dan kepala jabatan fungsional wajib menerapkan prinsip – prinsip koordinasi, intergrasi dan sinkronisasi baik dalam lingkungan masing – masing maupun antar satuan organisasi kecamatan sesuai dengan tugas pokok masing – masing.

1.5.3 Tugas dan Wewenang Camat dalam Pengelolaan PBB

Wewenang dalam penagihan PBB diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 1007KMK.041985 tentang pelimpahan wewenang penagihan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Gubernur selaku kepala daerah Provinsi dan BupatiWalikota selaku kepala daerah KabupatenKota. Dalam pasal 1, keputusan tersebut dinyatakan sebagai berikut: Wewenang Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan dengan keputusan ini dilimpahkan untuk masing – masing daerah kepada: a. Gubernur Kepala Daerah Ibukota Jakarta atau Pejabat lain yang ditunjuk untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta. b. BupatiWalikota atau Pejabat lain yang ditunjuk untuk daerah lain. Kemudian Berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 1993 Pasal 3 ayat 1 menyebutkan, “Camat mempunyai kedudukan sebagai kepala wilayah yang memimpin penyelenggaraan pemerintahan di tingkat Kecamatan yang berada di bawah dan langsung bertanggung jawab kepada BupatiWalikota yang bersangkutan”. Mengingat Camat adalah penguasa tunggal di wilayahnya dan yang langsung membawahi LurahKepala Desa, maka Camat juga dapat mengambil langkah – langkah penindakan sementara terhadap petugas pemungut yang nyata – nyata menggelapkan atau menyalahgunakan uang penerimaan Pajak serta melaporkan kepada BupatiWalikota. Disamping itu Camat juga harus melakukan koordinasi dengan instansi lain yang terkait dalam pengelolaan PBB. Namun dalam hal pemungutan PBB aparat pemungut yang ditetapkan oleh Kecamatan harus melakukan koordinasi dan kalau boleh didampingi pegawai Dinas Pendapatan Daerah DISPENDA. Dengan demikian Camat sangat berperan dalam pembinaan dan pengawasan dari semua kegiatan pengelolaan PBB, mulai dari pendataan maupun penetapan serta pelaksanaan operasional.Dengan tugas dan wewenang yang demikian diharapkan penerimaan PBB di wilayah Kecamatan Stabat dapat di tingkatkan secara optimal.

1.5.4 Pengertian Potensi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat disimpulkan bahwa potensi mengandung arti kesanggupan, kemampuan atau daya dari sesorang atau dari suatu objek tertentu yang memungkinkan dapat dikembangkan atau sesuatu yang dipandang dapat menghasilkan menguntungkan.

1.5.5 Pajak Bumi dan Bangunan PBB a. Faktor Pendorong Lahirnya Pajak Bumi dan Bangunan

Ada beberapa faktor yang mendorong lahirnya Undang – Undang tentang PBB antara lain karena landasan Iuran Pembanguna Daerah IPEDA itu kurang jelas, misalnya beberapa pungutan pajak yang bertumpuk pada objek yang sama atas tanah dan bangunan serta pajak rumah tangga sangat memberatkan masyarakat. Faktor lain yang turut mendorong lahirnya PBB yaitu Perundang- Undangan yang selama ini menjadi dasar pemungutan pajak atas tanah atau bangunan yang disusun pada zaman kolonial tidak sesuai dengan falsafah Pancasila dan tuntutan pembangunan yang terus meningkat, ordonansi atau undang – undang yang mengatur pungutan atas objek yang sama terlalu banyak jumlahnya sehingga membingungkan masyarakat, Sumarsono, SH, 1993:9. Undang – Undang PBB Nomor 12 Tahun 1985 yang disahkan pada tanggal 31 Desember 1985 yang diperbaharui kembali dengan keluarnya undang – undang No.12 Tahun 1994 yang merupakan paket pembaharuan sistem perpajakan nasional. Maksud pembaharuan ini adalah untuk meningkatkan penerimaan pajak sehingga Negara mampu membiayai pembangunan dari sumber penerimaan dalam negeri, dengan demikian pembangunan akan terjamin kelangsungannya. PBB adalah pungutan yang dikenakan terhadap buni dan bangunan, sedangkan objek pajaknya adalah orang dan atau badan yang ternyata mempunyai hak atas bumi atau memiliki, menguasai dan atau memperoleh manfaat atas bangunan.

b. Pengertian Pajak

Pajak merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah terhadap wajib pajak tertentu berdasarkan undang – undang yang ada tanpa harus memberikan imbalan langsung. Lembaga pemerintah yang mengelola perpajakan Negara di Indonesia adalah Direktorat Jenderal Pajak DJP yang merupakan salah satu direktorat jenderal yang ada di bawah naungan Departemen Keuangan Republik Indonesia. Terdapat bermacam – macam defenisi tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya adalah: 1. Menurut Rochmat Soemitro 1987:6 pengertian pajak adalah sebagai berikut: pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama membiayai public investment. 2. Sedangkan menurut Sommerfeld Ray M, Anderson Herschel M, Brock Horace R, Pajak adalah suatu pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah, bukan akibat pelanggaran hukum, namun wajib dilaksanakan, berdasarkan ketentuan yang ditetapkan lebih dahulu tanpa mendapat imbalan yang langsung dan proporsional, agar pemerintah dapat melaksanakan tugas – tugasnya untuk menjalankan pemerintahan. Dari defenisi diatas dijelaskan bahwa pemungutan – pemungutan pajak itu untuk membiayai pengeluaran rutin pemerintah yang disebut sebagai fungsi budgeter, sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lain yang tidak kalah pentingnya yaitu fungsi regulerendmengatur. Dari berbagai defenisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah atau pengertian secara yuridis pajak adalah iuran yang dipaksakan dapat ditarik kesimpulan tentang ciri – ciri yang terdapat pada pengertian pajak anatar lain sebagai berikut: a. Pajak dipungut oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atas Undang – Undang serta aturan pelaksanaannya. b. Pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana sumber daya dari sektor swasta Wajib Pajak ke sektor Negara administrator pajak. c. Pemungutan pajak diperuntukkan bgi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun pembangunan. d. Tidak dapat ditunjukan adanya imbalan individual oleh pemerintah terhadap pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak. e. Selain fungsi budgeter anggaran, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan Negara dalam lapangan ekonomi dan sosial fungsi mengaturregulatif.

c. Fungsi Pajak

Dokumen yang terkait

Analisis Yuridis Penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Dalam Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Di Kota Banda Aceh

7 79 131

Pengaruh kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) Terhadap Tingkat Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Pada KP PBB Pratama Medan Belawan

46 237 108

PERANAN DISPENDA DALAM MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN UNTUK MENUNJANG SUMBER PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN NGAWI

1 7 2

PENGARUH FAKTOR PERILAKU WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI Pengaruh Faktor Perilaku Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 1 16

PENGARUH FAKTOR PERILAKU WAJIB PAJAK TERHADAP KEBERHASILAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI Pengaruh Faktor Perilaku Wajib Pajak Terhadap Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 1 19

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Di Kabupaten Boyolali.

0 4 18

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN PEMALANG Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan pajak bumi dan bangunan di Kabupaten Pemalang.

0 1 15

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BLORA FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BLORA.

0 0 17

Peranan Verifikasi / Pemeriksaan Atas Objek di Lapangan Dalam Upaya Meningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (Studi di Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga).

0 0 35

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Peranan Camat Dalam Menningkatkan Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat

0 0 31