masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.
e. Asas Pemungutan Pajak
Asas pemungutan pajak menurut para ahli: 1.
Menurut Adam Smith dalam bukunya Wealth of Nations dengan ajaran yang terkenal “The Four Maxims”, asas pemungutan pajak adalah sebagai
berikut: a.
Asas Equality : Pemungutan Pajak yang dilakukan oleh Negara harus sesuai dengan kemampuan dan penghasilan Wajib Pajak. Negara tidak
boleh bertindak diskriminatif terhada Wajib Pajak. b.
Asas Certainly : semua pemungutan pajak harus berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi hukum.
c. Asas Convinience of Payment : Pajak harus dipungut pada saat yang
tepat bagi Wajib Pajak. d.
Asas Efficiency : biaya pemungutan pajak diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak lebih besar
dari hasil pemungutan pajak. 2.
Menurut W.J.Langen, asas pemungutan pajak adalah sebagai berikut: a.
Asas Daya Pikul : besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar kecilnya penghasilan wajib pajak, semakin tinggi
panghasilan maka semakin tinggi pajak yang dibebankan.
b. Asas Manfaat : Pajak yang dipungut oleh Negara harus digunakan
untuk kegiatan – kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum. c.
Asas Kesejahteraan : pajak yang dipungut oleh Negara digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d. Asas Kesamaan : dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang
satu dengan yang lain harus dikenakan pajak dengan jumlah yang sama.
f. Bumi
Menurut pasal 1 ayat 1 Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1985 pengertian Bumi adalah termasuk permukaan bumi dan tubuh bumi yang ada
dibawahnya, secara lebih umum pengertian bumi adalah sama dengan tanah, termasuk tanah pekarangan, sawah, perairan, pedalaman serta laut wilayah
Indonesia.
g. Bangunan
Pengertian bangunan menurut S. Munawir adalah Konstruksi teknis yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan untuk tempat
tinggal, tempat usaha dan tempat yang diusahakan. S. Munawir, 1990 : 285. Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan sebagaimana pasal 1 ayat 2
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1985 adalah konstruksi teknis yang ditanam atau diletakkan secara tetap pada tanah dan atau perairan, termasuk dalam
pengertian bangunan yang dapat dikenakan pajak adalah bangunan hotel, tempat tinggal, gedung, kantor, emplasemennya dan lain – lain. UU RI No.12, 1985 : 4
Semua itu merupakan satu kesatuan dan komplek bangunan tersebut seperti jalan lingkungan pabrik dan emplasemennya, hotel, kolam renang, taman
mewah, tempat olah raga, jalan tol, galangan kapal, dermaga, tempat penampungankilang minyak dan fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Dari uraian diatas dapat diartikan bahwa PBB menurut Undang – Undang Nomor 12 Tahun 1994 adalah pajak Negara yang sebagian besar penerimaannya
merupakan pendapatan daerah yang antara lain digunakan untuk menyediakan fasilitas yang juga dinikmati oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumi, tanah dan atau bangunan.
Keadaan subjek tidak ikut menentukan besarnya pajak. a.
Objek PBB Objek PBB adalah “Bumi dan Bangunan”
Bumi : Permukaan Bumi tanah dan perairan dan tubuh bumi yang ada dibawahnya.
Bangunan : Konstruksi teknis yang ditanamkan atau diletakkan secara tetap pada tanah danatau perairan di wilayah Republik
Indonesia. b.
Objek PBB yang dikecualikan Objek yang dikecualikan adalah objek yang:
1. Digunakan semata – mata untuk melayani kepentingan umum dibidang
ibadah, sosial, pendidikan dan kebudayaan nasional yang tidak
dimaksudkan memperoleh keuntungan seperti : Rumah Ibadah, Rumah Sakit Pemerintah, Sekolah, Panti Asuhan dan lain – lain.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala.
3. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata, taman nasional,
dan lain – lain. 4.
Dimiliki oleh perwakilan Diplomatik berdasarkan azas timbal balik dan organisasi internasioanl yang ditentukan oleh menteri keuangan.
c. Subjek Pajak dan Wajib Pajak
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau dagang yang secara nyata: 1.
Mempunyai suatu hak atas bumi 2.
Memperoleh manfaat atas bumi 3.
Memiliki, menguasai atas bangunan 4.
Memperoleh manfaat atas bangunan
Wajib Pajak adalah subjek pajak yang dikenakan kewajiban membayar pajak.
d. Cara mendaftarkan objek PBB
Orang atau Badan yang menjadi subjek PBB harus mendaftarkan objek pajaknya ke kantor pelayanan PBB atau kantor penyuluhan pajak yang
wilayah kerjanya meliputi letak objek pajak tersebut, dengan mempergunakan formulir surat pemberitahuan objek pajak SPOP yang
tersedia gratis dikantor pelayanan PBBkantor penyuluhan pajak setempat.
e. Dasar Pengenaan PBB
Dasar pengenaan PBB adalah “ Nilai Jual Objek Pajak” NJOP. NJOP ditentukan perwilayah berdasarkan keputusan Kepala Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak dengan terlebih dahulu memperhatikan: 1.
Harga rata – rata yang diperoleh dari transaksi jual – beli yang terjadi secara wajar.
2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan telah diketahui harga jualnya. 3.
Nilai perolehan baru 4.
Penentuan nilai objek jual objek pengganti.
f. Tempat Pembayaran PBB
Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT, Surat Ketetapan Pajak SKP dan surat tagihan pajak dari kantor
pelayanan PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk
dalam SPPT atau Kantor Pos dan Giro.
g. Tata Cara Pembayaran PBB
Pembayaran PBB dapat dilakukan melalui: 1.
Bank atau Kantor Pos dan Giro yang tercantum pada SPPT. 2.
Petugas pemungut PBB KecamatanKelurahan yang ditunjuk resmi.
3. Khusus untuk wilayah Daerah Khusu Ibukota Jakarta, Pembayaran
PBB dapat dilakukan secara Online di Bank – Bank yang telah ditunjuk.
1.6 Defenisi Konsep