Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membentuk manusia menjadi masyarakat modern. Hal ini didorong oleh berbagai prestasi yang dicapai oleh ilmu pengetahuan dan teknologi Iptek, masyarakat modern berusaha mematahkan mitos kesakralan alam raya. Semua harus tunduk atau berusaha ditaklukan oleh kedigdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berproses pada rasionalitas. Jagad raya beserta isinya yang oleh doktrin-doktrin agama memiliki keterkaitan dengan Sang Maha Pencipta, kini hanya dianggap sebagai benda otonom yang tak ada keterkaitan dengan Sang Maha Pencipta. Dunia materi dan non-materi difahami secara terpisah, sehingga dengan demikian masyarakat modern merasa semakin otonom, dalam arti tidak lagi memerlukan intervensi Tuhan dalam memecahkan masalah-masalah yang terjadi di dunia ini. Karena dengan kedigdayaan ilmu pengetahuan dan teknologi segala hal dapat dilakukan dengan mudah tanpa bantuan dari Tuhan. Dengan demikian manusia modern semakin yakin untuk mengucapkan selamat tinggal kepada Tuhan. Bersamaan dengan ditempatkannya manusia sebagai orbit dunia dan ukuran keunggulan karena memiliki kekuatan logika dan rasionalitas, maka agama yang mengumandangkan nilai-nilai rasional dengan sendirinya dipandang sebagai sisa-sisa dari primitive culture budaya primitif. 1 1 Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Agama dan Kegalauan Masyarakat Modern, Jakarta: Mediacita, 2000, Cet ke-1, h. 98. Memang diakui, ilmu pengetahuan dan teknologi canggih telah mampu memberikan sumbangan yang berharga bagi kelangsungan kehidupan manusia. Namun pada sisi lain, ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut telah menimbulkan krisis global yang sangat serius. Kalau krisis ini didaftar secara detail, maka akan ditemukan daftar krisis yang amat panjang. Misalnya krisis lingkungan mulai insektisida sampai polusi, malapetaka atomik, ataupun kemungkinan mencairnya topi es antartika. Disamping itu, yang tak kalah serius adalah terjadinya dekadensi moral di berbagai belahan dunia benar-benar telah berada pada taraf yang sangat mengkhawatirkan. Kejujuran, keadilan, kebenaran, tolong-menolong dan kasih sayang sudah tereliminasi oleh tindak penipuan, penyelewengan, penindasan dan saling merugikan. 2 Terjadinya krisis yang ditimbulkan oleh ilmu pengetahuan dan teknologi Barat menurut Gregory Bateson 3 tumbuh dari kekeliruan-kekeliruan epistemologi Barat. 4 Akibat epistemologi Barat yang mengistimewakan peranan manusia dalam memecahkan ‘segala sesuatu’, dan dalam waktu bersamaan menentang dimensi spiritual yang kemudian menjadi sumber utama krisis epistemologi yang berimplikasi pada krisis pengetahuan, maka ada upaya untuk mencari pemecahan dengan mempertimbangkan epistemologi lain. Di kalangan pemikir Muslim menawarkan pemecahan itu dengan epistemologi Islam. Mereka sedang mencoba menggagas bangunan epistemologi Islam tersebut yang diformulasikan berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai wahyu Tuhan. Jadi, gagasan epistemologi Islam merupakan respons kreatif terhadap tantangan-tantangan mendesak dari ilmu pengetahuan modern yang membahayakan kehidupan dan keharmonisan manusia sebagai akibat epistemologi Barat. 5 Sejalan dengan itu, Syed Muhammad Naquib Al-Attas mengatakan kekeliruan epistemologi Barat, karena Barat telah mengangkat keraguan dan 2 Prof. Dr. H. Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, Jakarta: Prenada Media, 2003, Cet ke-1, h. 95. 3 Seorang Antropolog Amerika. 4 Ziaudin Sardar, Masa Depan Islam, Yogyakarta: Pustaka Salman, 1987, Cet ke-1, h. 88. 5 Prof. Dr. Mujamil Qomar, M.Ag, Epitemologi Pendidikan Islam dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik , Jakarta: Penerbit Erlangga, 2005, h. 103. dugaan ketahap metodologis ‘ilmiah’. Bukan hanya itu, Barat juga telah menjadikan skeptisisme ke tingkat tinggi sebagai alat epistemologi yang sah dalam keilmuan. Tambahnya lagi, ilmu Barat tidak dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekuler yang menjadikan manusia sebagai makhluk rasional. Bertolak dari krisis yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan Barat di atas, sebagian kalangan intelektual Muslim merasa kuatir apabila ilmu pengetahuan Barat tersebut diterapkan di dunia Muslim apa adanya taken for granted. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya krisis di dunia Muslim, maka ilmu pengetahuan kontemporer sebelum diterapkan harus diislamkan terlebih dahulu. Akibatnya, seperti yang disinyalir oleh Abdul Munir Mulkhan, 6 dunia pemikiran Islam, termasuk pendidikan Islam, masih dihinggapi semacam ‘kekeliruan semantik’ atau bahkan ‘kepalsuan semantik’. Diterimanya prinsip dikotomi adalah diantara indikasi rapuhnya dasar filosofis pendidikan Islam. Dikotomi ini terlihat jelas pada dualisme sistem pendidikan Islam dengan segala variasi dan implikasinya dalam membentuk wawasan intelektual dan keagamaan umat dan sistem pendidikan sekuler dengan segala dampak dan akibatnya dalam persepsi keagamaannya. 7 Untuk keluar dari situasi itu, maka rekonseptualisasi pendidikan Islam yang lebih bermakna sungguh sangat diperlukan. Syed Muhammad Naquib Al- Attas menawarkan sebuah problem solving dengan mengedepankan konsep tauhid yang menjadi oase dalam gersangnya pendidikan Islam dewasa ini. Atas dasar hal-hal tersebut di atas, maka sangat menarik untuk mendalami jalan pikiran Al- Attas ini, melalui pemahaman ajaran-ajarannya tentang pedagogik Islam. Syed Muhamamd Naquib Al-Attas mungkin tidak banyak dikenal oleh masyarakat awam di Indonesia, tetapi bagi kalangan akademisi yang pernah membaca karya-karyanya yang telah diindonesiakan, seperti Islam dan 6 Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, M.A., Dosen UIN Yogyakarta, penulis dan anggota HAM Nasional. 7 Prof. Dr. Abdul Munir Mulkhan, M.A., Paradigma Intelektual Muslim Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah , Yogyakarta: Sipress, 1993, Cet ke-1, h. 2. sekularisme , terbitan Pustaka Bandung, yang sangat populer pada tahun 80-an, Islam dan Filsafat Sains terbitan Mizan, atau Konsep Pendidikan Islam, pasti mengenalnnya. Namun, sisi penting sosok Al-Attas sebagai pemikir Muslim terkemuka dan pembaharu pemikiran Islam tidak dapat ditangkap hanya dari karya-karya yang telah diterjemahkan tersebut. Sosoknya sebagai pemikir dan pembaharu di Dunia Islam sebenarnya tercermin dari gagasan perlunya islamisasi ilmu pengetahuan kontemporer yang kemudian dipopulerkan oleh Ismail Raji Al- Faruqi 8 . Gagasannya bukan tanpa konsep, melainkan justru merupakan titik kulminasi beberapa pemikiran konseptualnya yang kemudian dikumpulkan dalam karyanya, Prolegomena to the Metaphysich of Islam. Bahkan, yang lebih menarik lagi, karena kepeduliannya yang sangat kuat terhadap kemunduran umat Islam, gagasan dan pemikiran konseptualnya diimplementasikan ke dalam lembaga pendidikan bertaraf internasional. 9 Inilah substansi dari skripsi yang penulis tuangkan ini, yakni mengungkap pemikiran-pemikiran cemerlang Al-Attas tentang pendidikan Islam dan relevansinya dengan pendidikan Islam modern. Skripsi ini akan membahas kerangka berpikir Al-Attas tentang pedagogik Islam misalnya Rekonseptualisasi Pendidikan Islam, Kurikulum dan Metode Pendidikan, Makna dan Tujuan Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Mengetahui, dan islamisasi ilmu pengetahuan. Untuk melihat apakah kontribusi pemikiran pedagogik Syed Muhammad Naquib Al-Attas dapat dipandang sebagai teori yang acceptable dan applicable dalam pedagogi Islami dan kontemporer, maka dalam mengulasnya digunakan pendekatan filosofik, yaitu suatu sudut tinjau –sesuai dengan objek formalnya- yang menempatkan objek secara utuh, menyeluruh dan mendasar. Sejalan dengan pendekatan tersebut, maka metode yang ditempuh dalam hal ini, adalah deskriptif, 8 Al-Faruqi dilahirkan di Yaifa Palestina tanggal 1 Januari 1921 dan meninggal dunia pada 1986. Sebagai seorang ilmuan, ia banyak sekali melahirkan karya ilmiah yang bermutu. Ia menulis sekitar 20 buku dan 100 artikel. Melalui tulisannya, pemikiran al-Faruqi mampu tersebar ke negara-negara Islam di seluruh dunia. Diantara buku-bukunya yang penting adalah Christian Ethics , An Historical Atlas of Religious of the World, Trialogue of Abrahamic Faith, The Cultural Atlas of Islam , Islamization for Thought and Life, dan Islam and Culture. Harun Nasution ed., Ensiklopedia Islam Indonesia , Jakarta: Jembatan, 1992, h. 242-243. 9 Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Bandung: Mizan, 1998, h. 15. dalam pengantar penerjemah. komparatif dan analisis-sintesis. Dari uraian ini kemudian penulis tuangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul, “KONSTELASI PEMIKIRAN PEDAGOGIK SYED MUHAMMAD NAQUIB AL-ATTAS PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM MODERN.”

B. Identifikasi Masalah