itu erat berkelindan dengan pemikiran yang dituangkan dan aktifitas yang dijalani tokoh itu kemudian. Kontribusi konkrit Al-Attas dalam bidang pemikiran
pendidikan sangat perlu dipaparkan, mengingat hal ini akan membuktikan bahwa ide-ide yang dituangkan Al-Attas dalam buku-bukunya bukanlah ide utopis yang
tidak bisa dicapai dalam realitas. Berikut ini adalah biografi singkatnya:
A. Latar Belakang Keluarga
Nama lengkapnya Syed Muhammad Naquib ibn Ali ibn Abdullah ibn Muhsin Al-Attas, beliau dilahirkan pada 5 September 1931 di Bogor, Jawa
Barat. Silsilah keluarganya bisa dilacak hingga ribuan tahun ke belakang melalui silsilah sayyid dalam keluarga Ba’Alawi
55
di Hadramaut dengan silsilah yang sampai kepada Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad SAW.
Ibunda Syed Muhammad Naquib, yaitu Syarifah Raquan Al-‘Aydarus, berasal dari Bogor, Jawa Barat, dan merupakan keturunan ningrat Sunda di Sukapura.
Dari pihak bapak, kakek Al-Attas yang bernama Syed Abdullah ibn Muhsin Muhammad Al-Attas adalah seorang wali yang pengaruhnya tidak
hanya terasa di Indonesia, tetapi juga sampai ke negeri Arab. Neneknya, Ruqayah Hanum, adalah wanita Turki berdarah aristokrat yang menikah
dengan Ungku Abdul Majid, adik Sultan Abu Bakar Johor w.1895 yang menikah dengan adik Ruqayah Hanum, Khadijah, yang kemudian menjadi
Ratu Johor. Setelah Ungku Abdul Majid wafat meninggalkan dua orang anak, Ruqayah menikah untuk yang kedua kalinya dengan Syed Abdullah Al-
Attas dan dikaruniai seorang anak, Syed Ali Al-Attas, yaitu bapak Syed Muhammad Naquib Al-Attas.
55
Ba’Alawi ialah gelar yang diberikan kepada mereka yang bersusur-galur berkaitan_pen dari Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad bin Isa Al-Muhajir Ahmad bin Isa Al-
Muhajir, telah meninggalkan Basrah di Iraq bersama keluarga dan pengikut-pengikutnya pada tahun 317H929M untuk berhijrah ke Hadhramaut di Yaman Selatan. Cucu Ahmad bin Isa yang
bernama ‘Alawi, merupakan orang pertama yang dilahirkan di Hadhramaut. Oleh karena itu, anak- cucu ‘Alawi digelar Ba‘Alawi, yang bermakna Keturunan ‘Alawi. Panggilan Ba‘Alawi juga ialah
bertujuan memisahkan kumpulan keluarga ini dari cabang-cabang keluarga yang lain yang berketurunan dari Nabi Muhammad SAW. Keturunan Ba ‘Alawi juga dikenali dengan nama lain,
yakni Sayyid. Lihat blog.its.ac.idzainal20090209baalawi.
Al-Attas adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Yang sulung bernama Syed Hussein, seorang ahli sosiologi dan mantan Wakil Rektor Universitas
Malaya, sedangkan yang bungsu bernama Syed Zaid, seorang insinyur kimia dan mantan dosen Institut Teknologi MARA.
56
Beliau, mendapat gelar ‘sayyed’ yang dalam tradisi Islam orang yang mendapat gelar tersebut
merupakan keturunan langsung dari keturunan Nabi Muhammad SAW.
57
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam sejarah kerajaan Islam di Nusantara atau di Semenanjung Malaka, pada waktu itu merupakan suatu
hal yang biasa jika seorang ulama besar dari Timur Tengah mempersunting anggota keluarga kerajaan dan Al-Attas adalah buah dari hasil pernikahan
seperti itu. Latar belakang keluarga ini menunjukan bahwa Al-Attas memang bukan datang dari kelompok sosio-kultural biasa, akan tetapi dari kaum
ningrat. Dalam dirinya mengalir tidak saja darah biru namun semangat dan emosi keagamaan yang luhur dan kesucian pribadi seperti yang diajarkan
dalam dunia tasawuf.
58
B. Masa Pendidikan dan Pengalaman