dalam bab ini merupakan akhir dari penulisan skripsi yang berupa
tinggi, dan juga belajar agama yang sangat disiplin. Yusril yang mengenal Partai Masyumi dari ayahnya sendiri yang merupakan tokoh Masyumi di daerah
kelahirannya, didalam keluarganya proses sosialisasi politik telah berjalan karena ayah dan ibunya selain taat beragama juga merupakan orang-orang yang aktif di
Partai Masyumi.
3
b Aspek Sosial
Yusril Ihza Mahendra setelah menamatkan sekolah menengah atasnya, beliau melanjutkan studinya di jakarta di Universitas Indonesia, dalam kuliahnya
ini Yusril aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan, beliau menjabat sebagai ketua Majelis Perwakilan Mahasiwa MPM di UI pada tahun 1978-1979, beliau
pun aktif di Himpunan Mahasiswa Islam yang dikenal dengan HMI, dalam aktivitas organisasinya Yusril banyak belajar dari tokoh-tokoh Masyumi seperti
Mohammad Natsir. Dahulu ketika beliau masih dikampungnya, sering sekali mendengarkan
cerita tentang Masyumi dari ayahnya, dan sekarang setelah Yusril dewasa beliau langsung ingin mengarungi dunia yang nyata, bertemu dan bersentuhan pikiran,
Intelektualitas dan pengalaman dengan mereka tokoh Masyumi serta meraup prinsip yang sejati yang dimilikinya.
Pertama kali Yusril menjalin hubungan baik dengan tokoh Masyumi yaitu dengan Prof. DR. Usman Raliby, Yusril mengenal baik Profesor Usman, sejak
pertama kali beliau masuk Universitas Indonesia pada tahun 1976, Yusril sering diajak untuk berceramah agama, dan juga membantu aktivitas lainnya, dan dari
3
Firdaus Syam, Yusril Ihza Mahendra perjalanan Hidup, Pemikiran, dan Tindakan Politik, h26
Prof Usman lah Yusril diperkenalkan dengan tokoh Masyumi lainnya yaitu Mohammad Natsir dan yang lainnya.
Setelah perkenalan dengan para tokoh Masyumi itulah, Yusril mulai aktif pada sebuah perkumpulan Lembaga Bantuan Hukum serta organisasi Nirlaba
Dewan Dakwah Islamiah Indonesia DDII yang dipimpin oleh tokoh Masyumi, beliaupun diajak dan dilibatkan ketika DDII mendirikan lembaga LIPPM sebagai
peneliti, dan salah satu penelitiannya berhubungan dengan Pancasila, dan kedekatan ini menumbuhkan pada diri Yusril kepada proses transformasi gaya pak
Natsir, baik pemikiran maupun gaya kepemimpinannya. Dari aktivitas berkecimpung di berbagai organisasi inilah Yusril lebih
mengenal langsung pada Masyumi melalui tokoh-tokohnya langsung, sehingga pada tahun 1980 beliau diperintahkan oleh Mohammmad Natsir untuk menulis
sejarah Masyumi, dan Yusril pun sangat berminat, cerdas dan menguasai apa yang dimaksud dengan Modernis Islam itu, Mohammmad Natsir adalah guru dalam
politik dan Prof. Usman Raliby guru dalam persoalan pengetahuan Agama Islam.
4
Masyumi Majelis Syuro Muslimin Indonesia , merupakan sebuah himpunan dari berbagi Ormas dan Partai-partai Islam yang menonjol di masa
pendudukan Jepang 1942-1945 , yaitu antara lain Nahdalatul Ulama, Muhammadiyah, Laskar Hizbullah, Laskar Hizbul Wathon, Partai Syarikat Islam
Indonesia, dan lain-lain. Pendirian Masyumi dideklarasikan pada 11 november 1945, setelah 3 bulan Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan RI,
sejak berdirinya Partai Masyumi ini, para pendirinya dari tokoh Masyumi sudah
4
Firdaus Syam, Yusril Ihza Mahendra Perjalanan Hidup, Pemikiran dan Tindakan Politik,
h 30-34
memiliki pendirian bahwasanya Masyumi berjuang untuk keagungan Islam dan kaum muslimin.
5
Masyumi pada awalnya didirikan 24 oktober 1943 sebagai pengganti MIAI majelis islam a’la indoneia adalah Badan Federasi bagi Ormas Isam
dibentuk dari hasil pertemuan 18-21 september 1937. KH HasyimAsy’ari merupakan pencetus badan kerjasama ini sehingga menarik hati kalanganm
modernis. MIAI mengoordinasikan berbagai kegiatan dan menyatukan umat Islam
menghadapi politik Belanda seperti menolak undang-undang perkawinan dan wajib militer bagi umat Islam. KH Hasyim Asyari menjadi ketua badan legislatif
dengan 13 organisasi tergabung dalam MIAI. Setelah Jepang datang, MIAI dibubarkan dan digantikan dengan Masyumi.
Karena Jepang memerlukan suatu badan untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia melalui lembaga agama Islam. Meskipun demikian, Jepang
tidak terlalu tertarik dengan partai-partai Islam yang telah ada di zaman Belanda yang kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola pikir modern, sehingga pada
minggu-minggu pertama,
Jepang telah
melarang Partai Sarekat
Islam Indonesia PSII dan Partai Islam Indonesia PII. Selain itu Jepang juga berusaha
memisahkan golongan cendekiawan Islam di perkotaan dengan para Kyai di pedesaan. Para Kyai di pedesaan memainkan peranan lebih penting bagi Jepang
karena dapat menggerakkan masyarakat mendukung Perang Pasifik, sebagai buruh atau tentara. Setelah gagal mendapatkan dukungan dari kalangan nasionalis
5
Drs Firdaus Syam, M.A dan Drs. Ahmad Suhelmi, M.A, Ahmad Sumargono Dai dan Aktivis Pergerakan Islam yang Mengakar di Hati Umat jakarta: millenium publisher, 2004 , h
74-75