BAB IV TRANSKRIPSI DAN ANALISIS MUSIKAL INGGOU PARLAJANG
4.1 Transkripsi
Menurut ilmu Etnomusikologi, transkripsi merupakan proses penulisan bunyi-bunyian sebagai hasil dari pengamatan dan pendengaran suatu musik ke
dalam bentuk simbol-simbol yang disebut dengan notasi. Untuk melakukan transkripsi melodi Inggou Parlajang, penulis memilih notasi deskriptif yang
dikemukakan oleh Charles Seeger. Notasi deskriptif adalah notasi yang ditujukan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail
komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Dalam bab IV ini penulis akan menganalisis dan mentranskripsikan
Inggou Parlajang. Hasil transkripsi dan analisis dikerjakan menggunakan notasi barat. Penulis membuat hasil transkripsi dari hasil penelitian dengan narasumber.
4.1.1 Simbol Dalam Notasi
Simbol-simbol yang digunakan dalam notasi transkripsi Inggou Parlajang merupakan simbol-simbol dalam notasi Barat. Berikut ini, beberapa simbol yang
digunakan dalam hasil transkripsi Inggou Parlajang. 1.
: Merupakan garis paranada yang memiliki lima buah garis dan empat spasi, dimana pada garis
paranada kedua dari bawah merupakan nada G. 2.
: Merupakan tanda birama yang berirama 44.
3. : Merupakan simbol satu buah not penuh bernilai
empat ketuk. 4.
: Merupakan simbol satu buah not ½ bernilai dua ketuk dan not ¼ bernilai satu ketuk.
5. : Merupakan satu buah not ¼ bernilai satu ketuk
dengan simbol titik bernilai ½ ketuk dari not di depannya.
6. : Merupakan satu buah not 18 yang bernilai ½
ketuk. 7.
: Merupakan dua buah not 18 yang bersambung ditandai dengan simbol legato di bawah not
pertama. 8.
: Merupakan satu buah not 116 yang bernilai ¼ ketuk.
9. : Merupakan simbol istirahat penuh yang bernilai
empat ketuk. 10.
: Merupakan simbol istirahat ½ bernilai dua ketuk.
11. : Merupakan simbol istirahat 14 yang bernilai satu
ketuk. 12.
: Merupakan simbol istirahat 18 yang bernilai ¼ .
13. : Merupakan satu buah not yang diberi tanda mol
untuk menurunkan nilai notnya setengah laras. 14.
: Merupakan satu buah not yang diberi tanda kres untuk menaikkan nilai notnya setengah laras.
15. : Merupakan satu buah not yang diberi tanda pugar
untuk mengembalikan nilai not seperti semula setelah larasnya diturunkan maupun dinaikkan.
Simbol-simbol yang penulis jabarkan diatas, merupakan simbol-simbol yang tertulis atau terdapat dalam lampiran partitur agar pembaca dapat mengerti
dan memahami artinya. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan tentang hal-hal yang dimaksudkan dari notasi tersebut. Dari transkripsi yang diurai diatas, maka
penyajian melodi yang akan penulis paparkan adalah dalam bentuk rekonstruksi oleh penyaji yaitu Bapak Harris Hemdy Purba.
Dalam mengerjakan transkripsi penulis mengacu pada notasi musik yang dinyatakan Seeger yaitu notasi preskriptif dan deskriptif. Notasi preskriptif adalah
notasi yang dimaksudkan sebagai alat pembantu untuk penyaji supaya dapat menyajikan komposisi musik. Sedangkan notasi deskriptif adalah notasi yang
dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-
detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis akan menggunakan notasi preskriptif. hasilnya seperti
dibawah ini:
INGGOU PARLAJANG Andante
Bb = Do
Bait I: Tarsunggul au tanoh hatubuhan
Simalungun na loppou jenges simada tunggung Dolog riris marsikawahan,Talun ni pe appar do songon apei na
bayu Nai do homa suan-suanan, Tabun mombur bai passarian na so
mahoyu Reff:
Andigan au mulak tu Simalungun Manjalo tuah bolon, hidorat na rugun
Hadap marlajang pe au Ham do rupei na ottou
Mulak pe au O Simalungun ou
Bait II: Masa tene parana, anakboru nahinan
Na maruppasa ge martalibun Doding nip e lappot malungun
Pataridah goluhni adat, naso taruyun Gual nip e sirsir maringgou
Pataridah manoh nahinan, abak na sormou Kembali ke reff:
4.2 Analisis Melodi Inggou Parlajang