Nyanyian Rakyat Simalungun BIOGRAFI TARALAMSYAH SARAGIH

Diatas merupakan karya-karya Taralamsyah Saragih yang dikutip dari buku Simon Saragih “Taralamsyah Saragih Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris” 2014. Hal: xviii-xxi

2.3 Nyanyian Rakyat Simalungun

Dalam masyarakat Simalungun, nyanyian rakyat Simalungun di sebut doding yang artinya nyanyian. Jika digunakan imbuhan man- di depan kata doding yaitu mandoding berarti bernyanyi. Selain istilah doding, ada juga istilah lain yaitu ilah dan inggou untuk menyatakan nyanyian. Penggunaanya hanya digunakan secara khusus dalam suatu nyanyian itu yang dinyanyikan bersama-sama maupun untuk menyatakan nama suatu nyanyian. Dermawan Purba dalam “Taralamsyah Saragih Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris” 2014. Hal: 273 Menurut Taralamsyah dalam buku “Gonrang Simalungun” nyanyian doding adalah nyanyian dalam Simalungun yang yang dinyanyikan secara solo, sedangkan Ilah adalah “nyanyian bersama” masyarakat Simalungun biasanya melakukannya dengan berkumpul di suatu tempat di desa pada malam hari setelah pekerjaan siang hari selesai. Secara keseluruhan lagu-lagu ini bertempo sedang hingga lambat dan berlawanan dengan doding. 18 Inggou adalah nyanyian Simalungun yang memiliki nada susunan pentatonik yang dinyanyikan dengan legato dan biasanya berirama lambat serta dinyanyikan dengan lemah lembut. Secara khusus, Inggou adalah suatu nyanyian yang ditandai oleh irama dan melodi khas Simalungun yang dinyanyikan secara glisando meluncur dan secara legato. Jadi, dalam lagu Inggou Parlajang, inggou adalah 18 Arlin Dietrich Jansen “Gonrang Simalungun” 2003. Hal: 78 untuk menyatakan nama suatu nyanyian yang artinya nyanyian perantau dan dinyanyikan dengan cengkok khas Simalungun serta dengan lemah lembut. Di dalam susunan karya-karya lagu yang diciptakan Taralamsyah di atas, Inggou Parlajang terdapat pada point ke empat. Menurut Pak Harris Hemdy Purba 19 19 Hasil wawancara dangan Harris Hemdy Purba, murid Taralamsyah Saragih. Seorang pengajar tari. , sebelum Taralamsyah pergi merantau, Beliau menciptakan lagu Inggou Parlajang. Lagu ini terinspirasi dan diciptakan beliau berdasarkan curahan hati tulang-nya paman yaitu Janer Sinaga dan keponakannya, Bill Saragih. Pada saat itu Janer Sinaga sedang merantau ke Amerika dan bercerita serta mencurahkan kerinduannya terhadap kampung halamannya kepada Taralamsyah. Janer merasa bahwa meskipun berada di negeri orang, namun hati dan pikirannya tertuju pada tanah kelahirannya. Bill Saragih yang pada saat itu juga pergi merantau dan merasa rindu akan kampung halamannya bercerita dan mencurahkan isi hatinya kepada Taralamsyah bahwa Bill Saragih merasakan rindu akan kampungnya. Kemudian Taralamsyah dengan kemampuannya mengkomposisikan lagu dan menulis syair yang indah menuangkannya kedalam sebuah lagu yang berjudul Inggou Parlajang. Inggou Parlajang adalah lagu yang liriknya bercerita tentang isak tangis dan keluh kesah seorang perantau yang melukiskan kesukacitaan dan kedukaannya serta kerinduannya akan kampung halaman serta nada yang sangat puitis dan padu dengan perjalanan melodi dari lagu tersebut, yang membuat seorang perantau dapat mengingat dan merindukan kampung halamannya. Bagi Taralamsyah, tidak sulit menciptakan lagu dan merangkai kata-kata untuk lagu ciptaannya dikarenakan latar belakangnya. Hal itu juga berlaku untuk lagu Inggou Parlajang, beliau menciptakan lagu Inggou Parlajang berdasarkan kisah hidup orang lain. Namun, dengan kemampuan yang beliau miliki maka mampu menciptakan lirik yang mendayu yang liriknya sangat padu dengan melodi. Itulah keunikan seorang Taralamsyah 20 Dalam situs MusicianWages.com, J. Hahn yang adalah seorang penulis lagu dan mantan konduktor di Broadway New York menulis tentang isu-isu musik yang kalimatnya bertujuan menjawab keluhan banyak musisi sekarang yang merasa tidak memperoleh respek. J. Hahn juga menyimpulkan hal itu juga terjadi di masa lalu. Namun, jika mampu menghasilkan musik yang bagus, kenyamanan Menurut Pak Harris, lagu Inggou Parlajang sudah tidak begitu dikenal oleh para pemudapemudi sekarang dikarenakan banyaknya musik modern yang begitu berkembang sangat cepat. Namun, menurut informan lagu ini masih dikenali oleh kalangan yang sudah tua. Pak Harris berkata “dulu pas tahun 1950, lagu Inggou Parlajang dinyanyikan Pasiman Saragih sama orkes musik Simalungun yang dibentuk Taralamsyah dan kawan-kawan, Na laingan di bioskop Ria, Siantar. Dulu juga, masyarakat senang kali mendengar lagu itu karena sendu kali lagunya tapi ya hanya sebatas itu saja, mereka cuek. Dilihat dari gerak tarian orang Simalungun kan keliatan orang Simalungun ini cuek. Tidak seperti orang Toba yang sangat menjaga sekali musik tradisinya” demikian Pak Harris menjelaskan.

2.4 Masa Perantauan