Bagi Taralamsyah, tidak sulit menciptakan lagu dan merangkai kata-kata untuk lagu ciptaannya dikarenakan latar belakangnya. Hal itu juga berlaku untuk
lagu Inggou Parlajang, beliau menciptakan lagu Inggou Parlajang berdasarkan kisah hidup orang lain. Namun, dengan kemampuan yang beliau miliki maka
mampu menciptakan lirik yang mendayu yang liriknya sangat padu dengan melodi. Itulah keunikan seorang Taralamsyah
20
Dalam situs MusicianWages.com, J. Hahn yang adalah seorang penulis lagu dan mantan konduktor di Broadway New York menulis tentang isu-isu musik
yang kalimatnya bertujuan menjawab keluhan banyak musisi sekarang yang merasa tidak memperoleh respek. J. Hahn juga menyimpulkan hal itu juga terjadi
di masa lalu. Namun, jika mampu menghasilkan musik yang bagus, kenyamanan Menurut Pak Harris, lagu Inggou Parlajang sudah tidak begitu dikenal
oleh para pemudapemudi sekarang dikarenakan banyaknya musik modern yang begitu berkembang sangat cepat. Namun, menurut informan lagu ini masih
dikenali oleh kalangan yang sudah tua. Pak Harris berkata “dulu pas tahun 1950, lagu Inggou Parlajang dinyanyikan Pasiman Saragih sama orkes musik
Simalungun yang dibentuk Taralamsyah dan kawan-kawan, Na laingan di bioskop Ria, Siantar. Dulu juga, masyarakat senang kali mendengar lagu itu
karena sendu kali lagunya tapi ya hanya sebatas itu saja, mereka cuek. Dilihat dari gerak tarian orang Simalungun kan keliatan orang Simalungun ini cuek.
Tidak seperti orang Toba yang sangat menjaga sekali musik tradisinya” demikian Pak Harris menjelaskan.
2.4 Masa Perantauan
20
Hasil wawancara dengan Pak Harris Purba.
hidup bisa diraih seperti yang pernah didapat para pemusik Eropa zaman dulu
21
“Kelanggengan seni musik itu juga harus datang dari dua sisi, sisi musisi itu sendiri dan dari pendengar, termasuk pemerintahannya sendiri” Damma
Silalahi, salah satu penyanyi popular Simalungun saat itu juga berkata demikian. Beliau juga merasa ingin dihargai sebagai seniman Simalungun, karena pada saat
itu hiburan dari etnis lain sudah merambah ke tanah Simalungun ,
contohnya komposer Bethoven. Hal yang sama tidak dirasakan sang maestro Taralamsyah, meskipun
mempunyai latar belakang yang sama yaitu sama-sama berasal dari keluarga kerajaan, namun Taralamsyah tidak memiliki hidup yang layak untuk didapatkan
oleh seseorang memiliki pengaruh yang besar pada saat itu. Tidak hanya materi, apresiasi pun tidak beliau dapatkan. Beliau juga merupakan seseorang yang
memiliki status pegawai negeri, namun gaji pensiun pun tidak didapatkan oleh Taralamsyah.
22
Pada tahun 1971 beliau berangkat untuk berkarya dan menetap di Jambi. Banyak hal yang menjadi alasan Taralamsyah pergi ke Jambi. Salah satunya
adalah segala upayanya untuk terus menyalurkan bakat dengan tujuan musik Simalungun dapat bergema, tidaklah mudah, dikarenakan keadaan pada saat itu
membuatnya merasa tidak dihargai sebagai orang yang memberikan konstribusi kepada Simalungun berupa tindakan untuk membangun kesenian Simalungun.
Alasan lain adalah adanya permintaan dari Pemerintah Daerah Jambi untuk
21
Simon Saragih “Taralamsyah Saragih Seorang Komponis Legendaris” 2014. Hal:81
22
Simon Saragih dalam Taralamsyah Saragih Seorang Komponis Legendaris 2014:183
membangun kebudayaan Jambi. Saat itu Gubernur Jambi R. M. Noor Atmadibrata 1968-1974 ingin memajukan seni budaya Provinsi Jambi.
23
Erosi terhadap seni budaya yang ada di Simalungun menyebabkan jumlah pakar seni berkurang drastis. Taralamsyah yang seharusnya merupakan salah satu
andalan Simalungun sudah hijrah ke Jambi. Hal ini membuat seniman Simalungun tanpa sadar kehilangan aset paling berharga, yaitu yang tersimpan
dikepala Taralamsyah
24
Pada usia tujuh puluh tiga tahun, beliau pensiun dari kegiatan mendalami seni budaya Jambi. Lalu menyusun ensiklopedia Simalungun yang tidak kunjung
Banyaknya prestasi Taralamsyah seperti yang sudah dijabarkan diatas, membuat Jambi semakin maju. Namun, Taralamsyah tetap merindukan
Simalungun. Seperti lagu Inggou Parlajang yang beliau ciptakan berdasarkan “curahan hati” paman dan keponakannya, namun akhirnya dia merasakan
kerinduan layaknya seorang perantau yang merindukan tanah kelahirannya. Hal itu bisa dilihat dari isi surat yang ditulis oleh Taralamsyah sendiri kepada Jansen
Saragih keponakannya, putra raja Raya Jan Kaduk yang dikutip dari buku “Taralamsyah Saragih Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris”, 2014 hal:142
“seandainya saya punya kemampuan untuk pergi ke Sumatera Utara, saya rela berangkat dari Jambi yang berjarak 1.500 KM. alangkah senangnya saya
melakukan itu, ini sekaligus bertujuan menyerahkan kaset-kaset rekaman musik Simalungun zaman dulu sembari mengunjungi anak-anak saya yang masih
bersekolah di Medan” demikian isi surat Taralamsyah kepada Jansen.
23
Taralamsyah Saragih “Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris. 2014. Hal: 87
24
Taralamsyah Saragih “Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris, 2014. Hal: 143
dicetak meskipun sudah lengkap. Beliau meninggal di usia tujuh puluh lima tahun pada tanggal 1 Maret 1993 di Jambi
25
25
Taralamsyah Saragih Jejak Sepi Seorang Komponis Legendaris, 2014. Hal: 148
BAB III ANALISIS TEKSTUAL INGGOU PARLAJANG
3.1 Bentuk Teks Inggou Parlajang
Inggou Parlajang merupakan salah satu nyanyian yang diciptakan oleh Taralamsyah Saragih, yang teksnya berisi tentang seorang perantau yang rindu
akan tanah kelahirannya dan isi teksnya berupa kalimat. Isi dari teks Inggou Parlajang disampaikan dengan menggunakan kata-kata ungkapan yang memiliki
makna. Seperti yang dijelaskan pada bab I, kajian ini menggunakan teori
semiotika yaitu sebuah teori mengenai lambang yang dikomunikasikan yang meletakkan lambang sebagai bagian dari komunikasi. Komunikasi dapat
mengandung makna-makna tertentu. Makna digunakan untuk menyampaikan suatu pesan. Teori semiotika menurut Panuti Sudjiman dan Van Zoest bakar
2006:45-51 yang menyatakan bahwa semiotika berarti tanda atau isyarat dalam satu sistem lambang yang lebih besar. Dalam teks Inggou Parlajang, penulis
menemukan beberapa teks yang mengandung lambang-lambang yang memiliki makna tertentu.
Menganalisis teks Inggou Parlajang dilakukan dengan aspek-aspek sebagai berikut:
1. Isi teks, yaitu mengenai hal-hal yang disampaikan 2. Jenis nyanyian rakyat pada Inggou Parlajang
3. Gaya bahasa