Gaya bahasa Analisis Semiotika Teks Inggou Parlajang

Tabel-2: Teks Inggou Parlajang yang mengandung nyanyian liris Andigan au mulak tu Simalungun kapan aku pulang ke Simalungun Tabel-3: Teks Inggou Parlajang yang mengandung nyanyian liris Manjalo tuah bolon, hidorat na rugun Menerima rejeki yang besar, dan sejahtera Hadap marlajang pe au terus-terusan diperantauan pun aku Ham do rupei na ottou kaulah yang membuat aku seperti ini Mulak pe au pulanglah aku O Simalungun ou oh Simalungun, tanah kelahiran

3.2.3 Gaya bahasa

Apabila dianalisis tekstual Inggou Parlajang, maka akan ditemukan gaya bahasa yang berbentuk majas personifikasi dan majas metafora yang terkandung didalamnya. Majas Personifikasi adalah majas yang memberikan sifat-sifat manusia pada benda mati, sedangkan majas metafora adalah pemakaian bahasa untuk membuat perbandingan antara apa yang di maksud dengan benda mati atau barang yang lain. Berikut ini adalah contoh teks Inggou Parlajang yang mengandung majas personifikasi dan majas metafora, yaitu: 1. Majas personifikasi: • Simalungun na loppou jenges. Jenges berarti cantik, indah, rupawan dan elok. Namun bukan ditujukan kepada manusia tetapi kepada sifat indahnya alam. Cantik dimaksud di sini adalah Simalungun itu sendiri. • Dolog riris marsikawahan. Marsikawahan artinya melihat atau saling berhadapan, dalam teks Inggou Parlajang, Simalungun adalah tempat yang dikelilingi oleh gunung-gunung yang seakan-akan saling melihat. Antara lain, Gunung Sipiso-piso, Gunung Singgalang, Gunung Simarjarunjung dan Gunung Simbolon. 2. Majas metafora: • Simada tunggung. Tunggung berarti masyhur, agung, mulia. Namun bukan ditujukan kepada manusia atau Tuhan, tetapi kepada sifat alamnya yang memiliki keagungan atau kemasyhuran. • Talun ni pe appar do songon apei na bayu, artinya adalah hamparan tanah yang terbentang seperti tikar yang baru. Tikar yang baru maksudnya adalah tanah Simalungun yang cocok ditumbuhi tanaman jahe, jeruk, kopi, teh, sayur-sayuran, dan lain-lain. Beragam tanaman itulah yang menunjukkan hamparan tanah Simalungun terlihat seperti tikar yang baru. • Doding ni pe lappot malungun, pataridah goluh ni adat, naso taruyun artinya adalah nyanyiannya pun mendayu, menggambarkan dari adat istiadat yang tidak tergoyahkan. Tidak tergoyahkan yang dimaksud oleh si perantau adalah adat istiadat Simalungun yang sudah memiliki ketetapan secara turun-temurun. • Abak na sormou artinya adalah perilaku yang mengharumkan. Mengharumkan berarti membanggakan. Kebiasaan atau perilaku yang membanggakan yang dimaksud oleh si perantau dalam teks Inggou Parlajang ini adalah kebiasaan-kebiasaan baik yang diturunkan leluhur secara turun temurun dan menjadi sesuatu yang dipergunakan untuk hal yang baik pula. Contoh kebiasaan baik itu adalah bertutur kata lembut dan berperilaku baik.

3.2.4 Makna teks