Jenis Imunisasi Dasar Imunisasi
organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melauli intramuskular. Pemberian DPT
dapat berefek saming ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan dan demam. Efek berat misalnya
terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensofalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri,
pertusis, dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan balita.
Hasil penelitian Muchlastriningsih 2005 menunjukkan bahwa jumlah kasus difteri rawat jalan di Indonesia selama 3 tahun paling banyak dari golongan
usia 15-44 tahun 37,42. Pasien pertusis yang dirawat inap paling banyak dari kalangan bayi dan anak-anak 60,28 dari seluruh pasien rawat inap. Hal ini
mendukung pendapat bahwa bayi dan anak-anak merupakan golongan usia yang rentan terhadap penyakit pertusis. Pasien tetanus yang dirawat inap paling banyak
dari golongan usia diatas 45 tahun 44,16 . Ini adalah vaksin kombinasi untuk mengatasi penyakit difteria, batuk rejak
pertusis dan tetanus-tiga penyakit yang cukup perlu dipertimbangkan karena akibat yang ditimbulkannya- menyebabkan kesehatan dan kematian anak-anak
dinegara berkembang. Pemberian vaksinasi DPT dilakukan bersamaan dengan pemberian dengan
vaksin polio. Pada umur di atas 5 tahun, komponen pertusis pada vaksin itu dihilangkan. Jangan berikan bayi anda vaksin DPT jika bayi anda menderita
epilepsi dan selam demam. Diare ringan atau hidung ingusan bukanlah kontraindikasi pemberian vaksin ini.
3.Vaksin polio Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya
poliomyelitis
yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan imunisasi polio diberikan
melalui oral. Di indonesia, program eradikasi polio dilaksanakan sesuai kesepakatan pada WHO ke-41 1988 yang sebenarnya mengharapkan eradikasi
polio didunia sebelum tahun 2000. Ada empat strategi untuk pencapaian tujuan tersebut yaitu imunisasi rutin OPV
oral polio virus
dengah cakupan tinggi, imunisasi tambahan, surveilans AFP dan investigasi laboratorium, serta
mop-up
untuk memutus rantai penularan terakhir. Pada umumnya, pusat-pusat kesehatan memberikan 3 dosis pda interval 4
sampai 6 minggu. Mengenai dosis vaksinasi kedua ini diberikan pada umur 12 sampai 18 bulan setelah dosis terakhir suatu vaksi selesai diberikan. Merupakan
suatu keuntungan bila menerima dosis vaksinasi kedua lainnya pada umur 5 tahun.
Satu hal penting lainnya: seorang anak yang sebelumnya pernah mengalami poliomyelitis juga merupakan kandidat untuk menerima imunisasi penuh vaksin
polio .
4.Vaksin campak morbili Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan.imuniasi campak diberikan
melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki efek samping seperti terjadinya ruam pada tempat suntikan dan panas. Angka kejadian campak juga sangat tinggi dalam
memengaruhi angka kesakitan dan kematian anak. Penyakit ini biasanya disertai sekresi saluran pernafasan, malaise, dan
demam. Pada hari ke empat, mulai timbul bercak makolopapular merah yang dimulai dari belakang telinga dan menyebar kebatang tubuh: manifestasi klinis
yang lebih jarang misalnya kejang demam dan epistaktis. Bercak koplik merupakan bercak keputihan berukuran kecil seukuran jarum pentul pada
mukosa bagian dalam pipi dan bibir bawah. Komplikasi yang umum terjadi adalah otitis media dan brokonpnemonia :
ensepalitis jarang terjadi namun berbahaya. Tanpa komplikasi,antibiotika tidak diindikasikan.
5. Vaksin hepatitis B Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah
terjadinya penyakit hepatitis. Kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebnayak 3 kali dan penguatnya
dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui intramuskular. Angka kejadian hepatitis B pada anak balita juga sangat tinggi
dalam memengaruhi angka kesakitan dan kematian balita.
Hasil penelitian Muchlastriningsih 2005 menunjukkkan bahwa jumlah pasien hepatitis yang dirawat jalan dan rawat inap paling banyak dari golongan
usia 15-44 tahun 50,54.
4.Jadwal Imunisasi di Indonesia
Dalam menggunakan bagan jadwal imunisasi IDAI edisi 2000 untuk keperluan praktik sehari-hari diperlukan penjelasan sebagai berikut. Penyusunan
jadwal imunisasi edisi 2000 dibuat dengan memperhatikan
range
tenggang waktu imunisasi yang dianjurkan, dengan maksud agar teman sejawat dapat
menetapkan waktu yang lebih tepat dan leluasa kepada pasien, tentang kapan imunisasi sebaiknya diberikan sesuai dengan kedatangan kebutuhan anak.
Jadwal imunisasi Program Pengembangan Imunisasi PPI Depkes tetap dapat gunakan bersamaan dengan jadwal imunisasi IDAI. Jadwal imunisasi IDAI
setiap tahun akan dievaluasi untuk penyempurnaan berdasarkan perubaha pola penyakit, kebijakan Depkes WHO, dan pengadaan vaksin di Indonesia.
Rochmah, 2012.