Jenis Vaksin dan Sifatnya

Kemasan vaksin BCG terdiri dari kemasan dalam ampul, beku kering, 1 box berisi 10 ampul vaksin ; dan setiap ampul vaksin dengan 4 ml pelarut. Kontraindikasi yang terjadi pada vaksin BCG yaitu : a. Adanya penyakit kulit yang berat atau menahun seperti :eksim, furunkulosis, dan sebagainya b. Mereka sedang menderita TBC Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus lokal suferfisial di 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus yang biasanya tertutup krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi, maka ulkus yang timbul semakin besar, namun apabila penyuntikan terlalu dalam, maka parut akan tertarik kedalam retracted. Vaksin BCG diberikan secara intradermalintrakutan 0,10 ml untuk anak dan 0,05 ml untuk bayi baru lahir. Penyuntikan imunisasi BCG ini sebaiknya diberikan pada deltoid kananlengan kanan atas, sehingga bila terjadi limfadenitis pada aksila akan lebih mudah terdeteksi . Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari, tidak bole beku, dan harus disimpan pada suhu 2- 8 ĚŠ C. 2.Vaksin DPT diptheria, pertusis, tetanus Pemberian imuniasi ini yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti toksoid. Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit tahap pengenalan terhadap vaksin dan mengaktifkan organ- organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melauli intramuskular. Pemberian DPT dapat berefek saming ringan ataupun berat. Efek ringan misalnya terjadi pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan dan demam. Efek berat misalnya terjadi menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensofalopati, dan syok. Upaya pencegahan penyakit difteri, pertusis, dan tetanus perlu dilakukan sejak dini melalui imunisasi karena penyakit tersebut sangat cepat serta dapat meningkatkan kematian bayi dan balita. Hasil penelitian Muchlastriningsih 2005 menunjukkan bahwa jumlah kasus difteri rawat jalan di Indonesia selama 3 tahun paling banyak dari golongan usia 15-44 tahun 37,42. Pasien pertusis yang dirawat inap paling banyak dari kalangan bayi dan anak-anak 60,28 dari seluruh pasien rawat inap. Hal ini mendukung pendapat bahwa bayi dan anak-anak merupakan golongan usia yang rentan terhadap penyakit pertusis. Pasien tetanus yang dirawat inap paling banyak dari golongan usia diatas 45 tahun 44,16 . Ini adalah vaksin kombinasi untuk mengatasi penyakit difteria, batuk rejak pertusis dan tetanus-tiga penyakit yang cukup perlu dipertimbangkan karena akibat yang ditimbulkannya- menyebabkan kesehatan dan kematian anak-anak dinegara berkembang. Pemberian vaksinasi DPT dilakukan bersamaan dengan pemberian dengan vaksin polio. Pada umur di atas 5 tahun, komponen pertusis pada vaksin itu dihilangkan. Jangan berikan bayi anda vaksin DPT jika bayi anda menderita