Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
bekerja untuk Tuannya. Dan jelaslah sudah bahwa dengan keadaan demikian tidak akan mungkin para penduduk desa tersebut untuk merasakan kenikmatan dan
kebahagian menjadi orang kaya.
Pada kutipan lainnya Bab VII halaman 65
Wa i nnam taq mu f asfalih qaryatun b `isatun wa dai‘atun ya‘ syu
f h qaumun b `is na muttadi‘ na Keberadaan desa dan penghuninya yang miskin itu hanya untuk memberikan kekayaan dan kesempurnaan
hidup pada penghuni istana. 58 Pada kutipan teks di atas, pengarang lebih memperjelas bagaimana
keberadaan para penduduk desa miskin yang selalu dimanfaatkan oleh penghuni istana untuk memperkaya dan menyenangkan hidup diri mereka.
3.3.2. Konflik Penindasan
Al- idtih du
Bab III halaman 33
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
Wa yajibu an na’tarifa bi`anna ha`ul `i al-s data qass ta al-qul bi gil zu al-akb di, yu`assir na anfusahum bikulli syai`in, wa l yanzil na
ligairihim ‘an syai`in Dan, para pemilik ladang itu adalah sosok majikan yang egois, kejam, suka bertindak semena-mena dan sesuka hati tanpa
pernah memperdulikan perasaan orang lain.15 Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan sipat-sipat para
penghuni istana yang menguasai tanah garapan para penduduk desa. Kelakuan pemilik ladang penghuni istana yang egois, kejam, suka bertindak semena-mena
dan sesuka hati. Disebabkan mereka menguasai sumber daya yang kaya yang dihuni oleh para penduduk desa yang lebih lemah dari mereka. Sehingga mereka
mengeksploitasi para penduduk desa secara berlebihan tanpa rasa takut dan bersalah.
Pada kutipan lainnya Bab III halaman 54
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
Innakum tastazi ll nahum wa tasygul nahum, wa tadtar nahum il al-
bu`si wa tafarrad na ‘alaihim al-hirm na, takalluf nahum m takallif nahum min dar bi al-juhdi wa al-‘in `i, hatt iz at juhdahum
samrahu wa intah ‘in `uhum il nat jihi, akhaztum khaira m tasmiru al- ardi
‘al aidihim fa`irtum bihi anfusukum min d nihim wa istamta’tum bina
‘ mihi Coba renungkan, bukankah selama ini kalian telah merepotkan mereka. Memaksa dan mendorong mereka pada kehinaan, kesengsaraan
dan kemiskinan. Kalian paksa mereka bekerja di ladang dari pagi hingga menjelang petang. Namun jika tiba masa memetik hasil panen dari kerja
keras selama ini, kalian tak memberikan sedikitpun pada mereka. Kalian habiskan semua. Kalian rampas semua hasil jerih payah mereka. Kalian
rebut hak-hak mereka. Mereka tak pernah bisa menikmati hasil jerih payahnya.46
Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan secara panjang lebar penindasan yang dilakukan para penghuni istana kepada para penduduk desa.
Namun yang menarik pada kutipan teks di atas adalah yang mengungkapkan semua kesalahan dan penindasan yang dilakukan penduduk istana adalah keluarga
istana itu sendiri, yaitu Naim. Naim adalah anak pemilik istana yang suka berkelana kemana-mana dan sering mengawasi para pekerja di perkebunan
mereka.
Pada kutipan lainnya Bab III halaman 54
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
Taqbal na ‘al haz musabbah na, wa taqbal na ‘al haz mumass na, wa tan‘i
muna bisamrati haz baina al-sab hi wa al-mas `i Kalian peras tenaga mereka dari pagi hingga sore. Kalian menikmati hasilnya setiap
pagi dan sore, tanpa merasa telah menginjak-injak hak mereka.47 Lebih luas lagi, Naim menjelaskan bahwa para penghuni istana merupakan
orang-orang yang tidak memiliki hati dan perasaan. Karena para penghuni istana selalu menyusahkan dan menindas para penduduk desa yang telah memberikan
kekayaan yang berlimpah ruah dari tenaga dan kerja keras mereka.
Pada kutipan lainnya Bab III halaman 54
…
48 Z ka anna al-sy kha yans na al-syubb ba, au qul innahum yastabiq na
al- syubb ba li`anfushim “Masalah dimana para orang tua telah menekan
anak-anak untuk kesenangan mereka atau katakanlah di mana orang tua telah menekan anak-anak untuk kepentingan pribadi mereka. 36
Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan penindasan Tuan Rauf kepada Naim anak semata wayangnya. Naim merasa terkungkung dengan
peraturan-peraturan ayahnya yang tidak sedikit pun tidak lagi memberi kebebasan
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
padanya. Bahkan Naim merasa bahwa dirinya tidak mempunyai pilihan untuk melakukan apapun selain dari mematuhi perintah ayahnya.
3.3.3. Konflik Percekcokan
Al-t asy juru
Bab III halaman 56