Analisis Sosial dalam Novel Ma wara`a al-nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra)

(1)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

ANALISIS KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL

/

Ma wara`a al-nahri “Kesaksian Sang Penyair”

(PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA)

SKRIPSI SARJANA

OLEH

U

AMRAINI SIHOTANG

0 3 0 7 0 4 0 2 6

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

ANALISIS KONFLIK SOSIAL DALAM NOVEL

/Ma Wara`a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair” (PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA)

SKRIPSI SARJANA Dikerjakan

O L E H

AMRAINI SIHOTANG NIM. 030704026

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Suwarto, M. Hum Drs. Aminullah MA Ph.D NIP. 131269807 Nip. 132049790

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa Arab


(3)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007

Disetujui oleh:

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

PROGRAM STUDI BAHASA ARAB

Ketua, Sekretaris,

U

Drs. Aminullah, M.A., Ph.D.U UDra. Kacar Ginting, M.Ag


(4)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA

Dalam bidang Ilmu Bahasa Arab Pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

Pada,

Hari : Rabu

Tanggal : 12 September 2007

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Dekan,

U

Drs. Wan Syaifuddin, M.A, Ph.D. Nip. 132098531

U

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Drs. H. Aminullah, M.A, Ph.D. ( )

2. Dra. Kacar Ginting, M.Ag ( ) 3. Drs. Suwarto M. hum ( )

4. Dra. Khairawati, M.A., Ph.D. ( )


(5)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah, iman dan Islam serta rahmat-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat beriring salam senantiasa dilimpahkan Allah SWT kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya yang penuh keteguhan menegakkan kebenaran dan membawa risalah Islam ke saentero bumi ini.

Suatu hal yang sudah menjadi kewajiban bagi seorang mahasiswa yang akan menyelesaikan studinya untuk menyusun karya tulis ilmiah dalam bidang ilmu yang dipelajarinya. Guna memenuhi syarat untuk mendapat gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan. Maka penulis memilih bidang ilmu sastra dengan judul “Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /M War `a Al-Nahri/ (Kesaksian

Sang Penyair)” Pendekatan Sosiologi Sastra.

Dalam penelitian skripsi ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan, akan tetapi ini merupakan hasil maksimal yang penulis lakukan. Dan berkat rahmat karunia Allah SWT serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Harapan penulis semoga skripsi ini ada manfaatnya bagi penulis dan pembaca yang ingin mendalami ilmu sastra. Oleh karena itu penulis bersedia menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini di masa mendatang.

Medan, September 2007


(6)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada hambanya, sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan. Begitu pula shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa petunjuk ke jalan yang diridhai-Nya.

Pada kesempatan ini, perkenankanlah Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Yang tercinta dan teristimewa buat kedua orang tua tercinta Ayahanda

Amma Ariandi Sihotang dan Ibunda Rida Wati yang telah memberikan segenap pengorbanan yang disertai do‘a yang tulus ikhlas dalam membesarkan dan mendidik penulis agar dapat berbakti kepada orangtua, agama, bangsa dan negara.

2. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan serta Pembantu Dekan I, II, dan III yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk mengikuti pendidikan Program Sarjana di Fakultas Sastra USU.

3. Bapak Drs. Aminullah M.A. Ph.D dan Ibu Dra. Kacar Ginting, M.Ag selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan atas dorongan yang diberikan kepada penulis terhadap penelitian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Suwarto M. Hum dan Drs. Aminullah M.A. Ph.D, selaku pembimbing I dan II yang dengan ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya dengan penuh perhatian dan kesabaran untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(7)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

5. Para Staff Pengajar Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, khususnya Program Studi Bahasa Arab Fakultas Sastra USU yang telah banyak menyumbangkan dan mengajarkan ilmunya kepada penulis.

6. Bang Andika yang telah berperan terhadap penyelesaian skripsi ini serta segenap aktivitas Akademik Fakultas Sastra USU.

7. My Vigourus “Hero” Aswin Efendi Lubis yang selalu bersedia meluangkan waktu untuk mengeditor tulisan ini serta perhatian dan dukungannya yang besar untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Sahabat-sahabat stambuk 03 syukran jazilan ilaikum jami‘an atas jalinan persahabatan, bantuan serta dukungannya : Dika, Iril, Andy, Gafar, Dinul, Amril, Zikri, Latif, Eka, Fakrah,Vina, Ito, Ema, Nia, Lina, Zul, Ijur,.

9. Kakanda para alumni dan teman-teman mahasiswa bahasa Arab yang bergabung dalam Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab (IMBA) Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara, terima kasih atas bantuan dan ukhuwahnya selama ini.

Penulis tidak dapat membalas jasa baik yang telah diberikan, akhirnya selaku hamba yang serba kekurangan hanya dapat bermohon kepada Allah SWT semoga diberikan balasan yang lebih baik. Amin

Medan, Agustus 2007


(8)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR SINGKATAN ... v

ABSTRAK ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 8

1.4Manfaat Penelitian ... 8

1.5Metode Penelitian ... 8

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA ...10

2.1 Karya sastra ...10

2.2 Sosiologi Sastra ... 7

2.3 Konflik ... 8

BAB III HASIL DAN PEMABAHASAN ...19

3.1 Biografi Pengarang ...19

3.2 Sinopsis Novel /M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair”……….. 21


(9)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

3.3.1 Konflik Perburuhan

( /Al-‘umm lutu/)……….……… 24

3.3.2 Konflik Penindasan ( /Al-idtih du/)……….. 26

3.3.3 Konflik Percekcokan (

/Al-

tasy juru/) ……… 29

3.3.4 Konflik Peperangan ( /Al-harbu/) ……… 30

3.4 Pendekatan Penangananan Konflik ………... 31

3.4.1 Contending {Bertanding ( /Mun fasatun/)}………. 31

3.4.2 Yeilding {Mengalah ( /Al-tanazulu/)}………. 37

3.4.3 Problem Solving { Pemecahan Masalah ( /Al-hillu/)}………... 39

3.4.4 With Drawing {Menarik Diri ( /Al-insih bu/)}……….. 40

3.4.5 Inaction {Diam ( /Al-sumtu/)}……….. 42

BAB IV PENUTUP ... 45

4.1 Kesimpulan ... 45

4.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN


(10)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

DAFTAR SINGKATAN

1. SWT : Subahana Wa Ta‘ala

2. SAW : Salallahu ‘Alaihi Wa Salam 3. DEPDIKNAS : Departemen Pendidikan Nasional

4. DEPDIKBUD : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 5. Mentri P&K : Mentri Pendidikan dan Kebudayaan 6. SKB : Surat Keputusan Bersama

7. R.I : Republik Indonesia 8. DEPAG : Departemen Agama 9. t.t : tanpa tahun

10.No. : Nomor

11.Kep. : Keputusan


(11)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

(Library Research)


(12)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra merupakan suatu karya yang mengandung nilai-nilai estetika yang dihasilkan oleh seorang sastrawan yang tidak hanya pintar tapi juga cerdas. Menurut Fenanie (2001 : 6) Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang didasarkan aspek kebahasaan maupun aspek makna.

Sedangkan Nursisto (2000: 1) memberikan pengertian lebih terperinci, yakni kata “kesusastraan” berasal dari kata “susastra” yang memperoleh konfiks “ke-an” dalam hal ini, konfiks “ke-an” mengandung makna tentang atau hal. Kata


(13)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

“susastra” terdiri atas kata dasar “sastra” yang berarti tulisan yang mendapat awalan kehormatan “su” yang berarti baik atau indah. Dengan demikian, secara etimologi kata “kesusastraan” berarti pembicaraan tentang berbagai tulisan yang indah bentuknya dan mulia isinya.

Sastra dalam bahasa Arab disebut dengan /al-adabu/. Mahmud

(1999: 10) memberikan pengertian sastra sebagai berikut:

/Al-adabu huwa in‘ik su al-hay ti f nafsi al-ad bi b al-ta’b ri al-jam li

min khil li siy gatin fanniyatin jam liyyatin tu`assiru f al-wijd ni wa

tus ru al-masy ‘ira al-ins niyyata al-mukhtalifata/ “Sastra adalah refleksi

kehidupan dalam diri sastrawan yang diungkapkannya dengan ungkapan yang indah dan menarik. Keindahan ungkapannya ditelusuri dari penggunaan kata yang indah dan berseni sehingga dapat mempengaruhi emosi dan mengguncangkan perasaan manusiawi yang beragam”.

Nursisto (2000: 3) mengatakan secara garis besar karya sastra terdiri dari tiga bentuk prosa, puisi, dan drama. Sedangkan dalam bahasa Arab prosa disebut /al-nasru/ (Munawwir, 1997: 724), puisi disebut dengan /al-syi’ru/


(14)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

(Munawwir, 1997: 1385) dan drama disebut dengan /al-masrahiyyatu/

(Bisri, 1999: 65).

Prosa dalam pengertian kesastraan disebut fiksi (fiction). Fiksi menurut Altenbernd dan Lewis (dalam Nurgiyanto, 1995 : 2) adalah prosa naratif yang bersifat imajiner, namun biasanya masuk akal dan mengandung kebenaran yang mendramatisasikan hubungan-hubungan antar manusia. Pengarang memaparkan hal tersebut berdasarkan pengalaman, pemahaman serta pengamatan tentang kehidupan.

Prosa dibagi ke dalam tiga periode, yaitu prosa lama (dongeng, legenda, mite, hikayat, tambo, dan fabel), prosa masa peralihan (biografi, otobiografi, dan riwayat perjalanan), dan prosa baru (roman, novel, cerpen dan prosa liris) (Nursisto, 2000: 3).

Yasin (1960: 17 ) mengatakan: “Novel adalah suatu karangan prosa yang menggambarkan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita;pen), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan urusan nasib mereka. Wujud novel adalah konsentrasi atau pemusatan kehidupan dalam suatu saat dalam satu krisis yang menentukan”. Mahmud (1999: 132) memberikan penjelasan yang lebih luas, yakni:


(15)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

.

/Al-qissatu hiya majm ‘atun min al-ahd si al-mutasy bikati yaq mu al

-q ssu awi al-r w biriw yatih wa hiya tata‘alaqu bisyakhsiy ti

ins niyyatin mutab yyinatin f tasarruf tih wa as l bi hay tih / “Novel adalah kumpulan beberapa peristiwa yang saling berkaitan yang ditulis oleh seorang pengarang. Dalam peristiwa-peristiwa tersebut terdapat beberapa tokoh cerita yang manusiawi, tapi secara jelas berbeda watak dan gaya hidupnya.”

Sebuah novel merupakan sebuah totalitas yang bersifat artistik. Sebagai sebuah totalitas novel mempunyai unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara erat. Jika novel dikatakan sebagai sebuah totalitas, misalnya unsur bahasa, merupakan salah satu bagian dari totalitas itu, salah satu unsur pembangun cerita itu. Bahasa inilah yang menyebabkan novel, juga sastra pada umumnya, menjadi berwujud.

Di dalam karya sastra terdapat unsur-unsur pembangun yang secara bersamaan membentuk sebuah totalitas karya sastra tersebut. Secara garis besar unsur-unsur pembangunnya dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik.


(16)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik yang dimaksud adalah: peristiwa, cerita, plot, penokohan tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain. Adapun unsur ekstrinsik adalah unsur- unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Walau demikian, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas bangun cerita yang dihasilkan (Nurgiyantoro, 1995: 23).

Telaah karya sastra dapat ditujukan kepada dua unsurnya. Telaah unsur instrinsik merupakan sebuah penilaian pada masing-masing unsur pembentuknya (unsur instrinsik) yang tercermin dalam strukturnya, seperti tema, karakter, plot, setting, dan bahasa merupakan satu kesatuan yang utuh (Fananie, 2001: 76).

Adapun telaah unsur ekstrinsik, yaitu telaah karya sastra dibantu dengan pendekatan dari luar karya sastra seperti: pendekatan psikologi, sosiologi, sejarah maupun budayanya, pendekatan ini sangat bermanfaat untuk melengkapi penelaahan unsur instrinsik sastra.

Sebagaimana tersebut di atas bahwa salah satu pendekatan dalam telaah unsur ekstrinsik adalah pendekatan sosiologi sastra. Menurut Wellek dan Warren (Kutha Ratna, 2003: 16) ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan sosiologi dengan sastra antara lain:

1. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan pengarang sebagai penulis. 2. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan dalam karya sastra itu sendiri. 3. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan pembaca.


(17)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Pada dasarnya sosiologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang kedua, yaitu: pembicaraan dalam kaitannya dengan unsur kemasyarakatan yang terkandung dalam karya sastra.

Penelitian tentang novel /M War `a Al-Nahri/

“Kesaksian SangPenyair” karya Taha Husain ini pernah dibahas sebelumnya oleh kakanda Widi Astuti (010704014), akan tetapi penelitiannya terfokus pada pembahasan mengenai analisis semiotik saja. Sedangkan dalam penelitian ini penulis membahas tentang analisis konflik sosial novel

/M War `a Al-Nahri/ melalui pendekatan sosiologi sastra. Dalam mengaplikasikan pendekatan ini, penulis mengambil unsur yang dominan dalam novel tersebut, yakni konflik sosial. Adapun dalam menganalisis novel ini penulis lebih cenderung mengambil konsep konflik sosial pendapat dari Burhan Nurgiyantoro dan G. Pruitt dalam pemahaman tentang objek yang diteliti.

Sebelum melangkah lebih jauh penulis akan menguraikan sekilas tentang novel yang akan penulis analisis, sebagai berikut; Novel /M War `a Al-Nahri/ karya Taha Husain (1977) terdiri dari 111 halaman dan 13

BAB. Adapun terjemahannya “Kesaksian Sang Penyair” (Siti Nurhayati, 2002) terdiri dari 120 halaman. Berikut penulis menguraikan biografi singkat pengarang yang terdapat dalam novelnya beserta sinopsis novel

/M War `a


(18)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Taha Husain dilahirkan di /Mag gatun/, Mesir Hulu, pada 1889.

Ia sudah hafal Qur’an pada umur 11 tahun, tetapi sejak umur 13 tahun matanya menjadi buta. Meskipun demikian, tanpa bisa melihat ia meneruskan pelajarannya di Kairo, kuliah di Universitas Al-Azhar, dan memperoleh gelar Philosophical Doctor dari Universitas Kairo. Ia melanjutkan pelajarannya di Universitas Sorbonne (Prancis) dan berhasil meraih gelar Philosophical Doctor tahun 1918. Ia menikah dengan gadis Prancis, kemudian kembali ke Mesir. Diantara karya-karya yang pernah ditulisnya adalah:

/bikra Ab Al-‘Ul `i/, /R hu Al-Tarbiyyah/,

/Qadah Al-Fikr/ (1925), /Al-Ayy mu/ (Otobiografi, 1929 dalam

bentuk novel), /Mustaqbalu Al- aq fah/(1939),

/Sa`utu Abi Al-‘Ul `i/ semuanya dalam bentuk essai. Sedangkan novel

yang pernah ditulisnya, yaitu /Al-Wa’du Al-Haqqu/. Dan jabatan

yang pernah dipegangnya, antara lain sebagai Rektor Universitas Iskandariyah, Menteri Pendidikan, Ketua Akademisi Bahasa Arab dll. (Husain, 1986).

Karya sastra lama yang digemari biasanya disalin berulang-ulang dalam bentuk naskah. Begitu juga yang terjadi dalam novel /M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair” yang menjadi objek penelitian


(19)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

penulis. Maka tidak salah jika disebutkan bahwa novel /M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang Penyair” termasuk salah satu karya sastranya

yang terkenal. Karena novel /M War `a Al-Nahri/ serta

terjemahannya “Kesaksian Sang Penyair” telah dua kali dicetak ulang. Novel ini menggambarkan kemuliaan dan harga diri sebuah keluarga. Percintaan antara sepasang kekasih (Naim dan Khadijah) yang berbeda status sosial sehingga mendapat pertentangan dari ayah si lelaki (Rauf). Namun, yang lebih menariknya penentangan si ayah bukanlah karena status sosial semata, tapi dalam kenyataannya sang ayah juga telah jatuh cinta pada gadis tersebut. Pada akhirnya Khadijah dibunuh oleh saudara laki-lakinya untuk mempertahankan kehormatan dan harga diri keluarganya. Semua kejadian ini berlangsung dihadapan penyair istana (Raqib). Sang penyair merupakan tempat curahan hati para penghuni istana.

1.2 Perumusan Masalah

Agar dapat memenuhi sasaran pokok pembahasan dalam penelitian sebuah karya ilmiah perlu adanya batasan masalah sehingga tidak keluar dari topik permasalahan yang akan dibahas. Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah:

1. Bentuk konflik sosial apa saja yang terkandung dalam novel


(20)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

2. Pendekatan apa saja yang digunakan oleh para tokoh dalam novel

/M War `a Al-Nahri/ dalam penanganan konflik?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang penulis lakukan adalah :

1. Untuk mengetahui bentuk konflik sosial apa yang terkandung dalam novel /M War `a Al-Nahri/ “kesaksian sang penyair”.

2. Untuk mengetahui pendekatan apa yang digunakan oleh para tokoh dalam novel /M War `a Al-Nahri/ dalam penanganan konflik.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain:

1. Untuk meningkatkan apresiasi mahasiswa pada karya-karya sastra Arab. 2. Untuk menarik perhatian pembaca dalam memahami konflik sosial dalam

karya sastra khususnya dalam novel /M War `a Al

-Nahri/.

3. Untuk menambah referensi kajian sastra bagi Jurusan Bahasa Arab.

1.5 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu menjelaskan dan memaparkan tentang hal yang diteliti dengan jelas dan


(21)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

dilakukan melalui penelitian kepustakaan (Library Research). Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah novel /M War `a Al-Nahri/

dan terjemahannya Kesaksian Sang Penyair.

Dalam pemindahan bahasa Arab-Latin penulis memakai pedoman penelitian transliterasi Arab-Latin yang diterbitkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan Menteri Agama yang tertuang dalam SK No.158 tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987 pada tanggal 22 Januari 1988.

Adapun tahap-tahap pengumpulan data sebagai berikut:

1. Membaca novel /M War `a Al-Nahri/ karangan Taha

Husain tahun 1977 secara menyeluruh.

2. Mengumpulkan data-data konflik sosial serta pendekatan penanganan konflik pada novel /M War `a Al-Nahri/.

3. Mengidentifikasi data, berupa konflik sosial serta pendekatan penanganan konflik pada novel /M War `a Al-Nahri/.

4. Mengklasifikasikan data berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro beserta G. Pruitt dan Jeffrey yang didukung oleh teori para ahli lainnya.

5. Mendeskripsikan data dan menyusun secara sistematis dalam bentuk skripsi.


(22)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Karya Sastra

Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan manusia. Sebagai bagian dari kebudayaan manusia sudah barang tentu sastra mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan. Melalui karya sastra dapat dilukiskan perjuangan manusia, penderitaan manusia, tentang kasih sayang, kebenciaan, dan sebagainya yang dialami oleh manusia.

Sastra pada prinsipnya adalah karya imajinatif sebagai refleksi dari realitas kehidupan manusia dalam lingkungan tertentu dan merupakan bentuk pengungkapan bahasa yang bersifat artistik (Jamaluddin, 2003: 32). Kemudian Zainuddin (1992: 99) menambahkan bahwa sastra itu dikarang menurut standar bahasa kesusastraan, maksudnya penggunaan kata-kata indah dan gaya bahasa cerita yang menarik.

Di dalam karya sastra terdapat unsur-unsur karya sastra yang begitu banyak, setiap unsur bahkan yang terkecilpun menentukan kebenaran nilai karya


(23)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

sastra itu. Oleh karena itu menelaah karya sastra perlu dibantu dengan pendekatan dari luar karya sastra seperti, pendekatan sosiologi, psikologi, dan sejarah maupun budayanya. Pendekatan ini sangatlah bermanfaat untuk melengkapi penelaah terhadap sebuah karya sastra.


(24)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

2.2. Sosiologi Sastra

Kajian yang membicarakan tentang hubungan sastra dan masyarakat adalah sosiologi sastra. Sosiologi sastra merupakan interdisipliner sosiologi dan studi sastra. Objek telaahnya bertumpu pada unsur ekstrinsik. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai persekutuan hidup, pranata/institusi sosial, hubungan antaranggota dan antarkelompok masyarakat, beserta tenaga/kekuatan yang menimbulkan perubahan masyarakat. Pada intinya mengkaji makhluk sosial dalam kehidupannya (http://www.pikiran-rakyat.com//).

Sosiologi sastra dianggap sebagai disiplin yang baru. Meskipun sastra dan sosiologi bukanlah dua bidang yang sama sekali berbeda kajian, malahan dapat dikatakan saling melengkapi. Karena keduanya menelaah tentang manusia dalam masyarakat (Damono, 1984: 8).

Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat. Sedangkan sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat: usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat (Damano, 1984: 6-7).

Seperti yang dikatakan di atas bahwa menurut Wellek dan Warren (Kutha Ratna, 2003: 16) ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memahami hubungan sosiologi dengan sastra antara lain:

1. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan pengarang sebagai penulis. 2. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan dalam karya sastra itu sendiri. 3. Memahami unsur-unsur kemasyarakatan pembaca.


(25)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Pada dasarnya sosiologi sastra memberikan perhatian pada masalah yang kedua, yaitu: pembicaraan dalam kaitannya dengan unsur kemasyarakatan yang terkandung dalam karya sastra.

Secara defenitif tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam kaitannya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan.

Teori-teori sosiologi yang dapat menopang analisis sosiologis adalah teori-teori yang dapat menjelaskan hakikat fakta-fakta sosial, karya sastra sebagai sistem komunikasi, khususnya dalam kaitannya dengan aspek-aspek ekstrinsik, seperti konflik sosial (Kutha Ratna, 2003: 18).

Penelitian sosiologi sastra memang memiliki landasan pijak yang kokoh karena baik sastra maupun sosiologi sama-sama membicarakan manusia dalam masyarakat. Namun perbedaan antara sosiologi dan sastra adalah: sosiologi merupakan ilmu objektif kategoris, membatasi diri pada apa yang terjadi dewasa ini, bukan apa yang seharusnya terjadi. Sebaliknya karya sastra evaluatif, subjektif, dan imajinatif.

Sehubungan dengan analisis terhadap novel /M War `a

Al-Nahri/, penulis mengambil unsur yang dominan dalam novel tesebut, yakni

konflik sosial. Untuk menganalisis konflik sosial dibutuhkan teori yang relevan dengan permasalahan yang dianalisis, yakni teori konflik.


(26)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

2. 3. Konflik

Menurut Webster istilah “conflict” di dalam bahasa aslinya berarti suatu “perkelahian, peperangan, perjuangan” – yaitu berupa konfrontasi fisik antara beberapa pihak (G. Pruitt dan Jeffrey, 2004: 9). Sedangkan menurut G. Pruitt dan Jeffrey (2004: 21) dikatakan bahwa konflik adalah persepsi mengenai perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest). Kepentingan adalah perasaan orang mengenai apa yang sesungguhnya ia inginkan. Hal senada juga diutarakan oleh Wijardo dkk. (2002: 18) konflik adalah suatu ledakan dari sengketa atau beberapa hal yang sama (baik benda maupun kedudukan). Miall dkk. (2000: 7-8) mengatakan bahwa konflik sebuah ekspresi heterogenitas kepentingan, nilai, dan keyakinan yang muncul sebagai formasi baru yang ditimbulkan oleh perubahan sosial yang muncul bertentangan dengan hambatan yang diwariskan.

G. Pruitt dan Jeffrey (2004: 27) mengatakan tiga determinan penyebab konflik, yaitu tingkat aspirasi suatu pihak, persepsi suatu pihak atas aspirasi pihak lain, dan tidak dapat ditemukannya alternatif yang bersifat integratif. Surbakti (1992: 109) menyatakan bahwa konflik terjadi karena dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok kepentingan. Masyarakat dipandang sebagai struktur sosial yang mencakup proses asosiatif dan disosiatif yang hanya dapat dibedakan secara analisis. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa konflik merupakan pencerminan pertentangan kepentingan dan naluri untuk bermusuhan.


(27)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Stanton mengatakan bahwa bentuk konflik, sebagai bentuk kejadian, dapat pula dibedakan ke dalam dua kategori, yakni konflik internal dan eksternal. Jones memberikan penjelasan akan dua kategori tersebut, yaitu konflik internal (batin) adalah konflik yang terjadi dalam hati, jiwa seorang tokoh cerita. Jadi ia merupakan konflik yang dialami manusia dengan dirinya sendiri ia lebih merupakan masalah intern seorang manusia. Sebaliknya eksternal adalah konflik yang terjadi antara seorang tokoh dengan sesuatu yang di luar dirinya, mungkin dengan lingkungan ataupun lingkungan manusia. Dengan demikian konflik eksternal dapat dibedakan ke dalam dua kategori yaitu konflik fisik (physical

conflict) dan konflik sosial (social conflict) (Nurgiyantoro, 1995: 124).

Menurut Nurgiyantoro (1995: 124) konflik fisik (konflik elemental) adalah konflik yang disebabkan adanya perbenturan antara tokoh dengan lingkungan alam. Sedangkan konflik sosial adalah konflik yang disebabkan oleh adanya kontak sosial antarmanusia, atau masalah-masalah yang muncul akibat adanya hubungan antarmanusia. Di antaranya adalah:

1. Perburuhan ( /Al-‘umm lu/)

Perburuhan yaitu usaha untuk mengeksploitasi manusia untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Para buruh ini adalah yang memiliki kekuasaan yang relatif sempit di tempat kerjanya. Di dalam hal ini tidak jarang terjadi suatu perbedaan persepsi akan kedudukan buruh dalam melaksanakan pekerjaannya. Sehingga seringkali terjadi pertentangan-pertentangan yang menimbulkan konflik, seperti jam kerja dan upah.


(28)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

2. Penindasan ( /Al-idtih du/)

Penindasan yaitu usaha menekan seseorang untuk mencapai aspirasi yang dimiliki pada orang tersebut. Hal ini jelas sekali akan menimbulkan konflik dikedua belah pihak. Dan akan terus mengalami eskalasi jika tidak menemukan pendekatan yang tepat untuk mengakhirinya.

3. Percekcokan ( /Al-tasy juru/)

Percekcokan yaitu perbedaan persepsi antara dua belah pihak baik perseorangan maupun kelompok, serta diiringi dengan memberikan prioritas yang tinggi terhadap kepentingannya sendiri dan kepedulian yang rendah terhadap kepentingan pihak lain. Hal ini bila menemukan pendekatan yang cepat tidak akan mencapai eskalasi yang tinggi.

4. Peperangan ( /Al-harbu/)

Peperangan yaitu perjuangan dengan cara kekerasan dan bersenjata dalam mencapai atau mempertahankan aspirasi yang dimiliki. Dalam hal ini, peperangan merupakan suatu bentuk konflik yang paling sulit untuk dilakukan pendekatan dalam menyelesaikannya.

Konflik sosial bisa juga diartikan sebagai perjuangan untuk mendapatkan nilai-nilai atau status, kekuasaan dan sumber daya langka. Tujuan kelompok-kelompok yang berkonflik tidak hanya mendapatkan nilai-nilai yang diinginkan tapi juga menetralkan, melukai atau mengurangi saingan-saingan mereka (Lewis A. Coser dalam L. Sills: 232). Konflik bisa terjadi di antara individu dan individu,


(29)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

antara individu dan organisasi atau kelompok, antara organisasi yang satu dengan organisasi yang lain, dan dalam komponen sebuah organisasi atau kelompok (Robert C. North dalam L. Sills, 1968: 226).

Dari uraian-uraian di atas tampak secara jelas bahwa konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, namun dapat diarahkan dan dinetralisir. Miall dkk (2000: 8-9) menyatakan pendekatan penangananan terhadap konflik sebagai berikut, yakni pertikaian, menghindari konflik, mengundurkan diri, dan yang terakhir adalah menyeimbangkan perhatian pada diri sendiri dengan pihak lain. Sedangkan G. Pruitt dan Jeffrey (2004: 4) membagi lima pendekatan dalam penanganan konflik, yakni sebagai berikut :

1. Contending {Bertanding ( /Al-mun fasatu/)}

Contending (bertanding) yaitu mencoba menerapkan solusi yang lebih

disukai oleh salah satu pihak atas pihak lain. Dengan kata lain, suatu pihak tersebut ingin menemukan solusi dengan mengorbankan pihak lain. Menurut G. Pruitt dan Jeffrey (2004: 98) pendekatan ini akan dipilih ketika kondisi-kondisi berikut ini terpenuhi, yaitu:

a. Suatu pihak peduli terhadap hasil sendiri, tetapi tidak peduli pada hasil orang lain;

b. Suatu pihak bersikap antagonistik terhadap pihak lain;

c. Aspirasi suatu pihak tinggi dan enggan untuk menurunkannya; d. Suatu pihak menganggap aspirasi pihak lain juga tinggi;


(30)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

e. Hanya ada sedikit potensi integratif yang dipercaya akan muncul, sehingga alternatif yang memuaskan kedua belah pihak juga tidak dapat dikembangkan;

f. Suatu pihak memiliki kapasitas untuk contending; dan

g. Perlawanan pihak lain untuk menurunkan aspirasinya dianggap tidak mungkin berkurang.

2. Yeilding {Mengalah ( /Al-tanazulu/)}

Yeilding (mengalah), yaitu bersedia untuk berdamai dan menerima haknya

kurang dari seharusnya, serta mengimplikasikan perhatian yang lebih terhadap kepentingan pihak lain daripada kepentingan diri sendiri. Pendekatan ini dilakukan oleh suatu pihak ketika ia tidak lagi yakin akan kemampuannya untuk mempertahankan aspirasinya. Sehingga dengan pendekatan ini ia dapat mengakhiri konflik dengan cepat dan tidak terlalu banyak membutuhkan pengorbanan.

3. Problem solving {Pemecahan masalah ( /Al-hillu/)}

Problem solving (pemecahan masalah), yaitu mencari alternatif yang

memuaskan aspirasi kedua belah pihak. Dalam hal ini sering kali masing-masing pihak dengan berat hati terpaksa menerima lawannya sebagai pasangan interdependennya, dengan siapa ia harus bersama-sama mencari jalan keluar bagi masalah mereka.


(31)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Pendekatan problem solving dilakukan suatu pihak karena pendekatan ini mengurangi kemungkinan terjadinya eskalasi yang tak terkendali. Hal ini disebabkan karena pendekatan ini tidak menjadi ancaman bagi pihak lain serta mendorong ditemukannya kompromi dan opsi-opsi integratif yang sesuai dengan kepentingan semua pihak.

4. With Drawing {Menarik Diri ( /Al-insihabu/)}

With Drawing (menarik diri), yaitu memilih meninggalkan situasi konflik.

Pendekatan ini kadangkala dilakukan oleh suatu pihak karena ia merasa penarikan diri memberikan dampak yang sama besarnya dengan kemenangan. Namun yang sering terjadi, penarikan diri dianggap mahal oleh kedua belah pihak sehingga tidak dianggap sebagai pilihan yang menarik oleh keduanya.

5. Inaction {diam ( /Al-sumtu/)}

Inaction (diam), tidak melakukan apapun. Dalam hal ini masing-masing

pihak yang berkonflik berpegang teguh dengan aspirasi yang mereka miliki, yang merupakan ciri khas kemandekan. Apabila keadaan ini berlangsung lama maka kedua belah pihak akan melakukan pengorbanan yang cukup besar untuk terus tetap bertahan.


(32)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Biografi Pengarang

Novel /M War `a Al-Nahri/ adalah sebuah karya sastra

seorang sastrawan besar Mesir. Beliau adalah Taha Husain yang dilahirkan di /Mag gatun/, Mesir Hulu, pada 1889. Ia sudah hafal Qur’an pada umur

11 tahun, tetapi sejak umur 13 tahun matanya menjadi buta. Meskipun demikian, tanpa bisa melihat ia meneruskan pelajarannya di Kairo, kuliah di Universitas Al-Azhar, dan memperoleh gelar Philosophical Doctor dari Universitas Kairo. Ia melanjutkan palajarannya di Universitas Sorbonne (Prancis) dan berhasil meraih gelar Philosophical Doctor tahun 1918. Ia menikah dengan gadis Prancis, kemudian kembali ke Mesir. Diantara karya-karya yang pernah ditulisnya adalah:


(33)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Qadah Al-Fikr/ (1925), /Al-Ayy mu/ (Otobiografi, 1929 dalam bentuk

novel), /Mustaqbalu Al- aq fah/(1939), /Al-Wa’du

Al-Haqqu/, /Sautu Abi Al-‘Ul `i/. Dan jabatan yang pernah

dipegangnya, antara lain sebagai Rektor Universitas Iskandariyah, Menteri Pendidikan, Ketua Akademisi Bahasa Arab dll. (Taha Husain, 1986).

Sebagai ahli fikir yang merdeka ia mempunyai aliran dalam bidang sastra dan bahasa Arab, seorang kritikus dan penulis cerita, “Al-Ma‘ari abad 20”, dan menjadi kebanggaan rakyat Mesir dan dunia Arab, rupa-rupanya keasliannya dalam bidang sastra dan filsafat bukan hanya diakui kalangan ilmuan Mesir saja, tetapi juga di Barat, karena selain mendapat gelar kehormatan ilmiah dari Mesir sendiri ia juga mendapat gelar kehormatan dari Lyon, Oxford, Madrid, Montpellier dan Athena (Ali, 1973: 8).

Taha Husain bukan hanya seorang kritikus yang disegani tetapi juga seorang sejarawan Islam terkenal yang menyaksikan dua perang dunia, ia juga menjadi saksi kehancuran dinasti Islam Ottoman di Turki dengan bangkitnya gerakan kebangsaan pimpinan Kemal Pasha Attaturk. Kemal membuat perjanjian dengan Rusia, mengusir tentara Yunani, merebut Smyrna dan menurunkan sultan dari tahta. Turki dinyatakan sebagai republik pada tahun 1923. Attaturk menjadi presiden dan berlaku seperti diktator sungguh-sungguh, melaksanakan perombakan seluruh kebudayaan dan mengarahkan ke dunia Barat, islam berhenti


(34)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

menjadi agama negara dan huruf-huruf Arab diganti dengan huruf latin (Shadily, 1973: 1365).

Dari peristiwa-peristiwa politik di atas, penulis berkeyakinan bahwa hal tersebut sangat membekas dalam fikiran Taha Husain, sebagaimana Teeuw (1981: 11) mengatakan: “Sebuah karya sastra tidak terlepas dari pengarang yang menulisnya. Pengarang tidak terlepas dari faham-faham, fikiran-fikiran, atau pandangan dunia pada zamannya, juga tidak terlepas dari zaman atau kondisi sosial budayanya, semuanya tercermin dalam karyanya.

3.1.1. Sinopsis Novel /M War `a Al-Nahri/ “Kesaksian Sang

Penyair”

Pengarang mengawali cerita sebagai berikut: “Cerita ini terjadi di Spanyol. Di atas kaki bukit yang indah dan luas. Kaki bukit itu dikelilingi pepohonan rindang dan bunga-bunga indah yang menyebarkan keharumannya ke seluruh penjuru bukit tersebut. Di tengah-tengah pepohonan dan bunga-bunga indah itu berdiri sebuah istana megah dan mewah. Di dekat istana megah dan mewah tersebut mengalir sebuah sungai yang airnya senantiasa jernih, sebening embun. Seolah-olah sungai itu datang hanya untuk memberi kehidupan pada pepohonan dan bunga-bunga indah di halaman istana agar tetap segar dan subur.

Kehidupan di dalam istana itu penuh dengan gemilang kemewahan, kesenangan dan kegembiraan. Para penghuni istana adalah para Tuan tanah yang berpendidikan tinggi. Namun memiliki hati yang kecil, sehingga selalu berbuat semena-mena kepada para penduduk desa.


(35)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Tak jauh dari sana, di dasar bukit, di atas tanah datar dekat tepian sungai, terdapat sebuah desa. Berbeda dengan kehidupan di dalam istana, penduduk desa itu hidup dalam kemiskinan. Mereka tinggal dalam lingkungan kumuh dan rumah-rumah petak yang sempit, beralaskan tanah.

Sebagai pembatas antara istana dan desa adalah sebuah sungai yang menyimpan banyak misteri. Pertama, tepian sungai di bagian Utara, tempat berdiri istana megah, yang penghuninya berpendidikan tinggi dan tak percaya takhayul. Kedua, di bagian Selatan, tempat desa miskin yang tandus dan gersang. Penduduk desa itu terdiri dari orang-orang lugu, yang keluguannya mirip dengan kuala dan muara sungai. Penduduk desa percaya, siapa yang menyeberangi sungai itu pasti tidak akan bisa kembali lagi, hilang bagai ditelan bumi. Yang mengetahui misteri sungai tersebut adalah seorang penyair yang tinggal di istana. Ia sering bercerita dengan sungai tersebut melalui syair-syairnya.

Istana yang megah itu dihuni oleh tuan Rauf dan istrinya, Naim (anak tunggal Rauf), Ragib (sang penyair yang merupakan sahabat Rauf) serta para pegawai dan pembantu istana. Sang penyair merupakan satu-satunya orang dari seluruh penghuni istana yang bekomunikasi dan berkumpul dengan penduduk desa. Sang penyair juga menjadi tempat bagi Naim dan ayahnya bercerita dan mencurahkan isi hati mereka.

Konflik diawali ketika Naim mencintai Khadijah, seorang gadis dari keluarga miskin. Khadijah anak dari Mahmud Al-Iskafi yang bekerja sebagai


(36)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

tukang sol. Hubungan mereka tentu saja ditentang keras oleh ayah Naim. Tuan Rauf menginginkan Naim menikah dengan keluarga kaya dan terpandang.

Penolakan ayahnya tidaklah menyurutkan niat Naim untuk memperistri Khadijah. Ia menggambarkan semua masalah yang dihadapi kepada penyair. Naim memutuskan untuk pergi dari istana dan tinggal di ibukota dengan Khadijah, gadis pujaannya. Ia meminta penyair memberitahukan hal itu kepada ayahnya. Dan penyair pun menyanggupinya. Ketika hal itu diberitahukan kepada Rauf, semakin bertambahlah kemarahannya. Anak semata wayangnya sendiri telah berani menentangnya. Rauf khawatir dengan kejadian itu, penduduk desa akan memberontak untuk meminta hak-hak mereka.

Namun sayang, di dalam pelarian Naim dan khadijah, Khadijah telah dibunuh oleh kakaknya sendiri karena sang kakak ingin mempertahankan kehormatan dan harga diri keluarganya. Sang kakak tidak ingin harga diri mereka sebagai orang miskin diinjak-injak dan dianggap menjual diri demi mendapat harta yang berlimpah.

Setelah kejadian itu, Naim pergi mengembara ke negeri yang dikehendakinya. Bertahun-tahun ia menghilang, perjalanan itu telah membuatnya tenang dan mantap.

Sementara di dalam istana, Rauf terus memikirkan anaknya. Hanya sang penyairlah satu-satunya sahabat tempat ia berbagi suka dan duka. Pada suatu malam, Rauf menceritakan kepada penyair rahasia besar yang selama ini disimpannya tanpa seorang pun mengetahuinya. Rahasia besar itu adalah bahwa


(37)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

dia tidak merestui hubungan Naim dengan Khadijah bukanlah karena status sosial semata, melainkan karena ia telah jatuh cinta kepada gadis itu.

Demikianlah sang penyair telah menyaksikan berbagai kejadian, baik di dalam istana maupun di luar istana tanpa dapat berbuat apa-apa. Ia hanya dapat mencatat kejadian itu dalam buku hariannya sambil memandang ke arah sungai atau duduk di tepian sungai. Dengan cara seperti itulah ia menemukan ketenangan.

3.3. Bentuk konflik

3.3.1. Konflik Perburuhan ( /Al-‘umm lu/)

Bab II halaman 32

.

/Liannahum yazhab na ill il haisu ya’mal na, wa l yaji` na ill il

haisu yan m na/ … Mereka pergi hanya untuk bekerja di ladang tuannya dan tidak akan pulang kecuali menjelang waktu tidur. (14)

Pada kutipan teks di atas pengarang menggambarkan tentang perburuhan yang dilakukan penghuni istana. Para penghuni istana selalu berusaha meredam


(38)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

aspirasi para penduduk desa dengan memanfaatkan keluguan dan kebodohan mereka.

Para penduduk desa yang miskin, disibukkan dengan bekerja di kebun-kebun mereka sepanjang hari. Sehingga mereka tidak sempat memikirkan masa depan mereka. Bahkan mereka makan hanya dari apa yang diberikan oleh para penghuni istana, dan tidak pernah memakan apa yang mereka kehendaki sendiri. Sehingga mereka tidak pernah mengenal makanan lezat.

Pada kutipan lainnya Bab II halaman 33

/Hum ahr run k al-‘ab di, wa ‘ab dun k al-ahr ri lais r d na wa l

s khat na li`annahum l ya’rif na al-rid wa l al-sakhta/ Mereka orang

merdeka tapi seperti budak sahaya. Demikian pula sebaliknya, mereka budak sahaya tapi seperti orang merdeka, mereka tak pernah merasakan bagaimana nikmat dan bahagianya menjadi orang kaya. (15)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan bagaimana keberadaan para penduduk desa yang sangat lugu dan tidak mengetahui apa-apa. Sehingga para penduduk desa selalu dimanfaatkan oleh penghuni istana untuk mempermudah segala urusan mereka. Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan keadaan penduduk desa yang malang itu. Mereka adalah orang-orang merdeka yang tidak memiliki kebebasan. Mereka hanya bisa bekerja dan


(39)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

bekerja untuk Tuannya. Dan jelaslah sudah bahwa dengan keadaan demikian tidak akan mungkin para penduduk desa tersebut untuk merasakan kenikmatan dan kebahagian menjadi orang kaya.

Pada kutipan lainnya Bab VII halaman 65

/Wa innam taq mu f asfalih qaryatun b `isatun wa dai‘atun ya‘ syu

f h qaumun b `is na muttadi‘ na/ Keberadaan desa dan penghuninya yang miskin itu hanya untuk memberikan kekayaan dan kesempurnaan hidup pada penghuni istana. (58)

Pada kutipan teks di atas, pengarang lebih memperjelas bagaimana keberadaan para penduduk desa miskin yang selalu dimanfaatkan oleh penghuni istana untuk memperkaya dan menyenangkan hidup diri mereka.

3.3.2. Konflik Penindasan ( /Al-idtih du/)


(40)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Wa yajibu an na’tarifa bi`anna ha`ul `i al-s data qass ta al-qul bi

gil zu al-akb di, yu`assir na anfusahum bikulli syai`in, wa l yanzil na ligairihim ‘an syai`in/ Dan, para pemilik ladang itu adalah sosok majikan

yang egois, kejam, suka bertindak semena-mena dan sesuka hati tanpa pernah memperdulikan perasaan orang lain.(15)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan sipat-sipat para penghuni istana yang menguasai tanah garapan para penduduk desa. Kelakuan pemilik ladang (penghuni istana) yang egois, kejam, suka bertindak semena-mena dan sesuka hati. Disebabkan mereka menguasai sumber daya yang kaya yang dihuni oleh para penduduk desa yang lebih lemah dari mereka. Sehingga mereka mengeksploitasi para penduduk desa secara berlebihan tanpa rasa takut dan bersalah.


(41)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Innakum tastazill nahum wa tasygul nahum, wa tadtar nahum il al

-bu`si wa tafarrad na ‘alaihim al-hirm na, takalluf nahum m

takallif nahum min dar bi al-juhdi wa al-‘in `i, hatt iz at juhdahum

samrahu wa intah ‘in `uhum il nat jihi, akhaztum khaira m tasmiru al-ardi ‘al aidihim fa`irtum bihi anfusukum min d nihim wa istamta’tum bina‘ mihi/ Coba renungkan, bukankah selama ini kalian telah merepotkan mereka. Memaksa dan mendorong mereka pada kehinaan, kesengsaraan dan kemiskinan. Kalian paksa mereka bekerja di ladang dari pagi hingga menjelang petang. Namun jika tiba masa memetik hasil panen dari kerja keras selama ini, kalian tak memberikan sedikitpun pada mereka. Kalian habiskan semua. Kalian rampas semua hasil jerih payah mereka. Kalian rebut hak-hak mereka. Mereka tak pernah bisa menikmati hasil jerih payahnya.(46)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan secara panjang lebar penindasan yang dilakukan para penghuni istana kepada para penduduk desa. Namun yang menarik pada kutipan teks di atas adalah yang mengungkapkan semua kesalahan dan penindasan yang dilakukan penduduk istana adalah keluarga istana itu sendiri, yaitu Naim. Naim adalah anak pemilik istana yang suka berkelana kemana-mana dan sering mengawasi para pekerja di perkebunan mereka.


(42)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Taqbal na ‘al haz musabbah na, wa taqbal na ‘al haz mumass na, wa tan‘imuna bisamrati haz baina al-sab hi wa al-mas `i/ Kalian peras tenaga mereka dari pagi hingga sore. Kalian menikmati hasilnya setiap pagi dan sore, tanpa merasa telah menginjak-injak hak mereka.(47)

Lebih luas lagi, Naim menjelaskan bahwa para penghuni istana merupakan orang-orang yang tidak memiliki hati dan perasaan. Karena para penghuni istana selalu menyusahkan dan menindas para penduduk desa yang telah memberikan kekayaan yang berlimpah ruah dari tenaga dan kerja keras mereka.

Pada kutipan lainnya Bab III halaman 54

(48)

/Z ka anna al-sy kha yans na al-syubb ba, au qul innahum yastabiq na al-syubb ba li`anfushim/ “Masalah dimana para orang tua telah menekan

anak-anak untuk kesenangan mereka atau katakanlah di mana orang tua telah menekan anak-anak untuk kepentingan pribadi mereka. (36)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan penindasan Tuan Rauf kepada Naim anak semata wayangnya. Naim merasa terkungkung dengan peraturan-peraturan ayahnya yang tidak sedikit pun tidak lagi memberi kebebasan


(43)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

padanya. Bahkan Naim merasa bahwa dirinya tidak mempunyai pilihan untuk melakukan apapun selain dari mematuhi perintah ayahnya.

3.3.3. Konflik Percekcokan ( /Al-tasy juru/)

Bab III halaman 56

/Wa lau qad haddastuhu biann ur du an attakhaza hazihi al-fat tu l

zaujan lajunna jun nahu wa dalla dal lahu/ “Aku pernah bicara padanya

tentang keinginanku untuk memperistri gadis pujaanku. Dengan segenap keberanian aku mengutarakannya. Namun ayah marah besar dan mengusirku.” (49)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang perbedaan aspirasi antara Naim dan Tuan Rauf yang membawa kedua tokoh tersebut kedalam konflik percekcokan karena sama-sama memperjuangkan aspirasi mereka.


(44)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Abu yalh m wajadu il al-lahwi sab lan, wa amma tsyaqq m istat ‘at al-mar`atu an tahtamila al-syaq `a, khus matun wa ‘ab sun h na yaltaq al-zauj ni, wa waf qun wa ibtas mun h na yazhar ni linn si/ Ayahnya berfoya-foya tak karuan, dan sang ibu menderita dengan penderitaan yang tak mampu ditanggung oleh wanita manapun, suami istri itu saling menentang dan bermuka musam bila bertemu, tapi tampak tegar serta tersenyum ketika berhadapan dengan orang lain. (97)

Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan konflik percekcokan yang dihadapi Tuan Rauf dengan istrinya. Karena Tuan Rauf selalu menyalahkan istrinya atas semua sifat buruk anaknya yang tidak bisa diatur. Tapi istrinya menganggap apa yang dilakukannya adalah sudah sesuai dengan apa yang dilakukan seorang ibu kepada anaknya. Dan menurutnya mendidik seorang anak bukanlah sepenuhnya tanggungjawab seorang istri semata.

3.3.4. Konflik Peperangan ( /Al-harbu/)


(45)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Q la ra` fu: na‘am m tat khad jata, qatalaha akh h intaq man lisyarafihi f m yazharu/ Rauf berkata: “Ya, khadijah telah mati. Kakak Khadijah telah membunuh gadis itu demi kemuliaan dan kehormatannya. (104)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang pembunuhan yang dilakukan Ahmad (kakak Khadijah) demi mempertahankan kemuliaan dan kehormatannya. Ia ingin menunjukkan bahwa meskipun mereka orang miskin, namun mereka masih memiliki harga diri yang tidak bisa dibeli dan dijual oleh siapapun.

3.4. Pendekatan Penangananan Konflik

Dalam menghadapi suatu konflik seorang tokoh akan berusaha menerapkan beberapa pendekatan untuk menyelesaikan konflik yang dihadapinya tersebut. Berikut beberapa pendekatan penanganan konflik yang terdapat dalam novel /M War `a Al-Nahri/ sesuai dengan teori G. Pruitt dan

Jeffrey yang didukung oleh teori para ahli:

3.4.1. Contending {Bertanding ( /Mun fasatun/)}


(46)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Summa haddisn aw siqun anta bi`annakum l tastahill na li`anfusikum h na tasnahu lakum al-furasa m tuharrim na ‘al gairikum? Awasiqun anta bianna ab innam yaskhatu ‘al ‘ibratin ‘al al-haqqi wa qadban

lilhurm ti wa ri ‘ yati lilkhuluqi wa al-d ni?/ “Katakan padaku, apakah

engkau yakin jika pada suatu saat ada seseorang yang menginjak-injak harga diri, kalian akan berdiam diri saja seperti penduduk desa itu? Apakah engkau yakin kemarahan ayahku karena aku telah melakukan kesalahan melanggar norma dan agama?”

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang Naim yang sedang menyampaikan ketidak setujuan dan penentangannya mengenai perilaku penghuni istana yang selalu merendahkan maratabat dan harga diri penduduk desa kepada penyair. Ia juga mengeluhkan perlakuan ayahnya yang selalu mengekangnya bergaul dengan orang-orang. Bahkan ayahnya selalu memilih-milih orang yang sesuai untuk bergaul dengannya.


(47)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Wa akhta`n al-tauf qa falam yutih l an akhaf ‘alaihi kulla syai`in, wa

m k da yatharu ‘al ba’di m fa‘altu hatt s rat s `iratuhu, fa`ankara wa sakhata, wa agraqa f al-ink ri wa al-sukhti, summa irtaq il al

-wa‘ di wa annaz ri/ “Ayah masih saja menyalahkanku. Ia sama sekali tak

memberikan kebebasan padaku. Semua sikap dan kelakuanku diawasi, hingga akhirnya aku berontak karena merasa muak pada semua aturan yang ditentukan. Mengetahui hal ini, ayah marah besar dan mengecamku sebagai anak kurang ajar, lalu ia mengusirku.”

Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan tentang Naim yang sedang dalam pemberontakan atas perilaku ayahnya padanya. Namun, pada teks di atas juga didapati penyelesaian konflik secara contending oleh Tuan Rauf . Ia menggunakan cara yang sama untuk mengakhiri konflik yang dihadapinya. Dengan mengancam akan mengusir sang anak (Naim) dari istananya jika sang anak masih juga tidak mematuhi perintah-perintahnya. Tuan Rauf yakin hal ini akan menyurutkan hati anaknya dan berhenti untuk melawan dan memberontak padanya.


(48)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Pada kutipan lainnya Bab XII halaman 107 (107)

/Wa qata‘a ‘al na‘ mi tar qi al-tamradi wa al-‘asay ni/ “Naim telah mengambil jalan pintas dengan pemberontakan terhadap tatanan dan nilai-nilai yang berlaku di lingkungan istana.” (107)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang eskalasi dari konflik yang dihadapi oleh anak dan ayah tersebut. Naim membentuk cara pandang yang berbeda dengan cara padang ayahnya yang menguasai istana. Ia menganggap bahwa dirinya tidak ada melakukan dosa dan kedurhakaan pada siapapun. Sehingga aspirasi yang dimilikinya ingin diwujudkannya dengan cara apapun juga. Dan akhirnya ia yakin bahwa jalan satu-satunya adalah pendekatan

contending, yakni dengan pemberontakan.

Pada kutipan lainnya Bab XII halaman 108

/Haz nafaita abnaka mina al-ardi/ “Karena itu engkau menyingkirkan

puteramu dari dunia ini?” (114)

Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan tentang eskalasi dari konflik yang dihadapi oleh anak dan ayah tersebut. Sang ayah (Tuan Rauf) tidak mau dilecehkan oleh anaknya sendiri dan aturan serta nilai-nilai yang ada di istana harus tetap dijalankan oleh siapapun yang berada di dalammya. Sehingga ia


(49)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

mengusir Naim dari istana untuk menjaga tatanan dan nilai-nilai yang ada di istananya itu.

Pada kutipan lainnya Bab XII halaman 100

/Laqad tagaiyarat al-duny wa fasada al-n sa, wa habat ‘al ha`ul `I

al-b `is na min ahli al-qaryati wa ams lihim r ha l adr min aina j `athum, wa lakinnah hamalat ilaihim syarran ‘az man: ‘allamathum anna lahum syarafan,

wa annahum yastat ‘ na an yagdab lihaz al-syarifi, wa an yasfak f sab lihi al-dama, wa yata ‘arrad f sab lihi lilmauti./ Dunia telah berubah dan manusia telah rusak. Penduduk desa yang miskin dan pemimpin-pemimpin mereka telah menghembuskan angin yang tak kuketahui dari mana datangnya. Tetapi ia membawa keburukan yang besar pada mereka. hal itu menunjukkan, mereka mempunyai kemuliaan dan dapat berontak serta menumpahkan darah untuk meraih kemuliaan ini. Mereka dapat mengepakkan sayap maut untuk mencapainya. (104)


(50)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan tentang eskalasi dari konflik yang dihadapi oleh Tuan Rauf dengan penduduk desa yang miskin. Para penduduk desa merasa seperti mendapat angin segar dari Naim yang memberontak kepada ayahnya karena merasa tertindas oleh peraturan-peraturan istana yang tidak masuk akal lagi baginya.

Para penduduk desa mengambil kesempatan dengan bergabung bersama Naim memberontak kepada Tuan Rauf. Para penduduk desa dan Naim memiliki aspirasi yang sama, yaitu ingin mendapat kebebasan sehingga terlepas dari ketertindasan yang selama ini mereka rasakan. Meskipun bentuk ketertindasan yang mereka rasakan berbeda, tapi mereka memiliki aspirasi yang sama, yaitu kebebasan menentukan masa depan mereka.

Sehingga terbentuklah sebuah kelompok pejuang (Struggle Group) yang berusaha mencapai aspirasi yang mereka miliki, meskipun harus mengorbankan darah dan menuju maut. Karena aspirasi tersebut sudah berubah menjadi norma kelompak, dan kepemilikan aspirasi tersebut menjadi manifestasi kesetiaan terhadap kelompok.

Pada kutipan lainnya Bab III halaman 92


(51)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Wa huwa lam yuz‘in qattun limu‘allimin au ust zin, wa innam az‘ana

lahu d `iman as tizatahu wa mu‘allimuhu/ Dia tidak tunduk saja pada seorang guru, malah guru-guru selalu patuh padanya. (93)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang kekerasan dan penentangan Tuan Rauf pada guru-gurunya di masa mudanya. Perlakuannya tersebut merupakan sebuah pendekatan penanganan konflik yang dihadapinya ketika masih seusia dengan anaknya saat ini. Ia juga mengalami hal yang hampir sama dengan apa yang dialami oleh anaknya (Naim). orangtuanya selalu mengekangnya dan memaksanya untuk selalu patuh pada mereka. Sehingga ia menjadi seorang penentang yang selalu memperlakukan orang di bawah kehendaknya dan menghentikan aspirasi orang lain terhadap dirinya.

3.4.2. Yeilding {Mengalah ( /Al-tanazulu/)}

Bab III halaman 33

/Wa qad anna lilhaw disi an tahaddasa wa lilqissati an ta`khaza tar qah


(52)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

tak pernah bisa lari dan mengelak dari keadaan malang ini. Seolah-olah sudah menjadi takdir mereka sebagai rakyat kecil.” (15)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan mengenai kepasrahan diri penduduk desa. Mereka hanya dapat berpangku tangan menghadapi bentuk kesemena-menaan, perburuhan, dan penindasan para penghuni istana. Mereka lebih memilih pendekatan yeilding untuk menangani konflik yang mereka hadapi. Pemilihan pendekatan ini tidak lain karena mereka merasa sangat lemah dan perlawanan hanya membawa dampak yang lebih buruk bagi diri dan keluarga mereka.

Pada kutipan lainnya Bab IV halaman 42

/Wa m aksaru m k na al-nahru yaqra`u ‘alaihi anb `a al-sam `i

tahmiluh asy‘atu nuj mi au dau`i al-qamari au n ru al-syamsi! Bal m aksaru

m k na al-sy ‘iru yastahibbu hazihi al-najw al-lat tak nu baina amw jin al-nahri mutahddisatun bi`anb `i al-syarqi zalika al-laz lam yasil ilaihi ahadun,


(53)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

itupun pasrah dengan keterbatasan dirinya. Ia sadar bahwa dirinya hanya bisa menyimak khabar yang dibawa langit melalui sinar bintang, bulan dan matahari. Ia sangat menyukai bisikan-bisikan angin ini, karena dengan bisikan itu ia bisa mengetahui khabar bagian Barat dan Timur sungai yang tak pernah terjamah oleh siapapun. (28)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan mengenai kepasrahan diri penyair yang tidak bisa melakukan apa-apa selain menyimak khabar-khabar dari sungai yang dibawakannya melalui sinar bintang, bulan, dan matahari. Meski sang penyair ingin mencapai cita-cita penduduk desa yang tidak tercapai dan kemampuan penduduk desa yang tidak sampai pada waktu yang panjang. Seperti mencapai keinginan mereka untuk hidup dan kerinduan mereka pada orang yang telah tiada. Begitu juga, dia ingin mencapai sesuatu yang timbul di hati mereka dari kekuatan kecil ini yang telah melemahkannya menetapkan sesuatu. Dan pada akhirnya penyair memilih pendekatan yeilding untuk mengatasi konflik yang dihadapinya itu. Karena, ia tidak dapat mengubah sesuatu yang sudah ditakdirkan dan tidak ingin melepaskan komunikasinya dengan sungai yang telah lama terjalin antara mereka.

3.4.3. Problem Solving { Pemecahan Masalah ( /Al-hillu/)}


(54)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

(40)

/Fa`iz fa‘al anba`ahum bihazihi al-ahd si al-jass mi al-lat yuhaddisuh ibnuhu al-t `isyu al-maft nu, wa mad f ah d si l akhira

lah , yajidu f zalika tasriyati ‘an nafsihi, wa yajid na f hi iml lan

linafsihim./ “Si penyair yakin ia diminta datang menemui Tuan Rauf untuk

menjadi penengah bagi permasalahan dengan anak itu. Ini bukan pertama kali ia diminta mencarikan jalan keluar bagi permasalahan itu. Sudah beberapa kali tuan Rauf mengeluh dan meminta bantuan untuk mencari jalan keluarnya.” (27)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan mengenai keputus asaan Tuan Rauf mengenai konflik yang dihadapinya. Sehingga ia menggunakan pendekatan problem solving untuk mengakhiri konflik tersebut. Ia juga berharap dengan pendekatan problem solving yang menggunakan jasa orang ketiga, yaitu Ragib seorang penyair istana dapat menyelesaikan masalahnya dengan anaknya tanpa saling merugikan.

3.4.4. With Drawing {Menarik Diri ( /Al-insih bu/)}


(55)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

/Wa k na mina al-yas ri an us fira fa`ut la al-g bata fa`ans an wa tans hiya/ Sesungguhnya mudah sekali memecahkan masalah ini, aku pergi ke

hutan saja agar bisa melupakan gadis pujaanku itu.(52)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan mengenai eskalasi konflik yang di hadapi oleh Naim dengan ayahnya. Ia tidak lagi ingin berkorban lebih banyak lagi dengan tetap mempertahankan diri di istana dan membiarkan aspirasinya padam begitu saja. Sehingga ia memilih pendekatan konflik with

drawing untuk menyelesaikan masalahnya. Dengan begitu ia mengorbankan

kemudahan dan kenikmatan hidup di istana untuk mendapatkan gadis pujaannya, yaitu Khadijah seorang gadis dari penduduk miskin.

Pada kutipan lainnya Bab X halaman 83

.

/Wa an min ajli zalika uhibbu al-kizba h na yat hu l isyr qun nafsihi wa wajhihi wa akrahu al-sidqa h na yu’ridun ligadabihi ‘alaiya au izwir rihi

‘ann/ … Aku lebih senang berbohong untuk menyenangkan hatinya, dari pada harus jujur tapi membuat ia marah … (85)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan mengenai konflik yang sedang dihadapi oleh si penyair. Ia tidak ingin melakukan sebuah kesalahan dengan membantah apapun yang dikatakan dan di perintahkan oleh Tuan Rauf.


(56)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Karena ia tidak ingin lagi kembali kepada kehidupan seperti yang dulu pernah dirasakannya. Hidup sebagai penyair miskin yang hidup dalam gubuk reyot dan jarang sekali menyantap makanan dan minuman lezat seperti kehidupan yang dirasakannya saat ini. Dengan begitu ia memilih pendekatan with drawing dalam menghadapi konflik yang sedang dihadapinya. Karena hanya dengan bermanis-manis muka sajalah ia dapat tetap hidup di istana Tuan Rauf yang megah dan indah itu.

Pada kutipan lainnya Bab X halaman 83

/Wa an ya’rifa m ya’rifu, wa yunkara m yunkaru, l ya‘ nuhu an yak na

saidahu mukhti`an au musaiyiban, wa l ya‘ nuhu an yak na saidahu

s diqan au k ziban, wa innam ya‘ nuhu an yaq la na‘am h na yur du ‘al qaulih , wa an yaq la l h na yur du ‘al qaulihi l / Mereka tahu apa yang ia tahu, mengingkari apa yang diingkarinya, dan tak mengerti apa yang menjadikan majikannya jujur atau berbohong. Para pelayan hanya bermaksud mengatakan “ya” ketika majikannya menghendaki hal itu dan mengatakan “tidak” ketika menghendaki “tidak”. (116)


(57)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan mengenai konflik yang sedang dihadapi oleh para pelayan istana yang malang. Mereka seperti menjadi tumbal atas konflik yang dihadapi oleh Tuan Rauf. Dan seperti halnya sang penyair yang selalu bermanis-manis muka dengan Tuan Rauf begitu jugalah yang dilakukan para pelayan istana. Mereka tidak ingin membantah apa yang dikatakan dan diperintahkan oleh Tuan Rauf. Mereka juga tidak mau tahu apakah yang dikatakan Tuan Rauf itu benar atau salah. Para pelayan istana itu harus selalu menurutinya seperti kerbau yang ditusuk hidungnya mereka selalu setia untuk tetap dapat hidup dalam istana dan menghindari kemarahan dan kemurkaan Tuan Rauf.

3.4.5. Inaction {Diam ( /Al-sumtu/)}

Bab VI halaman 51

/Wajama al-sy ‘iru h na waqa‘at hazihi al-kalimata f nafsihi, kam wajama al-fat h na jar bihazihi al-kalimata lis nuhu, wa agraqa

al-rijal ni f samti ‘am qin ka` bin taw lin/ Ragib tertunduk sedih ketika mendengar perkataan-perkataan Naim itu, sama seperti kesedihan Naim


(58)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

ketika mengutarakan semua persoalannya. Akhirnya kedua lelaki itu tenggelam dalam diam berkepanjangan. (41)

Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan mengenai konflik yang sedang dihadapi oleh si penyair. Ketika Naim dan penyair sedang membicarakan permasalahan yang sedang dihadapi oleh Naim dengan ayahnya, pembicaraan mereka ternyata semakin meruncing dan menenggelamkan mereka dalam percekcokan. Pembicaraan yang mulanya hanya seputar masalah ketertindasan yang dialami oleh Naim meruncing kepada permasalahan ketertindasan yang dialami oleh para penduduk desa. Sehingga Naim dan penyair memilih diam (inaction) untuk menghadapi konflik yang mereka hadapi tersebut.

Pada kutipan lainnya Bab VI halaman 41

.

/Wa al-sy ‘iru b al-tabi‘i asyaddu al-n si ta‘arradan lihaz al-saili

al-j rifu mina al-ah d si ‘an hafuw ti al-fat wa nazw tihi wa ahd sihi

al-lat yahdusuh hun wa hun ka/ “Si penyair menjadi jenuh juga. Akhirnya

ia selalu diam, tidak beraksi apa-apa, bila Tuan Rauf mulai mengajak berbicara tentang kemarahan dan keresahan.” (hal:27)

Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan mengenai konflik yang sedang dihadapi oleh si penyair. Namun konflik yang dihadapinya


(59)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

ini kini bukan lagi bersama Naim, tapi ayahnya (Tuan Rauf). Tuan Rauf selalu membicarakan tentang kemarahan dan ketidak senangannya kepada anak semata wayangnya. Namun setiap kali pula penyair memberi nasehat dan arahan hal tersebut akan berlalu seperti aliran sungai yang tidak pernah berhenti. Sehingga penyair merasa bosan dan jenuh menghadapi Tuan Rauf ketika membicarakan masalah anak semata wayangnya itu. Dan untuk menghadapi konflik tersebut ia memilih pendekatan inaction.


(60)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dan pembahasan yang telah penulis kemukakan sebelumnya melalui bahasan-bahasan analisis konflik sosial pada novel

/M War `a Al-Nahri/ karya Taha Husain (pendekatan sosiologi sastra)

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk konflik sosial dalam novel /M War `a Al

-Nahri/ ini ada 4 (empat) bentuk, yaitu:

a. Perburuhan ( /Al-‘umm lu/), yaitu yang dilakukan

penghuni istana terhadap penduduk desa yang miskin. b. Penindasan ( /Al-idtih du/), yaitu yang

dilakukan oleh penghuni istana terhadap penduduk desa dan apa yang dilakukan oleh Tuan Rauf terhadap anak semata wayangnya (Naim).

c. Percekcokan ( /Al-tasy juru/), yaitu yang terjadi

antara Naim dengan Tuan Rauf serta Tuan Rauf dengan istrinya.


(61)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

d. Peperangan ( /Al-harbu/), yaitu yang dilakukan

oleh Ahmad terhadap penghuni istana dengan membunuh adiknya sendiri untuk mempertahankan harga diri dan martabat keluarganya yang miskin.

2. Pendekatan penangananan konflik yang digunakan para tokoh cerita dalam novel /M War `a Al-Nahri/ ini

semuanya sesuai dengan teori pendekatan penanganan konflik yang diutarakan oleh G. Pruitt dan Jeffrey dengan pembagian sebagai berikut:

a. Pendekatan penanganan konflik secara contending {bertanding ( /Al-mun fasatu/)} digunakan oleh

Naim sebanyak 2 (dua) kali, Tuan Rauf sebanyak 2 (dua) kali, dan penduduk desa sebanyak 1 (satu) kali.

b. Pendekatan penanganan konflik secara yeilding {mengalah ( /Al-tanazulu/)}digunakan oleh penduduk desa

sebanyak 1 (satu) kali dan Raqib sang penyair istana sebanyak 1 (satu) kali.

c. Pendekatan penanganan konflik secara problem solving {pemecahan masalah ( /Al-hillu/)}digunakan oleh


(62)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

d. Pendekatan penanganan konflik secara with drawing {menarik diri ( /Al-insih bu/)} digunakan oleh

Naim sebanyak 1 (satu) kali, Raqib sebanyak 1 (satu) kali pelayan istana sebanyak 1 (satu) kali.

e. Pendekatan penanganan konflik secara inaction {diam ( /Al-sumtu/)} digunakan oleh Raqib sebanyak 1


(63)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

4.2. Saran

Sebagai penutup, penulis meyakini bahwa di dalam menulis skiripsi ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan. Namun demikian, penulis juga meyakini bahwa penelitian ini telah membuka lembaran baru bagi ilmu pengetahuan khusunya kajian sastra yang semakin meluas. Dan untuk lebih berkembangnya pengetahuan mahasiswa Bahasa Arab, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Khususnya bagi kalangan mahasiswa Program Studi Bahasa Arab, penulis mengharapkan untuk meningkatkan wawasan berfikir untuk memahami bentuk-bentuk konflik sosial dan pendekatan penangananannya dalam karya sastra lain.

2. Dengan melihat realita, bahwa penelitian sastra yang mengarah kepada analisis novel dengan pendekatan sosiolgi sastra masih sangat sedikit dan terbatas, dan apa yang penulis kerjakan ini bagian dari keterbatasan tersebut. Maka dengan segala kekurangan penulis berharap agar mahasiswa Program Studi Bahasa Arab, untuk selanjutnya dapat memberikan perhatian terhadap pendalaman dan analisis karya sastra Arab, dengan tinjauan sosiologi, psikologi, intertekstual dan lain sebagainya.


(64)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

3. Penulis berharap, semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman dan pendalaman analisis karya sastra Arab, juga memberikan pemahaman tentang analisis sosiologi sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mukti. 1973. Janji Allah. Alih bahasa dari novel Al-Wa’du Al-Haq karya Taha Husain. Jakarta: Bulan Bintang

Bisri, Musatafa. 1999. Kamus Al-Bisri Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif

Damono, Supardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra. Jakarta: DEPDIKBUD

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Escarpit, Robert. 2005. Sosiologi Sastra. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: UMS Press

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

G. Pruitt, Dean dan Z.Rubin, Jeffrey. 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Husain, Taha. 1977. M War `a Al-Nahri. Al-Qahirah: Daru al-Ma‘arifi

___________.2002. Kesaksian Sang Penyair. (Terjemahan Siti Nurhayati)Yogyakarta: Navila

___________. 1986. Dua Tokoh Besar Dalam Sejarah Islam. (Terjemahan Ali Audah) Jakarta: Dunia Pustaka Jaya


(1)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

d. Peperangan ( /Al-harbu/), yaitu yang dilakukan oleh Ahmad terhadap penghuni istana dengan membunuh adiknya sendiri untuk mempertahankan harga diri dan martabat keluarganya yang miskin.

2. Pendekatan penangananan konflik yang digunakan para tokoh cerita dalam novel /M War `a Al-Nahri/ ini semuanya sesuai dengan teori pendekatan penanganan konflik yang diutarakan oleh G. Pruitt dan Jeffrey dengan pembagian sebagai berikut:

a. Pendekatan penanganan konflik secara contending {bertanding ( /Al-mun fasatu/)} digunakan oleh Naim sebanyak 2 (dua) kali, Tuan Rauf sebanyak 2 (dua) kali, dan penduduk desa sebanyak 1 (satu) kali.

b. Pendekatan penanganan konflik secara yeilding {mengalah ( /Al-tanazulu/)}digunakan oleh penduduk desa

sebanyak 1 (satu) kali dan Raqib sang penyair istana sebanyak 1 (satu) kali.

c. Pendekatan penanganan konflik secara problem solving {pemecahan masalah ( /Al-hillu/)}digunakan oleh


(2)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

d. Pendekatan penanganan konflik secara with drawing {menarik diri ( /Al-insih bu/)} digunakan oleh

Naim sebanyak 1 (satu) kali, Raqib sebanyak 1 (satu) kali pelayan istana sebanyak 1 (satu) kali.

e. Pendekatan penanganan konflik secara inaction {diam ( /Al-sumtu/)} digunakan oleh Raqib sebanyak 1


(3)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009 4.2. Saran

Sebagai penutup, penulis meyakini bahwa di dalam menulis skiripsi ini mungkin masih banyak terdapat kekurangan. Namun demikian, penulis juga meyakini bahwa penelitian ini telah membuka lembaran baru bagi ilmu pengetahuan khusunya kajian sastra yang semakin meluas. Dan untuk lebih berkembangnya pengetahuan mahasiswa Bahasa Arab, penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Khususnya bagi kalangan mahasiswa Program Studi Bahasa Arab, penulis mengharapkan untuk meningkatkan wawasan berfikir untuk memahami bentuk-bentuk konflik sosial dan pendekatan penangananannya dalam karya sastra lain.

2. Dengan melihat realita, bahwa penelitian sastra yang mengarah kepada analisis novel dengan pendekatan sosiolgi sastra masih sangat sedikit dan terbatas, dan apa yang penulis kerjakan ini bagian dari keterbatasan tersebut. Maka dengan segala kekurangan penulis berharap agar mahasiswa Program Studi Bahasa Arab, untuk selanjutnya dapat memberikan perhatian terhadap pendalaman dan analisis karya sastra Arab, dengan tinjauan sosiologi, psikologi, intertekstual dan lain sebagainya.


(4)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

3. Penulis berharap, semoga tulisan ini dapat memberikan kontribusi terhadap pemahaman dan pendalaman analisis karya sastra Arab, juga memberikan pemahaman tentang analisis sosiologi sastra.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mukti. 1973. Janji Allah. Alih bahasa dari novel Al-Wa’du Al-Haq karya Taha Husain. Jakarta: Bulan Bintang

Bisri, Musatafa. 1999. Kamus Al-Bisri Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif

Damono, Supardi Djoko. 1984. Sosiologi Sastra. Jakarta: DEPDIKBUD

Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1997. Kamus Besar Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Escarpit, Robert. 2005. Sosiologi Sastra. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: UMS Press

Faruk. 1999. Pengantar Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

G. Pruitt, Dean dan Z.Rubin, Jeffrey. 2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Husain, Taha. 1977. M War `a Al-Nahri. Al-Qahirah: Daru al-Ma‘arifi

___________.2002. Kesaksian Sang Penyair. (Terjemahan Siti

Nurhayati)Yogyakarta: Navila

___________. 1986. Dua Tokoh Besar Dalam Sejarah Islam. (Terjemahan Ali Audah) Jakarta: Dunia Pustaka Jaya


(5)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Jabrohim, dan Ari Wulandari. 2001. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya

Jamaluddin. 2003. Problematika Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa

Kutha Ratna, Nyoman. 2003. Paradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

__________________. 2004.Teori, Metode, Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

L. Sills. David. 1968. Insklopedi Ilmu Sosial. Jakarta: Gramedia

Luxemburg, Jan Van dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Mahmud, Makarim Ad-Dairi.1999. Adabu Al-Jahili. Al-Qahirah: J mi’atu Al- Azhari

_______________________.1999. Adabu Al-Islami. Al-Qahirah: J mi’atu Al- Azhari

Miall, Hugh, dkk. 2000. Resolusi Damai Konflik Kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Munawwir, A.W. 1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap. Surabaya: Pustaka Progressif.

Nurgiyantoro, Burhan.1995. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: UGM Press. Nursisto. 2006. Ikhtisar Kesusastraan Indonesia. Yogyakarta: Adicita Karya


(6)

Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel /Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” (Pendekatan Sosiologi Sastra). 2007

USU e-Repository©2009

Surbakti, Ramlan. 1992. Memahami Ilmu Politik. Yogyakarta: Grasindo Wellek, Rene dan Austin Warren. 1995. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Wijardo, Boedhi, dkk. 2002. Konflik Bahaya Atau Peluang. Jakarta: Pustaka

Pelajar

Yassin, HB, 1960. Tifa Penyair dan Daerahnya. Jakarta : Gramedia

Zainuddin.1992. Materi Pokok Bahasa Dan Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.