Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
padanya. Bahkan Naim merasa bahwa dirinya tidak mempunyai pilihan untuk melakukan apapun selain dari mematuhi perintah ayahnya.
3.3.3. Konflik Percekcokan
Al-t asy juru
Bab III halaman 56
Wa lau qad haddastuhu biann ur du an attakhaza hazihi al-fat tu l zaujan lajunna jun nahu wa dalla dal lahu “Aku pernah bicara padanya
tentang keinginanku untuk memperistri gadis pujaanku. Dengan segenap keberanian aku mengutarakannya. Namun ayah marah besar dan
mengusirku.” 49 Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang perbedaan
aspirasi antara Naim dan Tuan Rauf yang membawa kedua tokoh tersebut kedalam konflik percekcokan karena sama-sama memperjuangkan aspirasi
mereka.
Pada kutipan lainnya Bab III halaman 94
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
Abu ya lh m wajadu il al-lahwi sab lan, wa amma tsyaqq m istat ‘at
al-mar`atu an tahtamila al- syaq `a, khus matun wa ‘ab sun h na yaltaq
al- zauj ni, wa waf qun wa ibtas mun h na yazhar ni linn si Ayahnya
berfoya-foya tak karuan, dan sang ibu menderita dengan penderitaan yang tak mampu ditanggung oleh wanita manapun, suami istri itu saling
menentang dan bermuka musam bila bertemu, tapi tampak tegar serta tersenyum ketika berhadapan dengan orang lain. 97
Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan konflik percekcokan yang dihadapi Tuan Rauf dengan istrinya. Karena Tuan Rauf selalu
menyalahkan istrinya atas semua sifat buruk anaknya yang tidak bisa diatur. Tapi istrinya menganggap apa yang dilakukannya adalah sudah sesuai dengan apa yang
dilakukan seorang ibu kepada anaknya. Dan menurutnya mendidik seorang anak bukanlah sepenuhnya tanggungjawab seorang istri semata.
3.3.4. Konflik Peperangan
Al-harbu
Bab III halaman 100
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
Q la ra` fu: na‘am m tat khad jata, qatalaha akh h intaq man lisyara
fihi f m yazharu Rauf berkata: “Ya, khadijah telah mati. Kakak Khadijah telah membunuh gadis itu demi kemuliaan dan kehormatannya.
104 Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang pembunuhan
yang dilakukan Ahmad kakak Khadijah demi mempertahankan kemuliaan dan kehormatannya. Ia ingin menunjukkan bahwa meskipun mereka orang miskin,
namun mereka masih memiliki harga diri yang tidak bisa dibeli dan dijual oleh siapapun.
3.4. Pendekatan Penangananan Konflik
Dalam menghadapi suatu konflik seorang tokoh akan berusaha menerapkan beberapa pendekatan untuk menyelesaikan konflik yang dihadapinya
tersebut. Berikut beberapa pendekatan penanganan konflik yang terdapat dalam novel
M War `a Al-Nahri sesuai dengan teori G. Pruitt dan Jeffrey yang didukung oleh teori para ahli:
3.4.1. Contending {Bertanding
Mun fasatun} Bab III halaman 100
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
Summa haddisn aw siqun anta bi`annakum l tastahill na li`anfusikum h na tasnahu lakum al-furasa m tuharrim na ‘al gairikum? Awasiqun
anta bianna ab innam yaskhatu ‘al ‘ibratin ‘al al-haqqi wa qadban
lilhurm ti wa ri ‘ yati lilkhuluqi wa al-d ni? “Katakan padaku, apakah engkau yakin jika pada suatu saat ada seseorang yang menginjak-injak
harga diri, kalian akan berdiam diri saja seperti penduduk desa itu? Apakah engkau yakin kemarahan ayahku karena aku telah melakukan
kesalahan melanggar norma dan agama?” Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang Naim yang
sedang menyampaikan ketidak setujuan dan penentangannya mengenai perilaku penghuni istana yang selalu merendahkan maratabat dan harga diri penduduk desa
kepada penyair. Ia juga mengeluhkan perlakuan ayahnya yang selalu mengekangnya bergaul dengan orang-orang. Bahkan ayahnya selalu memilih-
milih orang yang sesuai untuk bergaul dengannya.
Pada kutipan lainnya Bab VI halaman 100
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
W a akhta`n al-tauf qa falam yutih l an akhaf ‘alaihi kulla syai`in, wa
m k da yatharu ‘al ba’di m fa‘altu hatt s rat s `iratuhu, fa`ankara wa sakhata, wa agraqa
f al-ink ri wa al-sukhti, summa irtaq il al- wa‘ di wa annaz ri “Ayah masih saja menyalahkanku. Ia sama sekali tak
memberikan kebebasan padaku. Semua sikap dan kelakuanku diawasi, hingga akhirnya aku berontak karena merasa muak pada semua aturan
yang ditentukan. Mengetahui hal ini, ayah marah besar dan mengecamku sebagai anak kurang ajar, lalu ia mengusirku.”
Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan tentang Naim yang sedang dalam pemberontakan atas perilaku ayahnya padanya. Namun, pada
teks di atas juga didapati penyelesaian konflik secara contending oleh Tuan Rauf . Ia menggunakan cara yang sama untuk mengakhiri konflik yang dihadapinya.
Dengan mengancam akan mengusir sang anak Naim dari istananya jika sang anak masih juga tidak mematuhi perintah-perintahnya. Tuan Rauf yakin hal ini
akan menyurutkan hati anaknya dan berhenti untuk melawan dan memberontak padanya.
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
Pada kutipan lainnya Bab XII halaman 107
107 Wa qata‘a ‘al na‘ mi tar qi al-tamradi wa al-‘asay ni “Naim telah
mengambil jalan pintas dengan pemberontakan terhadap tatanan dan nilai- nilai yang berlaku di lingkungan istana.” 107
Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang eskalasi dari konflik yang dihadapi oleh anak dan ayah tersebut. Naim membentuk cara
pandang yang berbeda dengan cara padang ayahnya yang menguasai istana. Ia menganggap bahwa dirinya tidak ada melakukan dosa dan kedurhakaan pada
siapapun. Sehingga aspirasi yang dimilikinya ingin diwujudkannya dengan cara apapun juga. Dan akhirnya ia yakin bahwa jalan satu-satunya adalah pendekatan
contending, yakni dengan pemberontakan.
Pada kutipan lainnya Bab XII halaman 108
Haz nafaita abnaka mina al-ardi “Karena itu engkau menyingkirkan puteramu dari dunia ini?” 114
Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan tentang eskalasi dari konflik yang dihadapi oleh anak dan ayah tersebut. Sang ayah Tuan Rauf
tidak mau dilecehkan oleh anaknya sendiri dan aturan serta nilai-nilai yang ada di istana harus tetap dijalankan oleh siapapun yang berada di dalammya. Sehingga ia
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
mengusir Naim dari istana untuk menjaga tatanan dan nilai-nilai yang ada di istananya itu.
Pada kutipan lainnya Bab XII halaman 100
Laqad tagaiyarat al-du ny wa fasada al-n sa, wa habat ‘al ha`ul `I al-
b `is na min ahli al-qaryati wa ams lihim r ha l adr min aina j `athum, wa lakinnah
hamalat ilaihim syarran ‘az man: ‘allamathum anna lahum syarafan, wa annahum yastat ‘ na an yagdab lihaz al-syarifi, wa an yasfak f sab lihi
al- dama, wa yata ‘arrad f sab lihi lilmauti. Dunia telah berubah dan manusia
telah rusak. Penduduk desa yang miskin dan pemimpin-pemimpin mereka telah menghembuskan angin yang tak kuketahui dari mana datangnya. Tetapi ia
membawa keburukan yang besar pada mereka. hal itu menunjukkan, mereka mempunyai kemuliaan dan dapat berontak serta menumpahkan darah untuk
meraih kemuliaan ini. Mereka dapat mengepakkan sayap maut untuk mencapainya. 104
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
Pada kutipan teks di atas, pengarang juga menggambarkan tentang eskalasi dari konflik yang dihadapi oleh Tuan Rauf dengan penduduk desa yang miskin.
Para penduduk desa merasa seperti mendapat angin segar dari Naim yang memberontak kepada ayahnya karena merasa tertindas oleh peraturan-peraturan
istana yang tidak masuk akal lagi baginya. Para penduduk desa mengambil kesempatan dengan bergabung bersama
Naim memberontak kepada Tuan Rauf. Para penduduk desa dan Naim memiliki aspirasi yang sama, yaitu ingin mendapat kebebasan sehingga terlepas dari
ketertindasan yang selama ini mereka rasakan. Meskipun bentuk ketertindasan yang mereka rasakan berbeda, tapi mereka memiliki aspirasi yang sama, yaitu
kebebasan menentukan masa depan mereka. Sehingga terbentuklah sebuah kelompok pejuang Struggle Group yang
berusaha mencapai aspirasi yang mereka miliki, meskipun harus mengorbankan darah dan menuju maut. Karena aspirasi tersebut sudah berubah menjadi norma
kelompak, dan kepemilikan aspirasi tersebut menjadi manifestasi kesetiaan terhadap kelompok.
Pada kutipan lainnya Bab III halaman 92
.
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
Wa huwa lam yuz‘in qattun limu‘allimin au ust zin, wa innam az‘ana
lahu d `iman as tizatahu wa mu‘allimuhu Dia tidak tunduk saja pada seorang guru, malah guru-guru selalu patuh padanya. 93
Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan tentang kekerasan dan penentangan Tuan Rauf pada guru-gurunya di masa mudanya. Perlakuannya
tersebut merupakan sebuah pendekatan penanganan konflik yang dihadapinya ketika masih seusia dengan anaknya saat ini. Ia juga mengalami hal yang hampir
sama dengan apa yang dialami oleh anaknya Naim. orangtuanya selalu mengekangnya dan memaksanya untuk selalu patuh pada mereka. Sehingga ia
menjadi seorang penentang yang selalu memperlakukan orang di bawah kehendaknya dan menghentikan aspirasi orang lain terhadap dirinya.
3.4.2. Yeilding {Mengalah
Al-tanazulu}
Bab III halaman 33
Wa qad an na lilhaw disi an tahaddasa wa lilqissati an ta`khaza tar qah
il al-wuj di in lam takun qad akhazathu min qabli “Para penduduk desa
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
tak pernah bisa lari dan mengelak dari keadaan malang ini. Seolah-olah sudah menjadi takdir mereka sebagai rakyat kecil.” 15
Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan mengenai kepasrahan diri penduduk desa. Mereka hanya dapat berpangku tangan
menghadapi bentuk kesemena-menaan, perburuhan, dan penindasan para penghuni istana. Mereka lebih memilih pendekatan yeilding untuk menangani
konflik yang mereka hadapi. Pemilihan pendekatan ini tidak lain karena mereka merasa sangat lemah dan perlawanan hanya membawa dampak yang lebih buruk
bagi diri dan keluarga mereka.
Pada kutipan lainnya Bab IV halaman 42
Wa m aksaru m k na al-nahru yaqra`u ‘alaihi anb `a al-sam `i
tahmiluh asy‘atu nuj mi au dau`i al-qamari au n ru al-syamsi Bal m aksaru m k na al-sy ‘iru yastahibbu hazihi al-najw al-lat tak nu baina amw jin al-
nahri mutahddisatun bi`anb `i al-syarqi zalika al-laz lam yasil ilaihi ahadun,
h milatu hazihi al`anb `i il al-garbi al-laz l yasilu ilaihi ahadun Penyair
Amraini Sihotang. Analisis Konflik Sosial Dalam Novel Ma Wara`A Al-Nahri “Kesaksian Sang Penyair” Pendekatan Sosiologi Sastra. 2007
USU e-Repository©2009
itupun pasrah dengan keterbatasan dirinya. Ia sadar bahwa dirinya hanya bisa menyimak khabar yang dibawa langit melalui sinar bintang, bulan dan matahari.
Ia sangat menyukai bisikan-bisikan angin ini, karena dengan bisikan itu ia bisa mengetahui khabar bagian Barat dan Timur sungai yang tak pernah terjamah oleh
siapapun. 28 Pada kutipan teks di atas, pengarang menggambarkan mengenai
kepasrahan diri penyair yang tidak bisa melakukan apa-apa selain menyimak khabar-khabar dari sungai yang dibawakannya melalui sinar bintang, bulan, dan
matahari. Meski sang penyair ingin mencapai cita-cita penduduk desa yang tidak tercapai dan kemampuan penduduk desa yang tidak sampai pada waktu yang
panjang. Seperti mencapai keinginan mereka untuk hidup dan kerinduan mereka pada orang yang telah tiada. Begitu juga, dia ingin mencapai sesuatu yang timbul
di hati mereka dari kekuatan kecil ini yang telah melemahkannya menetapkan sesuatu. Dan pada akhirnya penyair memilih pendekatan yeilding untuk mengatasi
konflik yang dihadapinya itu. Karena, ia tidak dapat mengubah sesuatu yang sudah ditakdirkan dan tidak ingin melepaskan komunikasinya dengan sungai yang
telah lama terjalin antara mereka. 3.4.3.
Problem Solving { Pemecahan Masalah Al-hillu}
Bab III halaman 40