Analisa Kehilangan Minyak (Oil Losses) Pada Fiber Hasil Pengepressan Dan Cangkang Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi

(1)

ANALISA KEHILANGAN MINYAK (OIL LOSSES) PADA FIBER

HASIL PENGEPRESSAN DAN CANGKANG DENGAN

METODE EKSTRAKSI SOKLETASI

KARYA ILMIAH

DEWI AYU RAHAYU

062401041

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

ANALISA KEHILANGAN MINYAK (OIL LOSSES) PADA FIBER

HASIL PENGEPRESSAN DAN CANGKANG DENGAN

METODE EKSTRAKSI SOKLETASI

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

DEWI AYU RAHAYU

062401041

DEPARTEMEN KIMIA

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

PERSETUJUAN

Judul : ANALISA KEHILANGAN MINYAK (OIL LOSSES) PADA FIBER HASIL PENGEPRESSAN DAN CANGKANG DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI

Katagori : KARYA ILMIAH Nama : DEWI AYU RAHAYU Nomor Induk Mahasiswa : 062401041

Program Studi : DIPLOMA 3 KIMIA ANALIS Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui Oleh Medan, Juni 2009

Diketahui / Disetujui Oleh Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

DR.Rumondang Bulan, MS Drs. Syamsul Bachri Lubis, M.Si


(4)

PERNYATAAN

ANALISA KEHILANGAN MINYAK (OIL LOSSES) PADA FIBER

HASIL PENGEPRESSAN DAN CANGKANG DENGAN

METODE EKSTRAKSI SOKLETASI

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing – masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2009

DEWI AYU RAHAYU 062401041


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. Karena berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini merupakan salah satu syarat pada jenjang pendidikan D-III Kimia Analis FMIPA USU.

Dengan selesainya Karya Ilmiah ini penulis ingin menghanturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya Ilmiah ini, Terutama kepada :

 Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah banyak membantu penulis baik moral maupun materil serta doa dan dukungannya kepada penulis sehingga karya Ilmiah ini dapat selesai dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Abangku Haffri beserta istri (kak Wita), Kakakku Mayang, serta Adik-adikku Jaka dan Intan, terima kasih atas doa dan dukungannya kepada penulis dan terima kasih kepada keluarga besar penulis di Kisaran.

 Bapak Drs.Syamsul Bachri Lubis,MSi selaku dosen pembimbing penulis yang telah membimbing dan membantu penulis menyelesaikan Karya Ilmiah ini.  Bapak Dr. Eddy Marlianto,M.Sc selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam USU.

 Ibu DR.Rumondang Bulan,MS selaku Ketua Departement Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

 Ibu DR.Marfongahtun,MSi selaku Ketua Program study D-III Kimia Analis FMIPA USU.

 Bapak Amdan selaku Asisten mill Manager di PKS PT. MNA

 Bapak Asman selaku Pembimbing PKL yang telah banyak sekali membantu dan mendukung penulis selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PKS PT. MNA.

 Seluruh Dosen dan staff pengajar di lingkungan FMIPA USU.

 Partner PKL, Isma, Sherly, Putra, Terima kasih atas bantuan, dukungan, kerjasama dan kebersamaannya selama PKL.

 Sahabat-sahabat ku D’ Nine Balls, Lia (liyong), Isma, Sherly (bunda), Mazdha, Rina, Kiki, Inggit dan Widy. Terima kasih atas doa, bantuan, dukungan dan kebersamaannya selama ini, semoga D’ Nine Balls tatap bersatu.


(6)

 Rekan-rekan seperjuangan, Mahasiswa/I Kimia Analis khususnya anak-anak 2006, terima kasih atas bantuan, dukungan dan kebersamaannya selama ini.  Hudia, Ade, Novi, Nisa, Dodi, Kak Dastri, Nana, Terima kasih atas doa dan

dukungannya.

Penulis menyadari bahwa dalam menyusun Karya Ilmiah ini terdapat kekurangan, Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun atas kekurangan penulisan Karya Ilmiah ini untuk kemajuan bersama yang lebih baik.

Medan, Juni 2009 Penulis,

Dewi Ayu Rahayu 062401041


(7)

ABSTRAK

Kehilangan minyak yang terjadi pada proses pengolahan kelapa sawit masih belum bisa dihindarkan, termasuk kehilangan minyak yang melekat pada fiber dan cangkang kelapa sawit setelah melalui mesin press. Proses analisa kehilangan minyak ini bertujuan untuk mengetahui persentasi kehilangan minyak yang melekat pada fiber dan cangkang, dimana sampel yang dianalisa diambil pada screw press I-IV dan metode analisa yang digunakan adalah ekstraksi sokletasi dimana persentasi kehilangan minyak pada fiber dari masing-masing screw press adalah 4,02%, 3,74%, 3,84% dan 3,72%, sedangkan pada cangkang adalah 0,52%.


(8)

AN ANALYSIS OF OIL LOSSES FIBRE AFTER PRESSING AND SHELL WITH SOXHLETATION EXTRACTION METHOD

ABSTRACT

Oil Losses in pressing the palm is still avoided, and lose the oil that stick in fibre and shell of palm after processing in pressing machine. The analysis process of oil losses purpose to know the oil losses of fibre and shell percentase, where the sample which analyzed is taken from screw press I-IV and the analyze method that used is soxhletation extraction where the percentase of oil losses in each screw press of fibre are 4,02 %, 3,74 %, 3,84 %, and 3,72 %, while in shell is 0,52 %.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan i Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Permasalahan 2

1.3.Tujuan 2

1.4.Manfaat 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3

2.1. Buah Sawit 3

2.2. Morfologi tanaman 3

2.3. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit 6

2.4. Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO 7 2.4.1.PerlakuanPendahuluan 7

2.4.2. Pemisahan 9

2.4.3. Pemurnian 14

2.4.4. Pengemasan dan Penimbunan 15

2.5. Jenis Lemak Dan Minyak 15

2.6. Penentuan Kadar Lemak dan Minyak 17

2.7. Ekstraksi 17

2.7.1. Rendering 18

2.7.2. Pengepressan Mekanis (Mechanical Exprssion) 19 2.7.3. Ekstraksi Dengan Pelarut (Solvent Extraction) 20 2.8. Ektraksi Dengan Alat Ekstraksi Sokhlet 20

2.9. Kegunaan Minyak Sawit 21

BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN 22

3.1. Alat – alat 22

3.2 Bahan – bahan 22

3.3. Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak 22 3.3.1. Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak Pada Fiber 22 3.3.2. Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak Pada Cangkang 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 24

4.1. Hasil 24

4.1.1. Data Percobaan 24

4.1.2 Perhitungan 24


(10)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 28

5.1. Kesimpulan 28

5.2. Saran 28

DAFTAR PUSTAKA 29


(11)

ABSTRAK

Kehilangan minyak yang terjadi pada proses pengolahan kelapa sawit masih belum bisa dihindarkan, termasuk kehilangan minyak yang melekat pada fiber dan cangkang kelapa sawit setelah melalui mesin press. Proses analisa kehilangan minyak ini bertujuan untuk mengetahui persentasi kehilangan minyak yang melekat pada fiber dan cangkang, dimana sampel yang dianalisa diambil pada screw press I-IV dan metode analisa yang digunakan adalah ekstraksi sokletasi dimana persentasi kehilangan minyak pada fiber dari masing-masing screw press adalah 4,02%, 3,74%, 3,84% dan 3,72%, sedangkan pada cangkang adalah 0,52%.


(12)

AN ANALYSIS OF OIL LOSSES FIBRE AFTER PRESSING AND SHELL WITH SOXHLETATION EXTRACTION METHOD

ABSTRACT

Oil Losses in pressing the palm is still avoided, and lose the oil that stick in fibre and shell of palm after processing in pressing machine. The analysis process of oil losses purpose to know the oil losses of fibre and shell percentase, where the sample which analyzed is taken from screw press I-IV and the analyze method that used is soxhletation extraction where the percentase of oil losses in each screw press of fibre are 4,02 %, 3,74 %, 3,84 %, and 3,72 %, while in shell is 0,52 %.


(13)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai yang sangat penting bagi kehidupan kita sehari-hari, hal ini terutama nampak pada kebutuhan kita akan minyak nabati. Banyak tanaman lain yang dapat dijadikan sumber minyak nabati, seperti kelapa, kacang kedele. Namun demikian kelapa sawit adalah penyumbang minyak nabati terbesar di dunia. (Ginting,1975)

Minyak sawit merupakan bahan baku untuk industri kimia, mentega, sabun, lemak-lemak, dan minyak goreng. Selain dari pada itu kegunaan minyak sawit ini juga telah di kenal semenjak lama dalam industri bahan kimia maupun teknik.

Produk minyak sawit dikatakan efisien tinggi apabila persentase kehilangan minyak rendah, demikian juga rendah pula biaya produksinya. Kendatipun demikian, persentase kehilangan ini masih belum bisa ditiadakan, karena sangat sulit untuk mencegah kehilangan tersebut. (Syamsulbahri,1996)

Dengan demikian, persentase kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan dan cangkang merupakan salah satu Losses yang belum bisa dihindarkan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menganalisa kehilangan minyak yang terdapat pada fiber hasil pengepressan dan cangkang yang terjadi di Screw Press, dimana sample yang dianalisa diambil dari Screw Press I – IV dan dianalisa dengan metode ekstraksi sokletasi.

I.2 Permasalahan

Apakah kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan dan cangkang sudah sesuai dengan standart yang telah ditetapkan oleh pabrik.


(14)

I.3 Tujuan

Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui persentase kehilangan minyak yang melekat pada fiber dan cangkang setelah melalui mesin press dengan cara ekstraksi sokletasi.

I.4 Manfaat

Dengan diketahuinya persentase dari kehilangan minyak (Oil Losses) dengan cara ekstraksi sokletasi yang dianalisa di laboratorium akan lebih mempermudah pihak pabrik untuk mengetahui baik atau tidaknya persentase kehilangan minyak (Oil

Losses) yang diperoleh, sehingga pihak pabrik dapat memperbaiki apabila Oil Losses


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buah sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis quinensis Jacq) merupakan tumbuhan tropis golongan plasma yang termasuk tanaman tahunan. Kelapa sawit yang dikenal ialah jenis Dura, Psifera dan Tenera. Ketiga jenis ini dapat dibedakan berdasarkan penampang irisan buah, yaitu jenis Dura memiliki tempurung yang tebal, jenis Psifera memiliki biji yang kecil dengan tempurung yang tipis, sedangkan tenera yang merupakan hasil perulangan dura dengan Psifera menghasilkan buah bertempurung tipis dan inti yang besar.

Buah sawit berukuran kecil antara 12-18 gr/butir yang duduk pada bulir. Setiap bulir terdiri dari 10-18 butir tergantung pada kesempurnaan penyerbukan. Buah sawit yang dipanen dalam bentuk tandan disebut dengan tandan buah sawit.

Hasil utama yang dapat diperoleh dari tandan buah sawit ialah minyak sawit yang terdapat pada daging buah (mesokarp) dan minyak inti sawit yang terdapat pada kernel. Kedua jenis minyak ini berbeda dalam hal komposisi asam lemak dan sifat fisika-kimia. Minyak sawit dan minyak inti sawit mulai terbentuk sesudah 100 hari setelah penyerbukan, dan berhenti setelah 180 hari atau setelah dalam buah, minyak yang sudah jenuh. Jika dalam buah tidak ada lagi pembentukan minyak, maka yang terjadi ialah pemecahan trigliserida menjadi asam lemak bebas dan gliserol. (Naibaho, 1998)

2.2 Morfologi Tanaman

a. Akar

Biji kelapa sawit berkeping tunggal, sehingga akarnya adalah serabut. Perakarannya sangat kuat. Akar yang tua tetap kuat dan tetap utuh tidak membusuk


(16)

sekalipun telah mati. Sistem penyebaran akar tersebut terkonsentrasi pada tanah lapisan atas. Karena sistem perakarannya kuat tadi maka jarang ditemukan tanaman yang roboh atau tumbang.

b. Batang

Batang kelapa sawit tumbuh lurus ke atas, diameternya dapat mencapai 40-60 cm. pada tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun yang tumbuh rapat mengelilinginya. Pertumbuhan meninggi batang baru jelas terlihat sesudah tanaman berumur 4 tahun. Rata-rata pertumbuhan tinggi batang adalah 25-40 cm per tahun. Namun demikian, hal ini tergantung selain pada jenis, kesuburan lahan serta iklim setempat.

c. Daun

Daun tanaman kelapa sawit bersirip genap, bertulang sejajar, panjangnya dapat mencapai 3-5 meter. Daun mempunyai pelepah yang pada bagian kiri maupun kanannya tumbuh anak-anak daun. Tanaman kelapa sawit yang sudah dewasa mempunyai anak daun yang jumlahnya dapat mencapai 100-160 pasang. Pada bagian pangkal pelepah daun tumbuh duri dan bulu-bulu kasar dan halus. Duduknya pelepah daun pada batang tersusun teratur, melingkari batang membentuk konfigurasi spiral.

Daun kelapa sawit tumbuh pada batang, sifatnya bergerombol, roset. Daun yang telah tua berubah warnanya menjadi kuning dan pucat sebelum rontok meninggalkan bekas pada batang. Pertambahan jumlah daun pada kanopi tanaman lebih cepat dibandingkan dengan jumlah daun yang gugur. Oleh karenanya tampak daun kelapa sawit tumbuh bergerombol dibagian atas tanaman.


(17)

d. Bunga

Tanaman kelapa sawit bersifat monoecious atau berumah satu. Monoecious bermakna bahwa bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman. Namun demikian, bunga jantan terpisah dengan tandan bunga betinanya.

Bunga kelapa sawit atau yang juga disebut tandan muncul pada ketiak daun. Rumus bunga betina adalah : K3, C3, A0, G(3) sedangkan rumus bunga jantannya adalah K3, C3, A(6), G0. Dimana : K adalah kaliks/kelopak (sepal) ; C corolla (petal) ; A androecioum (bunga jantan) dan G adalah gynoecioum (bunga betina).

e. Buah

Buah kelapa sawit terbentuk sesudah terjadi penyerbukan (pollination) dan pembuahan (fertilization). Bakal buah (ovary) tumbuh berkembang menjadi buah sedangkan bakal biji (ovule) tumbuh menjadi biji. (Syamsulbahri, 1996)

Buah kelapa sawit memiliki bagian – bagian sebagai berikut :

1. Eksokarp atau kulit luar yang keras dan licin. Ketika buah masih muda,

warnanya hitam atau ungu tua atau hijau. Semakin tua, warnanya berubah menjadi orange merah atau kuning orange.

2. Mesokarp atau Sabut

Diantara jaringan – jaringanya ada sel pengisi seperti spons atau karet busa yang sangat banyak mengandung minyak (CPO), jika buah sudah masak. 3. Endokarp atau Tempurung

Ketika buah masih muda endokarp memiliki tekstur lunak dan berwarna putih. Ketika buah sudah tua, endokarp berubah menjadi keras dan berwarna hitam. Ketebalan endokarp tergantung pada varietasnya. Contoh varietas dura memiliki endokarp sangat tebal, sedangkan varietas pisifera sangat tipis, bahkan tanpa endokarp.


(18)

4. Kernel atau Biji atau Inti

Inti dapat disamakan dengan daging buah dalam kelapa sayur, tetapi bentuknya lebih padat dan tidak berisi air buah. Kernel mengandung minyak (PKO) sebesar 3% dari berat tandan, berwarna jernih dan bermutu sangat tinggi.

( Sastrosayono, 2003). f. Biji

Bagian biji kelapa sawit penting artinya bagi eksistensi generasi berikutnya. Bagian biji kelapa sawit terdiri atas kulit biji, tali pusat dan inti biji atau isi biji. Kulit biji yang berasal dari selaput bakal biji (integument) sangat keras seperti batu. Bagian ini berfungsi untuk melindungi biji bagian dalam yang lunak. Tali pusat merupakan bagian biji yang menghubungkannya dengan papan biji. Inti biji merupakan bagian yang penting untuk alih generasi. Bagian inti biji terdiri atas lembaga atau embrio dan cadangan makanan (endosperm). (Syamsulbahri, 1996)

2.3 Teknologi pengolahan kelapa sawit

Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor yang menentukan kebehasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh ialah minyak sawit, inti sawit, sabut, cangkang dan tandan kosong. Pabrik kelapa sawit (PKS) dalam konteks industri kelapa sawit di Indonesia dipahami sebagai unit ekstraksi crude palm oil (CPO) dan inti sawit dari tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. PKS tersusun atas unit-unit proses yang memanfaatkan kombinasi perlakuan mekanis, fisik, dan kimia. Parameter penting produksi seperti efisiensi ekstraksi, rendemen, kualitas produk sangat penting perananya dalam menjamin daya saing industri perkebunan kelapa sawit di banding minyak nabati lainnya. Perlu diketahui


(19)

bahwa kualitas hasil minyak CPO yang diperoleh sangat dipengaruhi oleh kondisi buah (TBS) yang diolah dalam pabrik. Sedangkan proses pengolahan dalam pabrik hanya berfungsi menekan kehilangan dalam pengolahannya, sehingga kualitas CPO yang dihasilkan tidak semata-mata tergantung dari TBS yang masuk ke dalam pabrik.

Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.

2.4 Pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) menjadi CPO 2.4.1 Perlakuan Pendahuluan

a. Penerimaan Panen

Langkah pertama adalah melakukan penimbangan panen yang diterima di pabrik. Penimbangan dilakukan di atas jembatan timbang. Jika diangkut dengan kendaraan truk atau traktor gandengan, penimbangan dilakukan sebelum pembongkaran dan pemuatannya ke dalam keranjang rebusan. Sesudah itu di timbang lagi dalam keadaan rebusan di atas lori, hasil dapat langsung ditimbang.

Penampungan dapat dilakukan seluruhnya dalam keranjang rebusan, atau dalam tempat khusus untuk itu, yaitu pelataran bongkar-pindah yang sekaligus menjadi tempat timbun. Pelataran tersebut dilengkapi dengan sejumlah ruang timbun, masing-masing bermuatan sekitar 10-12 ton TBS. Dengan cara ini pekerjaan bongkar


(20)

muat bertambah sekali, berarti perlakuan kasar atau pelukaan buah bertambah. Selain itu sebagian lantai ruang timbun dapat di buat bercelah-celah sehingga sebagian besar pasir dan sampah yang terikut pada pengangkutan panen dari lapangan dapat terbuang di sini.

b. Perebusan

TBS mengandung sejumlah zat yang harus dihilangkan terlebih dahulu untuk mencapai pengolahan yang efisien. Suasana lembab dengan suhu tinggi dalam rebusan akan mengaktifkan enzim-enzim lipase dan lipoksidase yang terdapat dalam buah sehingga proses hidrolisis minyak menjadi asam lemak bebas dan proses oksidasi minyak dapat dihentikan. Oleh karena itu tandan yang dipanen harus diusahakan dapat direbus (sterilisasi) secepatnya.

Untuk mencegah oksidasi selama perebusan, udara harus dikosongkan sama sekali dari dalam rebusan. Hal ini juga perlu untuk mencapai suhu yang diperlukan (udara adalah penghantar panas yang jelek). Cara terbaik adalah cara triple peak

sterilization. Pemasukan uap harus secara berangsur untuk menghindarkan pemanasan

lanjut pada tempat-tempat tertentu. Minyak yang berasal dari air rebusan sangat jelek daya pucatnya dan mengandung banyak besi, maka seharusnya tidak dicampur dengan minyak produksi utama. Buah yang sudah direbus mudah diserang mikroba dan cepat busuk. Karena itu bila tidak selesai diolah, sebaiknya tandan disimpan sebelum perebusan.

2.4.2 Pemisahan

a. Penebahan

Penebahan adalah untuk melepaskan buah dan kelopak (calyx) dari tandan yang sudah direbus. Penebah adalah suatu alat berbentuk teromol mendatar yang sedikit miring dengan kisi-kisi yang bercelah sedikit lebih besar dari pada ukuran


(21)

berondolan. Teromol berputar dengan putaran sedemikian sehingga tandan akan mengalami gaya sentrifugal yang cukup untuk mengangkatnya sampai titik tertinggi pada dinding teromol, biasanya kecepatan putaran 22 rpm. Tandan setelah terjatuh kembali (terbanting) akan melepaskan buahnya, demikian terjadi berkali-kali sampai tandan kosong akhirnya terlempar dari ujung teromol.

Kehilangan minyak karena penebahan dapat terjadi dengan penyerapan minyak oleh tangkai tandan kosong, akibat pengumpanan yang tidak teratur sehingga buah bersinggungan dengan TBK. Juga akibat penumpukan tandan yang terlalu banyak di atas talang pengumpan, sehingga tandan yang tertindih paling bawah akan terperas minyaknya dan terserap oleh tangkai tandan.

b. Peremasan

Buah diaduk dalam suatu bejana silindris tegak (ketel) selama beberapa waktu sementara dipanaskan pada suhu yang tinggi. Bejana dilengkapi dengan beberapa pasang lengan atau pisau pengaduk sehingga buah yang diaduk di dalamnya menjadi hancur karena diremas akibat gesekan yang timbul antara sesama buah dan di antara massa remasan buah sehingga daging buah lepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak, agar minyak dapat diperas sebanyaknya pada pengempaan berikutnya.

Untuk memperoleh peremasan yang baik kondisi yang menghasilkan gesekan sebesar-besarnya perlu dipertahankan. Massa dijaga tidak sampai menjadi bubur, maka lubang perforasi dijaga tidak sampai tersumbat (secara terus menerus harus terlihat adanya aliran tirisan yang cukup). Ketel harus dijaga tetap penuh untuk menjaga tekanan (gaya gesekan) yang konstan, dan waktu pengadukan yang cukup. Massa dijaga tidak sampai mendidih agar tidak terbentuk emulsi. Suhu dijaga tetap tinggi untuk mengurangi efek pelumasan dari minyak.


(22)

Peremasan yang baik ialah jika dalam massa remasan yang masuk kedalam kempa tidak terdapat satupun buah yang masih utuh atau yang daging buahnya belum terlepas sepenuhnya dari biji. Daging buah tidak boleh diremas sampai halus, serat-seratnya harus masih kelihatan utuh. Massa remasan harus homogen, tidak ada biji-biji yang mengumpul di bagian bawah. Penirisan cairan kelihatan lancar. Selama peremasan massa tidak sampai mendidih, namun suhu harus dipertahankan tinggi, yaitu mendekati titik didih air.

c. Pengempaan

Tujuan pengempaan adalah memeras minyak sebanyak mungkin dari massa remasan, sehingga kehilangan minyak sekecil-kecilnya. Untuk ini umumnya telah dipakai kempa ulir ganda, karena kempa ulir adalah yang paling sesuai untuk buah Tenera. Di dalam suatu silinder mendatar yang dindingnya berperforasi bekerja dua ulir dengan arah putar yang berlawanan. Pada ujung pengeluaran silinder terdapat suatu konus yang menekan massa ampas kempa yang akan keluar. Tekanannya dapat diatur secara optimalnya. Pengaturan posisi konus dapat dilakukan berdasarkan tekanan dalam kempa atau berdasarkan pemakaian tenaga listrik. Dinding silinder secara terus menerus dibilas dengan semprotan air panas. Juga kedalam massa disemprotkan uap. Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran ulirnya. Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa.

Standar kehilangan minyak yang ditetapkan oleh pabrik pada screw press I-IV adalah 4.00 % sedangkan untuk kehilangan minyak pada cangkang adalah 0.75 %. d. Penghembusan Serabut (pemisahan biji dari ampas)

Ampas kempa yang keluar dari kempa berupa bongkahan dan masih terlalu basah untuk mudah dihembus serabutnya oleh angin. Oleh karena itu ularan yang


(23)

membawa ampas kempa ke kolom pemisah serabut dilengkapi dengan lengan-lengan pemecah yang letaknya pada sumbu ularan sedemikian sehingga membentuk ulir, dan dinding ularan dilengkapi pula dengan mantel uap pemanas. Dengan ularan bergaris tengah lebih besar (700 mm) dan didahului pengempaan yang sempurna tidak diperlukan lagi mantel pemanas.Dengan demikian ampas akan dipecah menjadi longgar dan air yang terkandung dalamnya dapat menguap dengan leluasa sehingga menjadi cukup kering untuk penghembusan dengan angin.

Penghembusan dilakukan dalam suatu kolom vertikal. Kecepatan angin selain diatur oleh putaran kipas juga dapat disesuaikan dengan mengatur penyempitan ruang kolom dengan mengatur maju mundur letak salah satu dindingnya, atau dengan suatu klep dalam kolom. Kecepatan angin diatur sedemikian rupa sehingga biji menjadi bersih dari sisa serabut, tetapi inti (berasal dari biji pecah dalam kempa) yang turut terhembus supaya sedikit mungkin.

Biji yang jatuh ditampung kedalam suatu teromol yang datar berputar dan di lengkapi dengan sejumlah sudu-sudu yang membantu mengangkat biji ke titik tertinggi. Pada waktu biji jatuh kembali, karena aliran angin di dalamnya, sisa serabut akan terhembus masuk ke dalam kolom. Biji dalam teromol akan saling bergesekan dan saling memoles. Dengan demikian biji yang keluar akan bersih dari sisa serabut yang masih melekat.

e. Pengendapan (Pemisahan Minyak dari Air)

Minyak mentah berupa cairan yang ditiriskan dari bejana peremas dan yang diperas oleh kempa terdiri atas campuran minyak, air dan sisa-sisa sel, serta potongan-potongan serabut halus dan cangkang halus. Sebagian besar minyak berupa minyak bebas yang terutama berasal dari tirisan bejana peremas. Sisanya adalah minyak yang sangat tercampur dengan air, terutama berasal dari perasan kempa.


(24)

Upaya pertama adalah memisahkan serabut dan cangkang halus dengan menyaring minyak mentah pada saringan getar melalui kawat saringan ukuran 30 mesh/inci, atau saringan bertingkat dua, dengan ukuran 16 dan 40 mesh/inci. Zat padat yang tersaring dikemblikan ke bejana peremas. Sebelum atau pada saat penyaringan biasanya ditambahkan air panas (sekaligus pembilas kempa atau saringan) untuk mengurangi viskositas minyak mentah sehingga memudahkan pemisahan minyak dari drab pada pengendapan berikutnya.

Pengendapan dilakukan secara bersinambungan dalam suatu bak horizontal yang terdiri atas tiga ruangan. Ruangan pertama tempat pemanasan minyak mentah dengan uap langsung agar kembali mencapai suhu 950 C. Ruangan kedua tempat berlangsungnya pengendapan. Di sini cairan harus mengalir dengan tenang tanpa ada pemanasan lagi. Waktu pengendapan disini sekitar 1-1,5 jam. Ruangan ketiga tempat pengeluaran drab. Sisa minyak yang masih terdapat dalam drab dikutip lagi dengan pengendapan dalam alat sentrifus dengan gaya sentrifugal.

f. Pengeringan Biji (Pemisahan inti dari biji)

Sebelum inti dapat dilepaskan dari biji, biji perlu dikeringkan terlebih dahulu. Dengan pengeringan ini inti akan lekang dari cangkang dan cangkang menjadi lebih rapuh.Kadar air yang semula sekitar 25 % akan diturunkan menjadi 8-10 %.

Pengeringan dilakukan dalam suatu silo pengering, biasanya berupa ruangan berisi empat yang volumenya 55 m3. Biji dicurahkan dari bagian atas silo, dan berlawanan arah dengan ini terdapat aliran angin panas yang dihembuskan dari bagian bawah dan dari bagian tengah. Pengeringan berlangsung lambat selama 12-14 jam pada suhu 600 C. Kapasitasnya adalah 2.5 ton biji/jam atau 15 ton TBS/jam.


(25)

Pembersihan dan pengeringan biji adalah untuk mencapai efisiensi pemecahan yang tinggi. Pemecahan biji dilakukan dalam alat pemecah sentrifugal. Pemecah biji terdiri atas suatu rotor berputaran tinggi yang dilengkapi dengan sejumlah alur atau celah radial di sepanjang mukanya.Biji yang dimasukkan melalui rotor akan terlempar melalui celah ke arah cincin pemecah dengan gaya sentripetal.

h. Pemisahan Cangkang

Campuran pecahan terdiri atas cangkang, inti, dan biji tak pecah. Pemisahan inti dari campuran tersebut dilakukan berdasarkan perbedaan bentuk antara inti dan cangkang atau perbedaan berat jenis inti dari cangkang dan biji. Prinsip pemisahan tersebut dapat diterapkan dalam lingkungan (media) larutan atau suspensi, air jernih, atau angin.

2.4.3 Pemurnian

a. Pemurnian Minyak Sawit

Minyak yang dikutip dari tangki pengendapan masih mengandung sekitar 0.5 % air dan sejumlah kotoran. Ini dipisahkan dengan sentrifus berputaran tinggi, biasanya kadar air akan turun menjadi 0.25%, dan kadar kotoran menjadi sekitar 0.01%.

b. Pengeringan Minyak Sawit

Untuk mendapatkan kadar air yang diinginkan minyak masih harus dikeringkan. Untuk itu sebaiknya dipakai pengering vakum pada suhu relative rendah, agar minyak tidak teroksidasi pada waktu pengeringan pada suhu tinggi. Selesai pengeringan minyak harus didinginkan sampai di bawah 500 C untuk mencegah oksidasi pada waktu pemasukan ke tangki timbun.


(26)

Inti basah yang terkutip pada hidrosilon atau lumur pemisah harus dikeringkan secepatnya untuk menghindari perusakan mutu oleh kegiatan mikroba. Untuk itu dilakukan sterilisasi melalui pemanasan dengan uap sampai suhu minimum 900 C. Selanjutnya pengeringan dilakukan dalam silo dengan mengalirkan angin panas melalui inti, seperti pada pengeringan biji.

d. Pembersihan Inti Sawit

Setelah pengeringan, inti dimasukkan dalam karung. Salah satu persyaratan mutu inti ialah kadar kotorannya tidak boleh melebihi 2.75%.Cangkang dan kotoran lain yang masih terdapat dalam inti kering dapat dipisahkan atau dipilih dengan tangan atau dengan hembusan angin (Winnowing)

2.4.4 Pengemasan dan Penimbunan

Minyak dan inti sawit hasil pemurnian tidak selamanya dapat langsung dikirim untuk dipasarkan. Untuk sementara waktu masih perlu ditimbun di pabrik. Biasanya ruang timbun yang diperlukan cukup untuk produksi satu bulan. (Mangoensoekarjo,2003)

2.5 Jenis Lemak dan Minyak

a. Minyak Goreng

Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar panas, penambah rasa gurih dan penambah nilai kalori bahan pangan. Mutu minyak goring ditentukan oleh titik asapnya , yaitu suhu pemanasan minyak sampai terbentuk aktolein yang tidak diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Hidrasi gliserol akan membentuk aldehida tak jenuh atau aktolein tersebut. Makin tinggi titik asap, makin baik mutu minyak goreng itu. Titik asap suatu minyak goreng tergantung dari kadar


(27)

gliserol bebas. Lemak yang telah digunakan untuk menggoreng titik asapnya akan turun, karena telah terjadi hidrolisis molekul lemak. Karena itu untuk menekan terjadinya hidrolisis, pemanasan lemak atau minyak sebaiknya dilakukan pada suhu yang tidak terlalu tinggi dari seharusnya. Pada umumnya suhu penggorengan adalah 177 – 221 oC .

b. Mentega

Mentega merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira – kira 18% air terdispersi di dalam 80% minyak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai zat pengemulsi (Emulsifier). Mentega dapat dibuat dari lemak susu yang manis ( Sweet

Cream) atau yang asam.

c. Margarin

Margarin atau Oleo Margarine pertama dibuat orang dan dikembangkan tahun 1869 oleh Mege Mories dengan menggunakan lemak sapi. Margarin merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa dan nilai gizi yang hampir sama. Margarin juga merupakan emulsi air dalam minyak dengan persyaratan mengandug tidak kurang 80% lemak. Lemak yang digunakan dapat berasal dari lemak hewani atau lemak nabati. Lemak hewani yang digunakan biasanya lemak sapi (Oleo

Oil) dan lemak babi ( Lard), sedangkan lemak nabati yang digunakan adalah minyak

kelapa, minyak kelapa sawit, minyak kedelai dan minyak biji kapas. Karena minyak nabati pada umumnya dalam bentuk cair, maka harus dihidrogenasi lebih dahulu menjadi lemak padat, yang berarti margarin harus bersifat plastis, padat pada suhu ruang, agak keras pada suhu rendah dan segera dapat mencair dalam mulut.


(28)

d. Shortening atau Mentega Putih

Shortening adalah lemak padat yang mempunyai sifat plastis dan kestabilan

tertentu, umumnya berbentuk putih sehingga sering disebut mentega putih. Bahan ini diperoleh dari hasil pencampuran dua tau lebih lemak, atau dengan cara hidrogenasi. Mentega putih ini banyak digunakan dalam bahan pangan terutama pada pembuatan

cake atau kue yang dipanggang. Fungsinya adalah untuk memperbaiki cita rasa,

struktur, tekstur, keempukan dan memperbesar volume roti/kue. ( Winarno, 1997 )

2.6 Penentuan Kadar Lemak dan Minyak

Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid dan pigmen yang lain. Karena itu hasil analisanya disebut lemak kasar (crude fat). Pada garis besarnya analisa “lemak kasar” ada dua macam, yaitu cara kering dan cara basah.

Pada cara kering bahan dibungkus atau ditempatkan dalam thimble, kemudian dikeringkan dalam oven untuk menghilangkan airnya. Pemanasan harus secepatnya dan dihindarkan suhu yang terlalu tinggi untuk itu dianjurkan dengan vakum oven (suhu 700C) dengan tekanan vakum. Karena sample kering maka pelarut yang dipilih harus bersifat tidak menyerap air.

Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dikerjakan secara terputus-putus atau bersinambungan. Ekstraksi secara terputus dijalankan dengan alat soxhlet atau alat ekstraksi ASTM (American Society Testing Material), sedangkan cara bersinambungan dengan alat Goldfisch atau ASTM yang dimodifikasi. (Sudarmadji, 1989)


(29)

2.7 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan wet rendering), mechanical expression dan solvent extraction.

2.7.1 Rendering

Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.

Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu : wet rendering dan dry rendering.

a. Wet Rendering

Wet rendering adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air

selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Penggunaan temperatur rendah dalam proses wet

rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang

akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang dilengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 500 C sampai diaduk. Minyak yang diekstraksi akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan.


(30)

b. Dry Rendering

Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses

berlangsung. Dry rendering dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk (agitator). Bahan yang diperkirakan mengandung minyak atau lemak dimasukkan kedalam ketel tanpa penambahan air. Bahan tadi dipanaskan sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 2200 F sampai 2300 F (1050 C- 1100 C). Ampas bahan yang telah diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dipisahkan dari ampas yang telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel.

2.7.2 Pengepressan Mekanis (Mechanical Expression)

Pengepressan mekanik merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70 persen). Pada pengepressan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.

Dua cara yang umum dalam pengepressan mekanis, yaitu pengepressan hidraulik (hydraulic pressing) dan pengepressan berulir (expeller pressing).

a. Pengepressan Hidraulik (hydraulic pressing)

Pada cara hydraulic pressing, bahan dipress dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang diekstraksi tergantung dari lamanya pengepressan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi


(31)

sekitar 4 sampai 6 persen, tergantung dari lamanya bungkil ditekan di bawah tekanan hidraulik.

b. Pengepressan Berulir (Expeller Pressing)

Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur 2400 F (115,50 C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5 persen, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak sekitar 4-5 persen.

2.7.3 Ekstraksi dengan pelarut (Solvent Extraction)

Prinsip dari proses ini adalah ekstraksi dengan melarutkan minyak dalam pelarut minyak dan lemak. Pada cara ini dihasilkan bungkil dengan kadar minyak yang rendah yaitu sekitar 1 persen atau lebih rendah, dan mutu minyak kasar yang dihasilkan cenderung menyerupai hasil dengan cara expeller pressing, karena sebagian fraksi bukan minyak akan ikut terekstraksi. Pelarut minyak atau lemak yang biasa dipergunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut menguap adalah petroleum eter, gasoline karbon disulfide, karbon tetraklorida, benzene dan n-heksan. (Ketaren, 2005)

2.8 Ekstraksi dengan Alat Ekstraksi Soxhlet

Sejumlah sampel ditimbang dengan teliti dimasukkan kedalam timbal yang data dibuat dari kertas saring atau alandum (Al2O3) yang poreus. Ukuran timbal

dipilih sesuai dengan besarnya soxhlet yang digunakan. Besarnya ukuran sampel adalah lolos saringan 40 mesh. Diatas sampel dalam timbal ditutup dengan kapas bebas lemak supaya partikel bahan/sampel tidak ikut terbawa aliran pelarut. Selanjutnya labu godok dipasang berikut kondensornya. Pelarut yang digunakan


(32)

sebanyak 1.5-2 kali isi tabung ekstraksi. Pemanasan sebaiknya menggunakan penangas air untuk menghindari bahaya kebakaran atau bila terpaksa menggunakan kompor listrik harus dilengkapi dengan pembungkus labu dari asbes. Lipida akan terekstraksi dan melalui sifon terkumpul kedalam labu godok. Pada akhir ekstraksi yaitu kira-kira 4-6 jam, labu godok diambil dan ekstrak dituang kedalam botol timbang atau cawan porselin yang telah diketahui beratnya, kemudian pelarut diuapkan diatas penangas air sampai pekat. Selanjutnya dikeringkan dalam oven sampai berat konstan pada suhu 1000 C. Berat residu dalam botol timbang dinyatakan sebagai berat lemak atau lemak. Agar diperoleh lemak dan minyak bebas air dengan cepat maka pengeringan dapat menggunakan oven vakum. Selain cara diatas penentuan banyaknya lemak dapat pula diketahui dengan menimbang sampel padat yang ada dalam timbal setelah ekstraksi, dan sudah dikeringkan dalam oven sehingga diperoleh berat konstant. Selisih berat sebelum dengan sesudah ekstraksi merupakan berat minyak atau lemak yang ada dalam bahan tersebut. (Sudarmadji, 1989)

2.9 Kegunaan Minyak Sawit

Minyak sawit sebagai bahan baku : - Mentega

- Minyak Goreng - Sabun

- Industri Farmasi (Vitamin A) - Pelumas (pembuatan lembaran baja) - Industri Kosmetika

- Lilin, dan lain sebagainya

Minyak inti sawit sebagai bahan baku : - Sabun

- Minyak Goreng, dan sebagainya


(33)

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-alat

- Neraca Analitis Sartorius - Gelas Beaker Pyrex

- Labu alas Pyrex

- Timbal _

- Spatula _

- Alat Soklet Pyrex

- Tissue _

- Tang Penjepit _

- Hot Plate thermostat magnetic stirer

- Desikator _

- Oven memmert

3.2 Bahan-bahan

- Fiber Hasil Pengepressan - Cangkang

- N-heksan

3.3 Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak

3.3.1 Prosedur Penentuan Kehilangan Minyak Pada fiber

- ditimbang gelas beaker kosong

- dimasukkan fiber kedalam gelas beaker sebanyak ± 15 gram kemudian ditimbang

- dimasukkan kedalam desikator selama ± 30 menit

- dikeringkan dalam oven selama 8 jam pada suhu 1050 C untuk menghilangkan kadar airnya

- didinginkan dalam desikator selama ± 30 menit dan ditimbang kembali - dimasukkan fiber kedalam timbal dan ditutup dengan tissue

- ditimbang labu alas kosong


(34)

- dimasukkan timbal kedalam alat soklet dan diekstraksi selama ± 4 jam

- dikeringkan sisa n-heksan yang ada dalam labu alas dengan soklet dilakukan hingga n-heksan benar-benar habis

- dilepas labu alas dari alat soklet dan dipanaskan dalam oven pada suhu 1050 C selama ± 30 menit untuk menghilangkan pelarut yang masih tertinggal di dalam minyak

- didinginkan di dalam desikator selama ± 30 menit - ditimbang labu alas berisi minyak

3.3.2 prosedur Penentuan Kehilangan Minyak Pada Cangkang

- ditimbang sebanyak 30 gram biji utuh dan secara hati-hati dipecahkan - ditimbang gelas beaker kosong

- dimasukkan cangkang kedalam gelas beaker sebanyak ± 20 gram kemudian ditimbang

- dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit

- dikeringkan dalam oven selama 8 jam pada suhu 1050 C untuk menghilangkan kadar airnya

- didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang kembali - dimasukkan cangkang kedalam timbal dan ditutup dengan tissu - ditimbang labu alas kosong

- dimasukkan sebanyak 250 ml n-heksan kedalam labu alas

- dimasukkan timbal kedalam alat soklet dan diekstraksi selama ± 4 jam

- dikeringkan sisa n-heksan yang ada dalam labu alas dengan soklet dilakukan hingga n-heksan benar-benar habis

- dilepas labu alas dari alat soklet dan panaskan di dalam oven pada suhu 1050 C selama ± 30 menit untuk menghilangkan pelarut yang masih tertinggal di dalam minyak

- didinginkan di dalam desikator selama 30 menit - ditimbang labu alas berisi minyak


(35)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Data Percobaan

Dapat dilihat dalam lampiran

4.1.2 Perhitungan

a. Kadar Air (Moisture)

Moisture : Sampel Kering Sampel Sampel wadah

Gelas( )+ −

x 100 %

b. Kehilangan Minyak (OLWB)

Kehilangan Minyak :

Sampel

Labu Gelas Extra

Sampel

Gelas ) ( )

( + −

x 100 %

Contoh Perhitungan Oil Losses Pada Cangkang :

Berat Gelas (wadah) : 63.4036 g Berat Sampel : 22.4134 g Berat Sampel Kering : 82.6977 g Berat Gelas + Sampel Extra : 97.4837 g Berat Gelas Labu : 97.3562 g

a. Kadar Air (Moisture)

Moisture : Sampel Kering Sampel Sampel wadah

Gelas( )+ −

x 100 %

: 4134 . 22 6977 . 82 ) 4134 . 22 4036 . 63 ( + −

x 100 %


(36)

b. Kehilangan Minyak (OLWB)

Kehilangan Minyak :

Sampel

Labu Gelas Extra

Sampel

Gelas ) ( )

( + −

x 100 %

: 4134 . 22 3562 . 97 4837 . 97 −

x 100 % : 0.56 %

Kehilangan minyak dan kadar air dalam cangkang untuk tanggal yang berbeda dapat dilihat dalam lampiran.

Contoh Perhitungan Oil Losses Pada Fiber :

Berat Gelas (wadah) : 63.4036 g Berat Sampel : 22.4134 g Berat Sampel Kering : 82.6977 g Berat Gelas + Sampel Extra : 97.4837 g Berat Gelas Labu : 97.3562 g

a. Kadar Air (Moisture)

Moisture : Sampel Kering Sampel Sampel wadah

Gelas( )+ −

x 100 %

: 2412 . 12 3420 . 66 ) 2412 . 12 2311 . 59 ( + −

x 100 %

: 41.91 %

b. Kehilangan Minyak (OLWB)

Kehilangan Minyak :

Sampel

Labu Gelas Extra

Sampel

Gelas ) ( )

( + −

x 100 %

: 2412 . 12 5240 . 94 1046 . 95 −

x 100 % : 4.74 %


(37)

Kehilangan minyak dan kadar air dalam fiber pada screw press I-IV untuk tanggal yang berbeda dapat dilihat dalam lampiran.

4.2 Pembahasan

Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain. Kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.

Terjadinya kehilangan minyak dalam ampas ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

- Tekanan Kempa

Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa.

- Putaran Kempa

Dengan putaran yang lebih tinggi kapasitas kempa lebih tinggi, tetapi dilain pihak kehilangan minyak dalam ampas menjadi tinggi pula.

- Kapasitas Kempa

Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran kempa. Apabila kapasitas terlalu rendah dibandingkan dengan putaran kempa maka biji pecah meningkat.

Kehilangan minyak yang terjadi pada biji adalah minyak yang melekat pada biji yang keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung pada kondisi pengempaan, sama seperti untuk kehilangan minyak dalam ampas kempa, yaitu tekanan kempa, putaran kempa, dan kapasitas kempa.

Berdasarkan data yang diperoleh, persentasi kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan yang terjadi pada Screw Press I-IV adalah 4,02 %, 3,74 %, 3,84 % dan 3,72 %, Sedangkan kehilangan minyak pada cangkang adalah 0,52 %, dimana persentasi kehilangan minyak yang diperoleh masih sesuai dengan persentasi yang ditetapkan oleh pabrik.


(38)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh, persentasi kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan pada screw press I-IV adalah 4,02%, 3,74%, 3,84% dan 3,72%, sedangkan kehilangan minyak pada cangkang adalah 0,52%.

5.2 Saran

Terjadinya kehilangan minyak tidak dapat dihindarkan, Oleh karena itu sebaiknya pihak pabrik memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kehilangan minyak seperti tekanan kempa, putaran kempa, dan kapasitas kempa sehingga persentasi kehilangan minyak menjadi sekecil mungkin.


(39)

(40)

Tabel 1. Data Penentuan Kehilangan Minyak Pada Cangkang

No. Tanggal

Brt.

Gelas Sampel Sampel Gelas+Sampel Brt.gelas Moisture OLWB

(wadah) basah Kering Extra Labu

(g) (g) (g) (g) (g) (%) (%)

1 2 jan ‘09 63.404 22.41 82.698 97.4837 97.36 13.92 0.57

2 3 jan ‘09 63.401 18.31 79.206 94.5456 94.48 13.67 0.34

3 5 jan ‘09 60.673 19.55 77.621 96.6764 96.59 13.32 0.44

4 6 jan ‘09 60.677 21.29 78.955 99.4465 99.31 14.15 0.63

5 7 jan ‘09 63.407 20.55 81.097 99.0948 99.04 13.93 0.26

6 8 jan ‘09 63.407 25.61 85.862 94.3861 94.22 12.31 0.64

Keterangan :

Moisture : Kadar air


(41)

Tabel 2. Data Penentuan Kehilangan Minyak Pada Fiber

No. Tanggal screw Brt.Gelas Sampel Sampel Gelas + Brt.Gelas Moisture OLWB

press (wadah) Basah Kering Smpl. Extra Labu

(g) (g) (g) (g) (g) (%) (%)

1 29 des ‘09 I 59.2311 12.241 66.342 95.1046 94.524 41.91 4.7

II 60.1544 13.124 67.8082 96.9756 96.446 41.681 4.0

III 58.8213 10.42 65.2795 94.9418 94.48 38.023 4.43

IV 58.8892 12.34 65.882 97.8561 97.3556 43.333 4.06

2 30 des ‘09 I 58.652 11.424 65.5241 96.7332 96.3751 39.843 3.1

II 58.8312 11.676 65.798 96.9921 96.5237 40.332 4.01

III 59.0564 11.137 65.7467 94.4589 94.1162 39.926 3.0

IV 60.1232 11.664 66.8237 95.267 94.8214 42.555 3.82

3 31 des ‘09 I 60.5962 12.453 67.5241 98.6264 98.1346 44.369 3.9

II 59.5014 10.749 65.7394 64.8516 94.4227 41.969 3.99

III 61.0209 12.28 68.4665 95.0972 94.4823 39.366 5.0

IV 58.4216 11.554 65.798 96.7231 96.3517 36.155 3.21

4 03 jan ‘09 I 58.7791 12.586 66.1421 95.2714 94.5623 41.498 5.63

II 58.7267 12.488 65.8293 97.9442 97.5361 43.125 3.27

III 58.7197 10.718 64.7682 97.0048 96.5918 43.564 3.85

IV 58.7244 12.058 65.7093 97.9664 97.5442 42.073 3.50

5 05 jan ‘09 I 58.5302 11.624 65.7683 96.832 96.445 37.731 3.32

II 59.2264 11.152 65.7734 94.5441 94.1266 41.294 3.74

III 59.0517 10.95 65.6736 94.9018 94.4878 39.525 3.78

IV 60.1695 11.426 67.5466 96.9561 96.4522 35.433 4.41

6 06 jan ‘09 I 59.6025 11.956 65.1944 94.8251 94.3902 53.231 3.63

II 59.2566 11.143 65.7364 94.6421 94.2633 41.848 3.39

III 58.7149 12.068 65.8088 97.9464 97.6022 41.219 2.85

IV 59.1445 12.427 66.7366 95.7388 95.3226 38.905 3.34

Keterangan :

Moisture : Kadar air


(1)

b. Kehilangan Minyak (OLWB) Kehilangan Minyak :

Sampel

Labu Gelas Extra

Sampel

Gelas ) ( )

( + −

x 100 %

: 4134 . 22 3562 . 97 4837 . 97 −

x 100 %

: 0.56 %

Kehilangan minyak dan kadar air dalam cangkang untuk tanggal yang berbeda dapat dilihat dalam lampiran.

Contoh Perhitungan Oil Losses Pada Fiber :

Berat Gelas (wadah) : 63.4036 g Berat Sampel : 22.4134 g Berat Sampel Kering : 82.6977 g Berat Gelas + Sampel Extra : 97.4837 g Berat Gelas Labu : 97.3562 g

a. Kadar Air (Moisture) Moisture : Sampel Kering Sampel Sampel wadah

Gelas( )+ −

x 100 %

: 2412 . 12 3420 . 66 ) 2412 . 12 2311 . 59 ( + −

x 100 %

: 41.91 %

b. Kehilangan Minyak (OLWB) Kehilangan Minyak :

Sampel

Labu Gelas Extra

Sampel

Gelas ) ( )

( + −

x 100 %

: 2412 . 12 5240 . 94 1046 . 95 −

x 100 %


(2)

Kehilangan minyak dan kadar air dalam fiber pada screw press I-IV untuk tanggal yang berbeda dapat dilihat dalam lampiran.

4.2 Pembahasan

Pada prinsipnya proses pengolahan kelapa sawit adalah proses ekstraksi CPO secara mekanis dari tandan buah segar kelapa sawit (TBS) yang diikuti dengan proses pemurnian. Secara keseluruhan proses tersebut terdiri dari beberapa tahap proses yang berjalan secara sinambung dan terkait satu sama lain. Kegagalan pada satu tahap proses akan berpengaruh langsung pada proses berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan norma-norma yang ada.

Terjadinya kehilangan minyak dalam ampas ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu :

- Tekanan Kempa

Makin tinggi tekanan kempa makin rendah kadar minyak dalam ampas kempa, tetapi makin banyak biji yang pecah dalam kempa.

- Putaran Kempa

Dengan putaran yang lebih tinggi kapasitas kempa lebih tinggi, tetapi dilain pihak kehilangan minyak dalam ampas menjadi tinggi pula.

- Kapasitas Kempa

Kapasitas kempa dapat diatur dengan penyesuaian putaran kempa. Apabila kapasitas terlalu rendah dibandingkan dengan putaran kempa maka biji pecah meningkat.

Kehilangan minyak yang terjadi pada biji adalah minyak yang melekat pada biji yang keluar dari mesin kempa. Banyaknya tergantung pada kondisi pengempaan, sama seperti untuk kehilangan minyak dalam ampas kempa, yaitu tekanan kempa, putaran kempa, dan kapasitas kempa.

Berdasarkan data yang diperoleh, persentasi kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan yang terjadi pada Screw Press I-IV adalah 4,02 %, 3,74 %, 3,84 % dan 3,72 %, Sedangkan kehilangan minyak pada cangkang adalah 0,52 %, dimana persentasi kehilangan minyak yang diperoleh masih sesuai dengan persentasi yang ditetapkan oleh pabrik.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh, persentasi kehilangan minyak pada fiber hasil pengepressan pada screw press I-IV adalah 4,02%, 3,74%, 3,84% dan 3,72%, sedangkan kehilangan minyak pada cangkang adalah 0,52%.

5.2 Saran

Terjadinya kehilangan minyak tidak dapat dihindarkan, Oleh karena itu sebaiknya

pihak pabrik memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

kehilangan minyak seperti tekanan kempa, putaran kempa, dan kapasitas kempa


(4)

(5)

Tabel 1. Data Penentuan Kehilangan Minyak Pada Cangkang

No. Tanggal

Brt.

Gelas Sampel Sampel Gelas+Sampel Brt.gelas Moisture OLWB (wadah) basah Kering Extra Labu

(g) (g) (g) (g) (g) (%) (%)

1 2 jan ‘09 63.404 22.41 82.698 97.4837 97.36 13.92 0.57

2 3 jan ‘09 63.401 18.31 79.206 94.5456 94.48 13.67 0.34

3 5 jan ‘09 60.673 19.55 77.621 96.6764 96.59 13.32 0.44

4 6 jan ‘09 60.677 21.29 78.955 99.4465 99.31 14.15 0.63

5 7 jan ‘09 63.407 20.55 81.097 99.0948 99.04 13.93 0.26

6 8 jan ‘09 63.407 25.61 85.862 94.3861 94.22 12.31 0.64

Keterangan :

Moisture : Kadar air


(6)

Tabel 2. Data Penentuan Kehilangan Minyak Pada Fiber

No. Tanggal screw Brt.Gelas Sampel Sampel Gelas + Brt.Gelas Moisture OLWB press (wadah) Basah Kering Smpl. Extra Labu

(g) (g) (g) (g) (g) (%) (%) 1 29 des ‘09 I 59.2311 12.241 66.342 95.1046 94.524 41.91 4.7 II 60.1544 13.124 67.8082 96.9756 96.446 41.681 4.0 III 58.8213 10.42 65.2795 94.9418 94.48 38.023 4.43 IV 58.8892 12.34 65.882 97.8561 97.3556 43.333 4.06 2 30 des ‘09 I 58.652 11.424 65.5241 96.7332 96.3751 39.843 3.1

II 58.8312 11.676 65.798 96.9921 96.5237 40.332 4.01 III 59.0564 11.137 65.7467 94.4589 94.1162 39.926 3.0 IV 60.1232 11.664 66.8237 95.267 94.8214 42.555 3.82 3 31 des ‘09 I 60.5962 12.453 67.5241 98.6264 98.1346 44.369 3.9

II 59.5014 10.749 65.7394 64.8516 94.4227 41.969 3.99 III 61.0209 12.28 68.4665 95.0972 94.4823 39.366 5.0 IV 58.4216 11.554 65.798 96.7231 96.3517 36.155 3.21 4 03 jan ‘09 I 58.7791 12.586 66.1421 95.2714 94.5623 41.498 5.63 II 58.7267 12.488 65.8293 97.9442 97.5361 43.125 3.27 III 58.7197 10.718 64.7682 97.0048 96.5918 43.564 3.85 IV 58.7244 12.058 65.7093 97.9664 97.5442 42.073 3.50 5 05 jan ‘09 I 58.5302 11.624 65.7683 96.832 96.445 37.731 3.32 II 59.2264 11.152 65.7734 94.5441 94.1266 41.294 3.74 III 59.0517 10.95 65.6736 94.9018 94.4878 39.525 3.78 IV 60.1695 11.426 67.5466 96.9561 96.4522 35.433 4.41 6 06 jan ‘09 I 59.6025 11.956 65.1944 94.8251 94.3902 53.231 3.63 II 59.2566 11.143 65.7364 94.6421 94.2633 41.848 3.39 III 58.7149 12.068 65.8088 97.9464 97.6022 41.219 2.85 IV 59.1445 12.427 66.7366 95.7388 95.3226 38.905 3.34

Keterangan :

Moisture : Kadar air


Dokumen yang terkait

Analisa Kehilangan Minyak ( Oil Losses ) Pada Fiber Dari Hasil Pengepresan Screw Press Dengan Menggunakan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. Multimas Nabati Asahan

73 305 50

Analisis Penentuan Rendemen Minyak Sawit dari Derajat kematangan Buah Mentah, Buah Setengah Matang dan Buah Matang pada PTPN IV Unit Usaha Adolina Perbaungan

68 396 42

Analisa Kehilangan Minyak Berdasarkan Perbedaan Tekanan Pada Ampas Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PKS Rambutan PTPN III Tebing Tinggi

10 57 49

Analisa Mutu Produk Minyak Sawit Berdasarkan Metode Kaizen di PT. Perkebunan Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan

21 129 152

Upaya Memperkecil Kehilangan Minyak (Losses) Dengan Pengaturan Tekanan Screw Press Pada Ampas Press Pada Stasiun Pressing Di Pabrik Kelapa Sawit PTPN III Kebun Rambutan Tebing Tinggi

47 187 40

Penentuan Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Dari Unit Perebusan Yang Terdapat Pada Air Kondensat Dan Air Kolam Fat Fit Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di Ptpn Iii Pks Rambutan Tebing Tinggi

5 39 38

Penentuan Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Air Kondensat Unit Perebusan Di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi

4 70 38

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

7 58 52

ekstraksi minyak biji alpukat dengan metode sokletasi

3 22 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Analisa Kehilangan Minyak ( Oil Losses ) Pada Fiber Dari Hasil Pengepresan Screw Press Dengan Menggunakan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. Multimas Nabati Asahan

2 0 23