Riwayat Hidup Ibn Rusyd

Persia yang menghidupkan salah satu karakter filsafat Islam, dapat menampik klaim Barat ini. 43

B. Ibn Rusyd

1. Riwayat Hidup Ibn Rusyd

Ibn Rusyd 44 yang nama lengkapnya Abu al-Walid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Ahmad ibn Rusyd lahir di kota Cordova, pada tahun 1126 M520 H. 45 Ia berasal dari keluarga yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. Kakek dan bapaknya, sebagaimana Ibn Rusyd sendiri pernah menjadi hakim dan qâdî al-qudât di Cordova. 46 Ibn Rusyd juga seorang faqih besar yang menganut mazhab Maliki, salah satu mazhab yang mendominasi Maghrib dan Andalusia. Selain kedudukannya tadi, ia juga sangat aktif dalam kegiatan politik dan sosial 47 Pendidikan awalnya dimulai dari belajar al-Qur’an di rumahnya sendiri dengan ayahnya. Selanjutnya ia belajar ilmu-ilmu dasar keislaman seperti fiqh, ushul fiqh, hadis, ilmu kalam, bahasa Arab dan sastra. Dalam bidang fiqh, ia mempelajari dan menguasai kitab al Muwatta’ karya Imam Malik 94-179 H 716-795 M, pendiri 43 Ibid., h. 111, 44 Tentang sekilas Ibn Rusyd baca TJ. De Boer, The History of Philosophy in Islam, diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Edward R. Jone, New York; Dover Publication, Inc., 1967. h. 187 dan seterusnya. Termasuk Majid Fakhry, dalam A History of Islamic Philosophy, New York London: Columbia University Press, 1970, h. 302 dan seterusnya. Tentang Riwayat hidup Ibn Rusyd yang lebih lengkap baca karya Abbas Mahmud al-Aqqad, Ibn Rusyd, Mesir: Dâr al Maârif, t.t. . 45 Ibn Rusyd, Fasl al-Maqâl fî mâ bayna al-Hikmah wa as-Syarî’ah min al-Ittisâl, Muhammad Imarah ed, Mesir:Dâr al-Ma’ârif, t.t. , h. 5 46 Muhammad Iqbal, Ibn Rusyd dan Averroisme : sebuah pemberontakan terhadap agama, jakarta: Gaya Media Pratama, 2004, Cet. ke.1, h. 21-22 47 Ibn Rusyd, Fasl al-Maqâl, loc. cit. Mazhab Maliki, dari ayahnya. Seperti diketahui bahwa mazhab Maliki adalah mazhab mayoritas yang diamalkan muslim Spanyol. Ibn Rusyd sendiri adalah pengikut mazhab tersebut. 48 Selain kepada ayahnya sendiri, ia juga berguru kepada Abu Muhammad ibn Rizq dalam disiplin ilmu perbandingan hukum Islam fiqh al-ikhtilâf dan kepada Ibn Basykuwal di bidang hadis. Namun Ibn Rusyd kelihatannya lebih interes pada bidang yang pertama. Ini dapat dilihat dari indikasi bahwa ia akhirnya menjadi pengarang kitab Bidâyah al-Mujtahid wa Nihâyah al-Muqtashid, sebuah kitab fiqh yang lebih menitik beratkan pada pembahasan perbandingan mazhab. 49 Dalam bidang kedokteran dan filsafat, ia belajar pada Abu Ja’far Harun al- Tardjalli berasal dari Trujillo. Ia juga belajar pada Abu Marwan al-Djurrayyul. Selain itu, gurunya yang juga berjasa dalam bidang kedokteran adalah Ibn Zuhr Avenzoar, 1091-1162 M. Ibn Sina 980-1037 M juga memberi andil tidak langsung kepada Ibn Rusyd dalam bidang kedokteran. Ia mempelajari kitab al-Qânûn fî al- Tibb, sebuah kitab ensiklopedi tentang kedokteran karangan Ibn Sina. 50 Pada tahun 548 H 1153 M, Ibn Rusyd pergi ke Marakesh Marakusy, Maroko atas permintaan Ibn Tufail w. 581 H 1158 M, pengarang kitab roman filsafat terkenal Hayy Ibn Yaqzan yang ketika itu menjadi dokter pribadi Khalifah Abu Ya’kub Yusuf 558-580 H 1163-1184 M dari Dinasti Muwahhidun. Ibn Tufail 48 Muhammad Iqbal, loc. cit. 49 Ibid. 50 Ibid. memperkenalkannya kepada khalifah. Dengan pertemuan pertama antara Khalifah dan Ibn Rusyd, setelah menanyakan asal usul dan latar belakang Ibn Rusyd, khalifah menanyakan kepadanya tentang berbagai persoalan filsafat, termasuk pandangan kaum filosof sekitar masalah keqadiman alam. Ibn Rusyd menyangka bahwa pertanyaan ini merupakan jebakan khalifah, karena persoalan ini sangat krusial dan sensitif ketika itu. Apalagi sejak al-Gazâlî 1059-1111 M mengutuk kaum filosof dalam kitabnya Tahâfut al-Falâsifah, filsafat seakan-akan menjadi “barang haram” bagi umat Islam. Sebagai tindakan hati-hati, Ibn Rusyd menjawab bahwa dirinya tidak tertarik pada filsafat. 51 Ternyata dugaan Ibn Rusyd meleset. Khalifah yang pencinta ilmu ini malahan berdiskusi dengan Ibn Tufail tentang masalah-masalah diatas. Seperti air mengalir, Khalifah Ibn Ya’kub dengan fasih dan lancar menjelaskna persoalan tersebut dan mengutip pendapat-pendapat para filosof seperti Plato dan Aristoteles. Kedua mereka, Khlaifah dan Ibn Tufail, sama-sama terlibat dalam diskusi yang “berat” tersebut. Terlihat bahwa khalifah yang memang pencinta ilmu pengetahuan ini sangat menguasai persoalan filsafat, pendapat-pendapat para mutakallimn teolog, Plato dan Aristoteles. Ibn Rusyd kagum pada pengetahuan Khalifah yang dalam tentang filsafat. Karenanya, ia pun akhirnya berani menyatakan pendapatnya sendiri. Ketika akan pulang, khalifah memberi hadiah kepada Ibn Rusyd. 52 51 Ibid, h. 23 52 Ibid. Pertemuan pertama ini ternyata membawa berkah bagi Ibn Rusyd. Khalifah yang gandrung akan filsafat ini ingin mengakses karya-karya Aristoteles, tapi sulit memahami dan mencernanya secara langsung dari bahasa Yunani. Khalifah juga mengeluh karena buruknya terjemahan yang ada selam ini. Karena itu, Ibn Tufail meminta kepada Ibn Rusyd agar berkenan menterjemahkan dan menafsirkan karya- karya Aristoteles tersebut. Maka Ibn Rusyd pun bekerja memikul tugas tersebut. Selain itu, pertemuan ini juga mengantarkan Ibn Rusyd untuk menjadi Qâdi hakim agama di Seville. Setelah dua tahun mengabdi, Ibn Rusyd diangkat menjadi hakim agung di Cordova, jabatan yang juga pernah dipegang ayah dan kakeknya. Pada tahun 1182 ia kembali ke istana Muwahhidun di Marakesh menjadi dokter pribadi khalifah menggantikan Ibn Tufail yang sudah tua. 53 Pada 1184 khalifah Abu Ya’kub meninggal dunia dan digantikan oleh putranya Abu Yusuf ibn Ya’kub al-Mansur yang memerintah pada 578-595 H 1184- 1199 M. pada awal pemerintahannya, Khalifah Abu Yusuf al-Mansur juga menghormati Ibn Rusyd, sebagaimana perlakuan ayahnya, Abu Ya’kub. Namun, pada 1195 mulai terjadi kasak kusuk di kalangan tokoh agama. Mereka mulai menyerang filsafat dan para filosof. Inilah awal kehidupan pahit bagi Ibn Rusyd. Ia harus berhadapan dengan para pemuka agama yang memiliki pandangan sempit dan punya kepentingan serta ambisi-ambisi tertentu. Dengan segala cara, mereka pun memfitnah Ibn Rusyd. Akhirnya Ibn Rusyd diusir dari istana dan dipecat dari segala jabatannya. 53 Ibid. h. 24 Pada tahun 1195 ia diasingkan ke Lucena, sebuah perkampungan Yahudi yang terletak sekitar 50 km disebelah selatan Cordova. Buku-bukunya dibakar di depan umum, kecuali yang berkaitan dengan bidang kedokteran, matematika serta astronomi yang tidak dibakar. Semua kegiatan berpikir bebas dilarang dan berfilsafat dianggap membahayakan akidah Islam. Bahkan Ibn Rusyd sendiri dituduh kafir, sesat dan menyesatkan orang lain. Selain Ibn Rusyd, terdapat juga beberapa tokoh fuqaha’ dan sastrawan lainnya yang mengalami nasib yang sama, yakni Abu ‘Abd Allah ibn Ibrahim hakim di Afrika, Abu Ja’far az-Zahabi, Abu Rabi’ al-Khafif dan Nafiz Abu al-‘Abbas. 54 Harun Nasution memberikan alasan yang senada tentang persoalan di atas, seperti dalam kutipan berikut ini: Sebagai filosof, pengaruhnya di kalangan istana tidak disenangi oleh kaum ulama dan kaum fuqaha……….Keadaan berbalik dan Ibn Rusyd dengan mudah dapat disingkirkan oleh kaum ulama dan fuqaha. Ia dituduh membawa falsafat yang menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam dan dengan demikian ditangkap dan disingkirkan ke suatu tempat bernama Lucena di daerah Cordova. Dengan timbulnya pengaruh kaum ulama dan fuqaha ini, kaum filosof mulai tidak disenangi lagi dan buku-buku mereka dibakar. 55 Setelah pemberontakan berhasil dipadamkan dan situasi kembali normal, khalifah menunjukan sikap dan kecenderungannya yang asli. Ia kembali memihak kepada pemikiran kreatif Ibn Rusyd, suatu sikap yang sebenarnya ia warisi dari ayahnya. Khalifah al-Mansur merehabilitasi Ibn Rusyd dan memanggilnya kembali ke istana. Ibn Rusyd kembali mendapat perlakuan hormat. Tidak lama setelah itu, 54 Ibid , h. 25 55 Harun Nasution, Fasafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta:Bulan Bintang, 1995, Cet. Ke-9, h. 47 pada 19 Safar 595 H 10 Desember 1197 Ibn Rusyd meninggal dunia di kota Marakesh. Beberapa tahun setelah ia wafat, jenazahnya dipindahkan ke kampung halamannya, Cordova. 56

2. Karya-karya Ibn Rusyd