Analisis Data Metode Penelitian

pembagiannya serta memimpin sendiri pelaksanaan pembagiannya. 22 Apabila keputusan hakim belum dapat memuaskan semua pihak bahkan ada beberapa pihak yang secara terang-terangan menyatakan kurang dapat menerima keputusan itu maka harta peninggalan itu di jual secara umum dan pendapatannya dibagi sama rata. Harta peninggalan dapat dibedakan dengan: 23 a. Peninggalan tidak terbagi Harta peninggalan yang tidak terbagi adalah seperti harta pusaka di Minangkabau, tanoh buway atau tanoh menyanak di Lampung, tanah tembawang di Daya Benawas, tanah kalakeran di Minahasa, tanah dati di Ambon. Biasanya harta kekayaan tersebut merupakan harta peninggalan turun-temurun dari zaman leluhur poyang, buyut dan merupakan milik bersama sekerabat sefamili, dan biasanya berada di bawah kekuasaan dan pengawasan tua-tua adat minang: penghulu, mamak kepala waris; lampung: punyimbang buway; minahasa: tua untaranak; ambon, kepala dati. Harta pusaka ini merupakan harta pusaka tinggi yang tidak terbagi pemiliknya, tetapi hanya terbagi hak pakainya seperti disebut di Minang ganggam bauntuik. Hak pakai atas harta pusaka itu dapat diwariskan dari pewaris kepada waris tertentu. Harta pusaka tinggi berupa tanah sawah atau tanah peladangan atau bangunan rumah adat lampung, nuwou balak adalah milik kerabat. Di Minangkabau rumah gadang atau sawah pusaka adalah kepunyaan kaum dimana ibu yang menjadi pusat penguasaannya. Harta pusaka ini bukan saja tidak dibagi tetapi juga tidak boleh dijual, kecuali dalam keadaan terpaksa hanya boleh digadai minang, disando dengan empat syarat sebagai berikut: 24 1. Adat tak berdiri, artinya pada rumah famili itu sudah harus ada penghulu atau sudah lama pusaka terbenam tidak dapat ditimbulkan karena tiada penghulu, karena belum cukup biaya untuk mengisi adat, maka untuk itu boleh sawah pusaka digadai. 22 Tolib Setiady, 2009, op. cit, hal. 296. 23 Hilman Hadikusuma, 2003, loc. cit, hal. 38. 24 Hilman Hadikusuma, 2003, Ibid. Hal. 38. 2. Rumah gedang ketirisan, artinya rumah adat itu sudah bocor atau rusak, atap dindingnya perlu perbaikan, sedang uang kas suku tidak ada, maka untuk itu sawah atau harta pusaka boleh digadaikan. 3. Gadis gedang tak berlaki, artinya ada gadis yang sudah cukup dewasa, ada pria yang mau semenda, tetapi biaya tidak ada, maka boleh harta pusaka digadai untuk biaya penjemput bakal suaminya dan biaya perkawinannya. 4. Mayat terbujur tengah rumah, artinya ada yang wafat, lebih-lebih jika yang wafat itu penghulu, maka boleh harta pusaka digadai untuk biaya sejak ia sakit sampai wafatnya. Jadi harta pusaka tinggi tidak terbagi adalah karena kedudukannya sebagai milik kerabat dan fungsi hukum adanya untuk kehidupan kerabat bersangkutan. Selama masyarakat hukum adat itu ada, ada pengurus, ada harta kekayaan dan ada warga adatnya yang setia, maka selama itu ia tidak terbagi-bagi pemilikannya secara perseorangan. Namun demikian apabila warga adat telah bertambah banyak, berdasarkan musyawarah dan mupakat kerapatan adat dapat dilaksanakan pemisahan rumah atau dilaksanakan pemisahan kerapatan kerabat, sehingga kerabat yang berpisah mempunyai penghulu dan harta pusaka sendiri. 25 Antara apa yang disebut harta pusaka tinggi dan harta pusaka rendah nampaknya tidak dapat ditarik garis pemisah yang tegas, tergantung keadaan kerabatnya. Dapat diperkirakan bahwa yang digolongkan harta pusaka tinggi adalah semua harta yang merupakan hak dan kewajiban bersama anggota kerabat dari satu keturunan yang besar dan telah berlaku dalam beberapa generasi. Harta pusaka rendah adalah semua harta peninggalan dari satu atau dua angkatan kerabat, misal dari satu kakek atau nenek kepala keturunan yang meliputi kesatuan anggota kerabat yang tidak begitu besar. 26 Harta pusaka ini merupakan harta bersama kerabat yang tidak terbagi-bagi pemilikannya dan akan terus dapat bertambah dengan masuknya harta pencaharian dari para ahli warisnya. Harta pusaka rendah dapat berwujud harta atau barang yang terbatas nilai dan banyaknya. 25 Hilman Hadikusuma, 2003, Ibid. Hal. 38. 26 Hilman Hadikusuma, 2003, ibid, hal. 39.

Dokumen yang terkait

Kedudukan Janda Terhadap Harta Peninggalan Suami Menurut Hukum Waris Adat Bali (Studi Penelitian Pada Masyarakat Bali Di Desa Kertalangu, Kecamatan Kesiman Kabupaten Badung Denpasar Timur)

9 92 150

INDUSTRI GARAM MASYARAKAT MADURA(Studi Tentang Industri Garam di Desa Lembung, Kecamatan Galis,Kabupaten Pamekasan, Madura)

0 4 2

KAJIAN YURIDIS TENTANG HAK WARIS JANDA TANPA ANAK TERHADAP HARTA BENDA ALMARHUM SUAMINYA MENURUT HUKUM WARIS ADAT OSING DI BANYUWANGI

0 4 17

TINJAUAN YURIDIS TENTANG HAK JANDA DALAM PEMBAGIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT JAWA Tinjauan Yuridis Tentang Hak Janda Dalam Pembagian Warisan Menurut Hukum Adat Jawa (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Sukoharjo).

0 1 18

KAJIAN YURIDIS PEMBAGIAN HARTA WARISAN BAGI ANAK DI LUAR PERKAWINAN BERDASARKAN HUKUM WARIS ADAT Kajian Yuridis Pembagian Harta Warisan Bagi Anak Di Luar Perkawinan Berdasarkan Hukum Waris Adat Di Desa Kaliwiro Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo.

0 1 12

KAJIAN YURIDIS PEMBAGIAN HARTA WARISAN BAGI ANAK DI LUAR PERKAWINAN BERDASARKAN HUKUM WARIS ADAT Kajian Yuridis Pembagian Harta Warisan Bagi Anak Di Luar Perkawinan Berdasarkan Hukum Waris Adat Di Desa Kaliwiro Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo.

0 1 19

(Studi Kasus di Dusun Galis Utara, Desa Galis, Dominasi Orang Tua Terhadap Bakat Anak (Studi Kasus Di Dusun Galis Utara, Desa Galis, Kecamatan Galis, Kabupaten Pamekasan, Madura).

0 2 15

KEDUDUKAN HUKUM AHLI WARIS BERALIH AGAMA TERHADAP HARTA WARISAN MENURUT HUKUM ADAT BALI DI KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI-BALI.

0 0 1

Hak ahli waris terhadap harta warisan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

0 0 5

ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN HARTA CALON SUAMI KEPADA CALON ISTRI PASCAPERTUNANGAN DI DESA PAKA'AN DAJAH KECAMATAN GALIS KABUPATEN BANGKALAN MADURA.

0 0 90