Sumber daya manusia Ketenagaan

kesehatan ditinjau dari nilai-nilai Islam yang ada berdasarkan Al-Qur’an dan Sunah Rasulullah Saw.

1. Sumber daya manusia

Mengenai sumber daya manusia pada poli RM, ada dua point yang akan dianalisis oleh penulis yaitu mengenai kemampuan sumber daya manusianya akan pekerjaan yang mereka jalani dan kemudian tentang sistem pembayaran gaji kepada masing-masing sumber daya manusia poli RM Rumah Sakit Ananda. Sumber daya manusia merupakan hal terpenting dalam sebuah badan usaha. Poli RM merekrut sumber daya manusia untuk memberikan pelayanan sesuai dengan prosedur baku dalam standar operasional pelayanan rehabilitasi medik. Sumber daya yang ada harus mengerti akan tugas dan tanggung jawab masing-masing dan menguasai keilmuan mengenai pekerjaan yang mereka jalani. Poli RM memiliki dua orang dokter spesialis rehabilitasi medik lulusan S2 kedokteran rehabilitasi medik dan enam orang tenaga terapis kesemuanya lulusan keperawatan dan telah mengikuti pelatihan rehabilitasi medik. Semuanya merupakan orang-orang yang berkompeten di bidangnya serta menguasai pekerjaan mereka dengan dasar keilmuan yang telah mereka dapatkan. Melihat latar belakang pendidikan dari masing-masing sumber daya manusianya, maka tentunya mereka sudah mengerti tentang tanggung jawabnya masing-masing sesuai dengan jabatan yang ditempatinya. Penempatan sumber daya manusia pada Poli RM sesuai dengan nilai-nilai Islam, karena dalam penempatannya didasarkan pada konsep objektivitas yaitu bahwa seseorang harus diberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya bukan karena faktor-faktor lainnya. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban masing-masing begitu juga dengan hak dan kewajiban yang dimiliki oleh tenaga terapis poli RM. Disamping menjalankan kewajibannya untuk mengerjakan apa yang telah di amanatkan kepadanya dalam bentuk pekerjaan sesuai dengan prosedur yang berlaku, setelah menjalankan tugasnya, maka pemilik poli RM wajib memberikan gaji atau upah sebagai hak mereka. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa antara pemilik poli RM dengan tenaga terapisnya memiliki sebuah perjanjian yang diantaranya mengenai pembayaran upah dengan menggunakan sistem bagi hasil yang dihitung dari jumlah pasien yang datang untuk melakukan terapi. Persentase bagi hasil ini berbeda antara fisioterapis, okupasi terapis dan terapis wicara. Dengan pembagian 30 untuk fisioterapis, 25 okupasi terapis dan 25 untuk terapis wicara. Fisioterapis mendapatkan persentase paling besar dikarenakan fisioterapi merupakan sumber penghasilan terbesar bagi poli RM bila dibandingkan dengan terapis wicara dan okupasi terapi, dan jumlah tenaga fisioterapis lebih banyak dibandingkan dengan okupasi terapis dan terapis wicara. 22 Sistem bagi hasil ini merupakan sebuah nilai plus bagi poli RM, dengan menggunakan prinsip mudharabah dalam sistem pembayaran gaji tenaga terapis. Yaitu kerjasama antara pemilik poli RM sebagai orang yang memiliki modal dengan tenaga terapis orang yang memiliki keahlian untuk melakukan pelayanan 22 Laporan keuangan dan obat periode 26 Agustus – 25 september 2006. kesehatan rehabilitasi medik dengan pembagian persentase yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Dengan begitu pendapatan yang diterima oleh tenaga terapis sesuai dengan jumlah pendapatan yang diterima oleh poli RM semakin besar pendapatan yang diterima semakin besar pula jumlah bagi hasil yang diterima oleh tenaga terapis. Karena suatu usaha tidak akan selamanya mengalami keuntungan yang besar adakalanya usaha tersebut hanya mengalami sedikit keuntungan atau bahkan tidak mendapatkan keuntungan sama sekali. Penggunaan sistem bagi hasil ini sesuai dengan konsep maksimasi yaitu dengan menggunakan sistem bagi hasil, karena dengan adanya rasa memiliki terhadap poliklinik rehabilitasi medik tempat mereka bekerja, akan timbul suatu usaha untuk bekerja seefektif mungkin dalam melayani pasien, dengan begitu biaya operasional yang tidak perlu dapat ditekan sekecil mungkin sehingga menghasilkan pendapatan yang besar tanpa mengurangi kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan.

2. Pelayanan Kesehatan terhadap Pasien