PT. Garuda Indonesia terlambat melakukan prestasi yaitu membayar ganti

dengan ketentuanPasal 1365 KUHPerdatayang berbunyi :“Tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut” Gugatan dapat diajukan di Pengadilan Negeri atau tempat kantor pusat maskapai tersebut berlokasi. Namun sebelum mengajukan gugatan, ada baiknya terlebih dahulu saudara membuat surat peringatan tertulis ataupun somasi kepada Maskapai tersebut. Jika somasi tidak diindahkan, pengirim mengajukan gugatan hokum kepada Maskapai tersebut. Untuk mendukung gugatan di Pengadilan, harus memiliki bukti-bukti yang kuat yang dapat menunjukan bahwa benar adalah penumpang maskapai tersebut dan keberangkatan saudara mengalami keterlambatan. Berdasarkan hak-hak pengirim tersebut jelas terlihat bahwa pengirim berhak mendapatkan ganti kerugian dari pelaku usaha apabila pelaku usaha telah melakukan wanprestasi yang dapat merugikan penumpang. Kasus yang terdapat dalam bab sebelumnya menyatakan bahwa PT. Garuda Indonesia telah melakukan wanprestasi berdasarkan Pasal 1243 KUHPerdata, wanprestasi tersebut yaitu : 1. PT. Garuda Indonesia tidak mengkonfirmasi sebagaimana mestinya jika barang yang dikirimkan oleh penumpang hilang.

2. PT. Garuda Indonesia terlambat melakukan prestasi yaitu membayar ganti

kerugian terhadap penumpang. Jika pengirimhilang barang dan perusahaan tidak mau bertanggung jawab terhadapnya, makahak-hak pengirim kembali adalah melakukan upaya hukum terhadapnya. Namun kebanyakan pengirim tidak mengetahui bahwa hak mereka dilindungi oleh banyak Peraturan Perundang-undangan dan mereka diberikan kemudahan untuk menuntut hak-haknya tersebut. Upaya-upaya hukum yang dapat dilakukan oleh seorang penumpang barang dalam hal telah terbukti bahwa barang miliknya hilang atau rusak akibat dari kelalaian atau kesalahan dari perusahaan pengiriman barang perusahaan ekspedisi: a. Gugatan keperdataan atas perbuatan melawan hukum atau wanprestasi Pemilik barang dapat melakukan gugatan keperdataan atas hilangnya barang miliknya terkait penyelenggaran pengangkutan barang yang dilakukan oleh suatu perusahaan jasa pengangkutan barang. Dimana gugatan ini dibagi menjadi 2 dua bagian: 1 Gugatan keperdataan atas dasar wanprestasi Gugatan terkait dengan wanprestasi mempunyai dasar adanya suatu pelanggaran terhadap perjanjian pengangkutan antara Pemilik Barang Pengirim dengan Perusahaan Jasa Pengangkutan. Seseorang dikatakan telah wanprestasi apabila: a Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya; b Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan; c Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat; d Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya. Perusahaan Pengangkutan melakukan wanprestasi, melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan, mengangkut dan mengirimkan barang yang menjadi tanggungnya tetapi tidak sampai ke tempat tujuannya. Maka, Perusahaan Pengangkutan tersebut diwajibkan untuk memberikan ganti kerugian sesuai dengan ketentuan pasal 1239 KUH Perdata bahwa“Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajibannya memberikan penggantian biaya, rugi, bunga”. Dalam hal kapan untuk memberikan gugatan ganti kerugian tersebut, dasar wanprestasi mengacu pada ketentuan pasal 1243 KUH Perdata bahwa“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya”. Kedua ketentuan tersebut dapat menjadi dalil-dalil bagi Pemilik barang untuk melakukan gugatan keperdataan terhadap Perusahaan Pengangkutan atas dasar Wanprestasi. 2 Gugatan keperdataan dasar perbuatan melawan hukum Sebagaiman diketahui bahwa Jika Pekerja suatu Perusahaan Pengangkutan melakukan perbuatan melawan hukum maka Pasal 1367 KUHPerdata adalah landasan utama bagi Pemilik barang untuk melakukan gugatan atas dasar Perbuatan melawan hukum Adapun pertanggungjawaban perbuatan tersebut, dimana seorang majikan employer bertanggung jawab secara tidak langsung terhadap perbuatan melawan hukum yang dilakukan pekerjanya employee sejauh hal tersebut terjadi dalam konteks pekerjaan. Adapun buyi ketentuan Pasal 1367 KUHPerdata yang mendukung klaim tersebut adalah sebagai berikut:“Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.” b. Pelaporan pidana atas tindakan penggelapan Jika melihat kronologis terhadap peristiwa yang terjadi maka patut diduga bahwa perbuatan si Sopir yang merupakan pekerja Perusahaan Pengangkut merupakan Tindak Pidana Penggelapan dalam Hubungan Kerja. Dan telah memenuhi unsur Pasal 374 KUH Pidana yaitu Penggelapan yang dilakukan dalam hubungan kerja, yang berbunyi:“Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau karena pencaharian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”Berdasarkan pasal tersebut unsur-unsur tindak pidana penggelapan dalam hubungan kerja ini adalah: 1 Dikuasainya barang karena adanya hubungan kerja; 2 Mendapat upah atas hubungan tersebut 3 Hubungan kerja tersebut merupakan pencaharian salah satu pihak Maka berdasarkan Pasal 374 KUH Pidana ini, Pemilik barang dapat melaporkan tindakan pidana atas perbuatan penggelapan yang dilakukan oleh Perusahaan Pengangkutan yang bersangkutan. c. Melaporkan ke Dinas Perhubungan terkait dengan pelanggaran kewajiban Pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban-kewajiban Perusahaan Jasa Pengangkutan sebagaimana tercantum dalam izin usahanya adalah Dinas Perhubungan setempat. Sehingga penumpang atau pemilik barang dapat melaporkan pengabaian tanggung jawab ini kepada Dinas Perhubungan setempat, adapun laporan ini dapat menjadi pertimbangan bagi Dinas Perhubungan untuk membekukan izin usaha yang dimiliki oleh Perusahaan JasaPengangkutan guna menjalankan kewajibannya berdasarkan peraturan perundang-undangan. Tindakan yang akan dilakukan oleh Dinas Perhubungan terkait hal tersebut meliputi peringatan tertulis selama 3 kali yang jika tidak dihiraukan oleh Perusahaan maka Izin Usahanya tersebut dapat dicabut. BAB IV TANGGUNG JAWAB PT. GARUDA INDONESIA TERHADAP PENGIRIM BARANG YANG KEHILANGAN BARANG Studi Kargo PT. Garuda Indonesia Bandara Udara Kualanamu

A. Bentuk Tanggunga Jawab PT. Garuda Indonesia Terhadap Pengirim