xiv Praktik farmasi yang baik melibatkan empat kelompok aktivitas utama, yaitu:
a. aktivitas yang terkait dengan peningkatan kesehatan yang baik,
penghindaran penyakit dan pencapaian tujuan kesehatan; b.
aktivitas yang terkait dengan penyediaan dan penggunaan dan item-item untuk pemberian obat atau untuk aspek pengobatan lainnya aktivitas ini
bisa dilaksanakan di apotek, di institusi atau di lingkungan perawatan rumah;
c. aktivitas yang terkait dengan swamedikasi, yang meliputi nasehat tentang
dan, di mana dianggap tepat, penyediaan obat atau pengobatan lainnya untuk gejala-gejala penyakit yang memungkinkannya bagi pengobatan
sendiri; d.
aktivitas yang terkait dengan penulisan resep dan penggunaan obat-obatan.
2.3 Profesionalisme
Profesionalisme dapat didefinisikan sebagai sejauh mana suatu profesi atau anggota profesi menunjukkan karakteristik profesi. Banyak
penelitian telah dilakukan untuk menentukan tingkat profesionalisme apoteker dan siswa farmasi. Kebanyakan instrumen yang dirancang untuk
menilai profesionalisme telah diukur berdasarkan karakteristik klasik profesi, seperti: pengetahuan khusus tentang teknik, cara-cara berperilaku
dan nilai dalam bertingkah laku, altruisme, asosiasi profesi dan identitas, gengsi, fungsi sosial, otonomi, hubungan klien khusus, intelektual dasar
termasuk komitmen dalam seni liberal, melanjutkan pendidikan, dan
Universitas Sumatera Utara
xv penelitian, sosialisasi yang unik dari anggota mahasiswa, pengakuan
hukum melalui lisensi, kesetaraan lengkap dari anggota, kepraktisan, dan keterampilan pekerjaan Hammer, et al., 2000.
Profesionalisme ditunjukkan dalam cara apoteker berperilaku dalam situasi yang profesional. Definisi ini menunjukkan sikap yang diciptakan
melalui kombinasi perilaku, termasuk kesopanan ketika berhadapan dengan pasien, teman sebaya, dan paramedik medical care profesional lainnya.
Apoteker harus konsisten dalam menghormati orang lain dan memeliharanya sesuai batas-batas privasi dan kebijaksanaan. Sangat
penting untuk memiliki sikap-sikap yang empatik, apakah saat berurusan dengan pasien atau berinteraksi dengan orang lain dalam tim perawatan
kesehatan Hammer, et al., 2000.
2.4. Manajerial
Manajemen yang baik, tidaklah menjamin sebuah apotek memberikan hasil kinerja yang baik, bila lokasi tidak strategis. atau sebaliknya, lokasi
yang baik dari sebuah apotek, akan sia-sia bila pengelolaannya tidak dilakukan secara profesional oleh apotekernya sendiri. Pengelolaan farmasi
komunitas yang baik adalah akan selalu mengikuti kebutuhan dan perubahan pasar di lokasinya masing-masing. Sehingga analisis lokasi,
pasar dan sumber daya yang ada akan menjadi satu kegiatan yang terus menerus dapat dilakukan dan dievaluasi Saragi dan Fransiscus, 2004.
Kemampuan seorang apoteker yang baru lulus di dalam pengelolaan
Universitas Sumatera Utara
xvi apotek baru, tidaklah cukup untuk mendapatkan hasil kinerja apotek yang
baik sesuai dengan pertumbuhan pasar yang ada. Sebagai contoh PT. Kimia Farma Apotek yang sedang menyiapkan perekrutan program untuk
apoteker yang baru lulus, di dalam kegiatan pendidikan pelatihannya membutuhkan waktu yang cukup lama 3 bulan. Ditambah lagi, masa
magang yang harus dilaluinya, sampai memakan waktu 1 tahun sebelum dipercaya mengelola sebuah apotek. Hal ini dilakukan, sebagai
pertanggung jawaban dari seorang profesional kepada pihak manajemen, baik dalam pengelolaan sumber daya maupun layanan kefarmasian Saragi
dan Fransiscus, 2004.
2.5 Dispensing