32 Dari Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa 28,84 apotek hanya mempunyai omset
2.000.000 atau kurang per hari. Pada penelitian sebelumnya diketahui bahwa pada indeks penjualan 1,15 titik impas apotek adalah Rp.2.079.601,- per hari
Wiryanto, 2010, maka apotek dengan omset Rp.2.000.000,- per hari sulit diharapkan untuk dapat beroperasi sesuai standar.
Apabila data-data dari Gambar 4.8, 4.9, dan 4.10 dihubungkan maka diketahui bahwa lebih dominan jumlah apotek yang hanya mempunyai omset
dari pelayanan resep kurang dari 50. Kecenderungan penggunaan obat tanpa resep atau swamedikasi menjadi semakin besar, maka menjadi tugas berat bagi
profesi apoteker untuk memastikan bahwa setiap penggunaan obat senantiasa sesuai indikasi, efektif dan aman meskipun tanpa resep dokter.
4.3.3 Kriteria pemenuhan standar praktik kefarmasian
Cara penilaian kriteria pemenuhan standar praktik kefarmasian ditentukan berdasarkan poin kumulatif hasil penilaian terhadap 40 elemen
standar yang terbagi ke dalam 5 aspek standar yaitu aspek profesionalisme terdiri dari 13 elemen standar, aspek manajerial terdiri dari 12 elemen standar,
aspek dispensing terdiri dari 5 elemen standar, aspek asuhan kefarmasian terdiri dari 8 elemen standar, dan aspek pelayanan kesehatan masyarakat terdiri
dari 2 elemen standar. Menurut PP No.51 tahun 2009, apotek adalah sarana pelayanan
kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker, tetapi dari hasil pengisian kuesioner oleh responden, didapatkan bahwa hampir seluruh
responden yang tidak hadir setiap hari ke apotek mengatakan bahwa mereka
Universitas Sumatera Utara
33 telah melakukan praktik kefarmasian dengan baik. Pernyataan ini tentu
menimbulkan pertanyaan karena dengan tidak hadirnya apoteker ke apotek setiap hari artinya apoteker tersebut tidak melakukan pelayanan kefarmasian di
apotek. Akibat ketidak konsistenan responden dalam mengisi kuesioner yang
berkaitan dengan frekuensi kehadiran apoteker di apotek, maka data yang sudah diisi oleh responden perlu diverifikasi kembali agar diperoleh data-data
yang sesuai dengan kenyataan di lapangan, yang terlampir pada lampiran 1. Aspek yang menjadi fokus permasalahan ketidak konsistenan pengisian
kuesioner di atas meliputi komitmen kehadiran apoteker dan dukungan manajemen yang disediakan oleh apotek.
Tabel 4.1 berikut adalah kriteria pemenuhan standar praktik kefarmasian berdasarkan rerata poin kumulatif penilaian hasil pengisian kuesioner sebelum
verifikasi.
Tabel 4.1
Rerata poin kumulatif dan kriteria pemenuhan standar praktik kefarmasian sebelum verifikasi
ASPEK STANDAR RERATA POIN
KUMULATIF KRITER
IA
1 Profesionalisme 29,54
92,92 Kurang
2 Manajerial 33,35
3 Dispensing 11,38
4 Asuhan Kefarmasian
14,88 5 Pelayanan Kesmas
3,77
Dari Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pemenuhan standar praktik kefarmasian hasil pengisian kuesioner sebelum verifikasi menghasilkan rerata poin
Universitas Sumatera Utara
34 kumulatif penilaian sebesar 92,92 berada
≥80 atau termasuk dalam kriteria kurang.
Tabel 4.2 berikut adalah kriteria pemenuhan standar praktik kefarmasian berdasarkan rerata poin kumulatif penilaian hasil pengisian kuesioner setelah
verifikasi.
Tabel 4.2 Rerata poin kumulatif dan kriteria pemenuhan standar praktik
kefarmasian setelah verifikasi
ASPEK STANDAR RERATA POIN
KUMULATIF KRITER
IA
1 Profesionalisme 24,77
72,04 Bawah
standar 2 Manajerial
33,35 3 Dispensing
4,69 4 Asuhan
Kefarmasian 6,46
5 Pelayanan Kesmas 2,77
Dari Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pemenuhan standar praktik kefarmasian hasil pengisian kuesioner setelah verifikasi menghasilkan rerata poin kumulatif
penilaian sebesar 72,04 berada ≥60 hingga 80 atau termasuk dalam kriteria
bawah standar. Ditinjau dari masing-masing aspek standar, ternyata aspek Dispensing dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat mempunyai rerata poin
paling rendah, menunjukkan bahwa kedua aspek ini masih jarang atau belum dilakukan di lapangan. Jadi diperoleh profil pemenuhan standar praktik
kefarmasian beberapa apotek di kota Medan yang berbeda sebelum dan setelah diverifikasi.
Tabel 4.3 berikut adalah kriteria tingkat pemenuhan standar praktik kefarmasian berdasarkan rerata poin penilaian 5 aspek standar hasil pengisian
Universitas Sumatera Utara
35 kuesioner setelah verifikasi.
Tabel 4.3 Rerata poin penilaian 5 aspek standar dan kriteria pemenuhan
standar praktik kefarmasian setelah verifikasi
ASPEK STANDAR RERATA POIN
ASPEK STANDAR RERATA
POIN KINERJA
PRAKTIK
1 Profesionalisme 1,91
1,56 2 Manajerial
2,78 3 Dispensing
0,94 KRITERIA
4 Asuhan Kefarmasian
0,81 Bawah
standar 5 Pelayanan Kesmas
1,38
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa pemenuhan standar praktik kefarmasian hasil pengisian kuesioner setelah verifikasi menghasilkan rerata poin penilaian
5 aspek standar sebesar 1,56 berada ≥1,5 hingga 2 atau termasuk dalam
kriteria bawah standar. Rerata poin penilaian 5 aspek standar ini selanjutnya digambarkan dalam bentuk diagram laba-laba spider web.
Gambar 4.11 berikut adalah gambaran pemenuhan standar praktik kefarmasian berdasarkan rerata poin 5 aspek standar setelah verifikasi.
Gambar 4.11 Gambaran pemenuhan standar praktik kefarmasian berdasarkan
rerata poin 5 aspek standar setelah verifikasi 1
2 3
4 1
2
3 4
5 IDEAL
NILAI
Universitas Sumatera Utara
36 Gambar 4.11 merupakan gambaran dari rerata poin 5 aspek standar dalam
bentuk diagram jaring laba-laba spider web, dimana garis warna merah merupakan poin pemenuhan standar hasil penilaian dan garis warna biru
merupakan pemenuhan standar ideal. Melalui Gambar ini dapat dilihat dengan mudah bahwa sepanjang garis warna merah belum berimpit dengan garis warna
biru, maka pemenuhan standar praktik kefarmasian masih belum mencapai kriteria ideal.
Gambar 4.12 berikut adalah distribusi kriteria pemenuhan standar praktik kefarmasian setelah verifikasi.
Gambar 4.12 Distribusi kriteria pemenuhan standar praktik kefarmasian
setelah verifikasi Dari Gambar 4.12 dapat dilihat bahwa hanya 25 mempunyai kriteria bawah
standar dan 47 mempunyai kriteria kurang, sebanyak 14 mempunyai kriteria baik, serta 14 mempunyai kriteria cukup.
Untuk praktik kefarmasian dengan kriteria bawah standar dan kurang, dalam proses pembinaan dan pengawasan harus diberikan peringatan dan
14 14
47 25
baik cukup
kurang bawah standar
Universitas Sumatera Utara
37 diberikan waktu untuk memperbaiki pemenuhan standar. Pelaksanaan
pencabutan izin apotek dapat dilakukan setelah dikeluarkannya: 1.
Peringatan tertulis kepada APA disertai usul perbaikan sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 3-4 bulan.
2. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak
dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan di apotek Apabila pada batas waktu yang ditentukan belum juga menunjukkan perbaikan,
maka pemberi izin sarana atau dalam hal ini adalah Dinkes KotaKabupaten harus mengeluarkan surat keputusan Penghentian Sementara Kegiatan sampai
dengan pencabutan izin sementara hingga tetap, utamanya bagi yang mempunyai kriteria bawah standar. Pembekuan izin sementara dapat dicairkan
kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Menkes RI, 2002. Untuk
proses pembinaan seperti ini hendaknya diumumkan secara terbuka melalui media massa agar diketahui publik.
Universitas Sumatera Utara
38
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN