New York Heart Association NYHA pertama kali membuat klasifikasi gagal jantung yang berdasarkan pada derajat keterbatasan fungsional. Pembagian
fungsional NYHA sering digunakan untuk menentukan progresifitas gagal jantung. Sistem ini membagi pasien atas 4 kelas fungsional yang bergantung pada gejala
yang muncul, yaitu asimptomatis kelas I, gejala muncul pada aktifitas ringan kelas II, gejala muncul pada saat aktifitas berat kelas III dan gejala muncul pada saat
istirahat kelas IV. Kelas fungsional pada penderita gagal jantung cenderung berubah-ubah. Bahkan perubahan ini dapat terjadi walaupun tanpa perubahan
pengobatan dan tanpa perubahan pada fungsi ventrikel yang dapat diukur.
19, 20
ACCAHA membagi klasifikasi untuk perkembangan dan progresifitas gagal jantung atas 4 stadium yaitu stadium A adalah beresiko tinggi untuk menjadi gagal
jantung tanpa ditemukan adanya disfungsi jantung, stadium B adalah adanya disfungsi jantung tanpa gejala, stadium C adalah adanya disfungsi jantung dengan
gejala, stadium D adalah adanya gejala yang berat dan refrakter terhadap terapi maksimal. Pembagian ini mengutamakan pada keberadaan faktor resiko dan
abnormalitas struktural jantung, pengenalan progresifitasnya, dan strategi pengobatan pada upaya preventif. Penderita gagal jantung akan mengalami
perjalanan penyakitnya dari stadium A ke D namun tidak dapat kembali lagi ke stadium A, hal mana dapat terjadi bila menggunakan klasifikasi menurut NYHA.
1, 19
2.1.5. Diagnosis
Diagnosis dibuat berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, elektrokardiografi, foto toraks, ekokardiografi-doppler.
1, 17
Universitas Sumatera Utara
Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung yaitu dengan terpenuhinya 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor.
Adapun kriteria Framingham sebagai berikut:
27
• Kriteria Mayor : o
Paroksismal nocturnal dispnu o
Distensi vena leher o
Ronki paru o
Kardiomegali o
Edema paru akut o
Gallop S3 o
Peninggian tekanan vena jugularis o
Refluks hepatojugular • Kriteria minor :
o Edema ekstremitas
o Batuk malam hari
o Dispnea d’effort
o Hepatomegali
o Efusi pleura
o Penurunan kapasitas vital 13 dari normal
o Takikardia 120 xmenit
• Kriteria mayor atau minor : o
Penurunan BB ≥ 4,5 kg dalam 5 hari pengobatan
Universitas Sumatera Utara
Gagal jantung dapat disertai spectrum abnormalitas fungsi ventrikel yang luas, mulai dari ukuran ventrikel kiri dan fraksi ejeksi yang normal sampai dengan dilatasi
berat dan atau fraksi ejeksi yang sangat rendah.
19
American College of Cardiology ACC dan American Heart Association AHA menyatakan bahwa dalam mendiagnosa gagal jantung tidak ada satupun uji
diagnostik yang spesifik. Diagnosa sangat ditentukan oleh penelusuran riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang teliti. Dengan dugaan yang kuat akan adanya
suatu gagal jantung pada penderita yang beresiko tinggi, sangat dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan tambahan seperti laboratorium rutin, foto toraks,
elektrokardiografi, penilaian fungsi ventrikel kiri, biomarker dan uji latih.
17
Disfungsi jantung dapat dibagi menjadi dua yaitu disfungsi sistolik dan disfungsi diastolik. Performa ventrikel kiri adalah kemampuan untuk mengosongkan
ventrikel kiri. Kemampuan untuk mengosongkan ventrikel kiri dapat diukur secara kuantitatif dengan fraksi ejeksi ventrikel kiri
Left Ventrikel Ejection Fraction yang
merupakan rasio volume sekuncup terhadap volume akhir diastolik. Sehingga disfungsi sistolik dapat didefinisikan dengan turunnya nilai EF
Ejection Fraction EF
50 dapat diukur dengan ekokardiografi. Sedangkan disfungsi diastolik dapat didefinisikan dengan menurunnya distensibilitas ventrikel kiri yang dapat disebabkan
oleh proses menua, hipertensi dan kardiomiopati hipertrofik serta restriktif EF 50. Perbandingan antara disfungsi diastolik DHF dan disfungsi sistolik SHF
dapat dilihat pada tabel II.1. Tabel II.1. Perbandingan DHF dan SHF
Universitas Sumatera Utara
Index yang digunakan untuk mengukur fungsi ventrikel kiri adalah mengukur ejection fraction
EF yang didapat dari stroke volume
dibagi dengan end diastolic
volume .
17
2.2. N-Terminal Pro-Brain Natriuretic Peptide NT-proBNP