Pengenalan Detergen sebagai Bahan Pencuci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengenalan Detergen sebagai Bahan Pencuci

Setiap bahan pembersih kebanyakan dihubungkan dengan detergen sintetik, bahan ini berfungsi untuk mengemulsi kotoran-kotoran berupa minyak ataupun zat pengotor lainnya. Beberapa tahun yang lalu produksi dunia untuk detergen sintetik sering disebut dengan “syndent” telah melebihi sabun dan gejala ini terus berlangsung. Keperluan akan detergen meningkat dengan adanya kelemahan pada sabun. Pertama, sabun merupakan garam dari asam lemah, larutannya agak basa karena adanya hidrolisis parsial. Masalah kedua ialah bahwa sabun biasa membentuk garam dengan ion- ion kalsium, magnesium, atau besi yang ada dalam air sadah hard water. Garam-garam itu tidak larut dalam air, sehingga garam yang tak larut ini membuat warna cokelat pada pakaian. Masalah-masalah ini dapat dipecahkan dengan beberapa cara. Misalnya air dapat dilunakkan diperusahaan air minum atau di rumah-rumah, dengan cara mengurangi ion- ion kalsium. Cara lain untuk mengurangi masalah sabun ialah menciptakan detergen yang lebih efektif. Detergen sintetik ini harus mempunyai beberapa sifat, termasuk rantai hipofilik yang panjang dan ujung ionik polar. Juga ujung yang polar tidak membentuk garam yang mengendap dengan ion-ion dalam air sadah, sehingga tidak mempengaruhi keasaman air. Deterjen dalam kerjanya dipengaruhi beberapa hal, yang terpenting adalah jenis kotoran yang akan dihilangkan dan air yang digunakan. Deterjen, khususnya surfaktannya, memiliki kemampuan yang unik untuk mengangkat kotoran, baik yang larut dalam air maupun yang tak larut dalam air. Salah satu ujung dari molekul surfaktan bersifat lebih suka minyak atau tidak suka air, akibatnya bagian ini menetrasi kotoran yang berminyak. Ujung molekul surfaktan satunya lebih suka air, bagian inilah yang berperan mengendorkan kotoran dari kain dan mendispersikan kotoran. Universitas Sumatera Utara Detergen pertama kali disintesis pada tahun 1940-an, yaitu garam natrium dari alkil hidrogen sulfat. Alkohol berantai panjang di buat dengan cara penghidrogenan lemak dan minyak. Alkohol berantai panjang ini direaksikan dengan asam sulfat menghasilkan alkil hidrogen sulfat dan kemudian dinetralkan dengan basa. CH 3 CH 2 10 CH 2 OH + HOSO 2 OH CH 3 CH 2 10 CH 2 OSO 2 OH + H 2 O Laurel Alkohol Asam Sulfat Lauril Hidrogen Sulfat O CH 3 -CH 2 10 CH 2 O S O - Na + + H 2 O O Natrium Lauril Sulfat Natrium lauril sulfat adalah detergen yang baik. Karena garamnya berasal dari asam kuat, larutannya netral. Garam kalsium dan magnesiumnya tidak mengendap dalam larutannya, sehingga dapat di pakai dengan air lunak atau air sadah. Pada masa kini, detergen yang umum digunakan ialah alkil benzene sulfonat berantai lurus. Pembuatannya melalui tiga tahap. Alkena rantai lurus dengan jumlah karbon 10-14 direaksikan dengan benzene dan katalis Friedeft-Craft AlCl 3 atau HF akan membentuk ikatan alkil benzene. Sulfonasi dan penetralan dengan basa akan melengkapi proses ini. Rantai alkil sebaliknya tidak bercabang. Alkil benzene sulfonat yang bercabang bersifat tidak dapat diuraikan jasad renik biodegradable. Detergen ini mengakibatkan masalah polusi berat pada tahin 1950-an berupa buih pada unit-unit penjernihan serta di sungai dan di danau-danau. Sejak tahun 1965 digunakan benzene sulfonat yang tak bercabang. Detergen jenis ini mudah didegradasi secara biologis oleh mikroorganisme dan tidak berakumulasi di lingkungan kita. 1 1 Hart, Harold. 1998. Kimia Organik. Edisi ke Enam. Jakarta : Penerbit Erlangga. Universitas Sumatera Utara

2.2. Detergen Detergen berasal dari kata detergree yang merupakan bahasa latin yang berarti