BAB III GAMBARAN KONDISI DAERAH TANGKAPAN AIR DANAU TOBA
3.1.1. Letak dan Luas
Daerah Tangkapan Air Danau Toba DTA secara astronomis terletak di antara 2
24’-2 45’ Lintang Utara dan 98
21’-99 05’ Bujur Timur 2º10’ LU dengan
elevasi muka air mksimum ±905 m dpl dan minimum ±902, m dpl [BAPPEDA, 2000]. Sedangkan jika dilihat dari posisi geografisnya, DTA danau toba berada di
tengah-tengah Profinsi Sumatera Utara di Kabupaten Samosir yang mempunyai wilayah seluas 3.584,208 km
2
yang terdiri dari km
2
luas daratan dan 1.1124,113 km² luas danau.
DTA Danau Toba merupakan suatau wilayah yang berada di sekitar Danau toba, yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit yang menampung air hujan dan
mengalirkannya ke danau, sedangkan air yang keluar dari danau yang berupa debit sungai dialirkan melalui sungai Asahan ke Laut, dan loses Evapotranspirai,
kebocoran, perkolasi dan seepage. Ekosistem Kawasan Danau Toba EKDT terletak di pegunungan Bukit
Barisan Propinsi Sumatera Utara. Menurut wilayah administrasi pemerintahan, EKDT meliputi 7 tujuh Kabupaten yaitu: Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten
Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan, Kabupaten Simalungun, Kabupaten Karo, dan Kabupaten Dairi.
3.1.2. Topografi
Permukaan Danau Toba terletak pada ketinggian 903 meter dpl, sedangkan DTA Danau Toba ini berada pada ketinggian sampai dengan 1.981 meter dpl.
Universitas Sumatera Utara
Topografi pada EKDT ini didominasi oleh perbukitan dan pegunungan, dengan kelerengan lapangan dari datar kemiringan lahan 0 – 8 , landai kemiringan lahan
8 – 15 , agak curam kemiringan lahan 15 - 25 , curam kemiringan lahan 25 - 45 , sangat curam sampai dengan terjal kemiringan lahan 45 . Daerah yang
datar meliputi lebih kurang 27,2 dari total DTA, daerah yang landai 30,6 , daerah yang agak curam 24,0 , daerah curam 16,5 dan daerah yang sangat curam
sampai terjal lebih kurang 1,7 dari total DTA.[LP. ITB, 2001]
3.1.3. Jenis Tanah
Berdasarkan pada Klasifikasi Tanah menurut Balai Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah BRLKT Wilayah I, Medan 1987, maka DTA Danau Toba
di bagian timur merupakan jenis tanah Kompleks Litosol dan Regosol yang sangat peka terhadap erosi, bagian tenggara jenis Podsilik Coklat peka erosi dan jenis
tanah kompleks pegunungan. Di bagian barat DTA ini jenis tanah podsolik coklat peka erosi, sedangkan di Pulau Samosir jenis tanahnya sebagain besar merupakan
jenis tanah Brown Forest agak peka erosi.
3.1.4. Iklim
3.1.4.1. Tipe Iklim
Menurut Klasifikasi Iklim Oldeman maka EKDT termasuk ke dalam tipe iklim B1, C1, C2, D2, dan E2. Dengan demikian bulan basah Curah Hujan
≥ 200 mmbulan berturut-turut pada kawasan ini bervariasi antara kurang dari 3 bulan
sampai dengan 7 – 9 bulan, sedangkan bulan kering Curah Hujan ≤ 100 mmbulan
berturut-turut antara 2 – 3 bulan. Berdasarkan Klasifikasi iklim menurut Scmidt dan Ferguson maka EKDT ini termasuk ke dalam tipe iklim A, B dan C.
Universitas Sumatera Utara
3.1.4.2. Curah Hujan
Dari tujuh stasiun penakar hujan yang terdapat di EKDT ini Parapat, Sidamanik, Situnggaling, Balige, Siborong-borong, Dolok Sanggul, dan Pangururan
diketahui bahwa curah hujan tahunan di kawasan ini berkisar antara 200 sampai dengan 300 mmtahun. Puncak musim hujan terjadi pada bulan November-Desember
dengan curah hujan antara 190 – 320 mmbulan. Sedangkan puncak musim kemarau terjadi selama bulan Juni-Juli dengan curah hujan berkisar antara 54 – 151
mmbulan.
3.1.4.3. Suhu dan Kelembaban Udara serta Evaporasi
Suhu udara bulanan di EKDT ini berkisar antara 18,45 – 19,52ºC di Kutagadung. Suhu udara selama musim kemarau cenderung agak lebih tinggi
dibandingkan dengan selama musim hujan. Sedangkan angka kelembaban tahunannya berkisar antara 79 – 95 . Pada bulan-bulan musim kemarau
kelembaban udara cenderung agak rendah dibandingkan pada bulan-bulan musim hujan. Evaporasi bulanan di EKDT ini berkisar antara 69,17 – 74,55 mmbulan.
Angka evaporasi selama musim-musim kemarau cenderung lebih tinggi dibandingkan selama musim hujan.
3.1.5. Kondisi hidrologi Danau Toba
Air yang masuk ke Danau Toba berasal dari; 1 Air Hujan yang langsung jatuh di Danau Toba, 2. Air yang berasal dari sungai-sungai yang masuk ke dalam
danau. Di sekeliling danau terdapat 19 Sub DTA yang merupakan daerah tangkapan air 19 sungai yang masuk ke dalam danau. Sungai-sungai tersebut adalah : S.
Sigubang, Bah Bolon, Sungai Guloan, S. Arun, S. Tomok, S. Pulau KecilSibandang,
Universitas Sumatera Utara
S. Halian, S. Simare, S. Aek Bolon, S. Mandosi, S. Gongpan, S. Bah Tongguran, S. Mongu, S. Kijang, S. Sinabung, S. Ringo, S. Prembakan, S. Sipultakhuda dan S.
Silang. Pada kondisi hujan normal masukan air dari sungai-sungai tersebut berkisar antara 41,613 m3det pada bulan Juli puncak musim kemarau sampai dengan
124,914 m3det pada bulan November puncak musim hujan. Pada tahun kering 1997, debit aliran masuk ke dalam danau dari sungai-sungai tersebut berkisar antara
8,56 m3det pada bulan Januari sampai dengan 62,539 m3det pada bulan April. Sedangkan pada tahun basah 1999, debit aliran masuk ke dalam danau dari sungai-
sungai tersebut berkisar antara 83,535 m3det pada bulan Agustus sampai dengan 493,812 pada bulan Mei. Pada kondisi hujan normal tahun 1991 masukan air yang
berasal dari curah hujan langsung ke danau berkisar antara 1,1 mm pada bulan Februari sampai dengan 8,2 mm pada bulan Mei. Pada tahun kering 1997, berkisar
antara 1,1mm pada bulan April sampai dengan 5,5 mm pada bulan Desember. Sedangkan pada tahun basah 1999, berkisar antara 1,0 mm pada bulan Februari
sampai dengan 2,9 mm pada bulan September dan November. Rata-rata debit pelepasan air bulanan dari Danau Toba ini berkisar antara 85,47 m3det bulan
November sampai 94,59 m3det bulan April. Sedangkan debit pelepasan air maksimum bulanannya berkisar antara 107,6 m3det bulan November sampai
dengan 183,1 m3det bulan April. Debit pelepasan air minimum bulannya berkisar antara 21,1 m3det bulan Agustus sampai dengan 41,7 m3det bulan September.
[Laporan Hasil Studi Pengelolaan Keseimbangan Air, 2007].
3.1.6. PenggunaanPemanfaatan dan Penutupan Lahan
Dari hasil pengkajian teknis PSDA PLHDT oleh LP ITB 2001, eksisting penggunaan dan penutupan lahan di DTA Danau Toba ini, terdiri dari hutan
Universitas Sumatera Utara
alam, hutan tanaman industri, hutan ringan, kebun campuran, semak-belukar, resam, tanaman semusim, persawahan dan lahan terbuka. Lahan yang efektif untuk
penyerapan air dan menahan laju run-off adalah hutan alam, hutan ringan, dan hutan industri.
3.1.6.1. Hutan Alam Hutan Rapat
Hutan alamhutan rapat yang terdapat di DTA Danau Toba hanya mencapai luasan 23,58 dari total luas DTA dengan hutan alam 19.41 dan hutan
pinus 4,17. Sebagian besar berada dalam Kawasan Lindung yang telah ditata batas dan dikukuhkan, serta sebagian lagi berada dalam areal Hutan Produksi dan Hutan
Produksi Terbatas. Hutan alam dan hutan rapat sangat mendukung kegiatan wisata alam, perlindungan flora dan fauna serta system penyangga kehidupan. Dilihat dari
struktur dan komposisi tegakannya, hutan alam yang terdapat di DTA Danau Toba merupakan hutan alam tropis basah dataran tinggi dengan jenis-jenis pohon dominan
dari jenis Dipterocarpaceae.
3.1.6.2. Hutan Tanaman Industri, Hutan Jarang ringan, Kebun Campuran
Hutan tanaman mempunyai batas-batas yang jelas berupa batas alam punggung gunung dan sungaijurang serta batas buatan jalan, jalur dan batas.
Hutan Tanaman Industri yang dikelola oleh PT. Inti Indorayon Utama sekarang PT. Toba Pulp Lestari Tbk yang berada di Kecamatan Harian Boho, hutan tanaman
penggantian jenis di Onan Runggu dan Simanindo serta hutan tanaman hasil reboisasi yang dilaksanakan oleh cabang Dinas Kehutanan XII Toba Samosir. Hutan
jarang berupa hutan alam yang telah dieksploitasi dengan sistem Tebang Pilih Tanaman Indonesia TPTI dalam areal Hutan Produksi seperti di Kecamatan Merek
Universitas Sumatera Utara
dan Harian Boho. Kebun campuran merupakan budidaya tanaman keras yang dilakukan oleh penduduk disekitar permukiman dan ditepi hutan secara terpencar-
pencar. Kebun campuran yang terdapat DTA ini merupakan kebun yang diusahakan masyarakat setempat yang ditanami dengan berbagai jenis tanaman perkebunan dan
buah-buahan. Pada DTA Danau Toba ini lebih kurang Luas hutan tanaman industri 4,35, hutan ringan 4,18 dan kebun campuran 19,57 dari total luas DTA.
3.1.6.3. Semak, Belukar Muda, Resam dan Tanaman Semusim
Lahan yang berupa semak, belukar muda, resam dan tanaman semusim pada DTA ini lebih kurang 27,84 dari total luas DTA. Lahan semak belukar ini
terdapat pada daerah yang berlereng terjal dan berbatu atau areal yang relatif datar lebih kurang 9,71 dari total luas DTA Danau Toba. Semak belukar di areal yang
terjal umumnya didominasi oleh tumbuhan Paku resam di beberapa tempat seperti lereng terjal di sekitar air terjun Sipiso-piso didominasi oleh tumbuhan perlu
Kaliandra. Sedang belukar sekitar 18,13 pada areal yang relatif datar umumnya diusahakan untuk tanaman perkebunan oleh masyarakat setempat, terutama tanaman
kopi. Pada DTA Danau Toba ini juga terdapat lahan yang diusahakan oleh
masyarakat setempat untuk usaha tani lahan kering. Di lahan usaha tani lahan kering ini masyarakat membudidayakan tanaman semusim palawija dan sayur-sayuran.
Sebagian besar diusahakan pada tempat datar, sebagian kecil disela-sela bukit yang berlereng curam yang tanahnya masih subur. Dalam mengelola tanah, sebagian
petani masih belum menerapkan metode konservasi tanah. Hal ini tampak dari tidak dibuatnya teras pada lahan miring, atau pembuatan teras yang kurang baik, masih
Universitas Sumatera Utara
melakukan pembakaran dalam pembersihan lahan dan belum membudayakan pergantian tanaman atau peristirahatan tanah. Hal tersebut mengakibatkan erosi tanah
yang cukup hebat pada lereng-lereng curam, serta menurunnya kesuburan tanah sehingga banyak lahan yang terlantar. Disamping petani yang belum memperhatikan
konservasi tanah, sebagian petani telah mengerti dan menerapkan pola-pola yang mengarah pada pemanfaatan ruang optimal, pengawetan kesuburan tanah serta
diversifikasi jenis tanaman dengan pola tumpang sari.
3.1.6.4. Lahan terbuka
Lahan terbuka yang dimaksud terdiri dari permukiman, bangunan lain hotel, restoran, pembukaan lahan, padang alang-alang dan rumput. Alang-alang dan
rumput terdapat pada areal yang relatif datar dan sebagian kecil dipunggung- punggung bukit. Dan dimanfaatkan sebagai areal penggembalaan ternak sapi, kerbau
dan kambing. Yang dimaksud dengan pembukaan lahan meliputi pembukaan lahan untuk persiapan budidaya tanaman semusim, pembangunan Hutan Tanaman Industri,
pengambilan gambut dan persiapan lapangan untuk penggantian jenis pohon. Permukiman dan bangunan lain terkonsentrasi pada daerah-daerah subur untuk
pertanian, aksesibilitas tinggi atau mempunyai akses terhadap kegiatan wisata.
3.1.6.5. Sawah
Persawahan di DTA Danau Toba umumnya berada di daerah yang relatif datar akan tetapi di beberapa lokasi berada disela-sela bukit. Persawahan tersebar
ampir di seluruh Kecamatan kecuali Kecamatan Dolok Pardamean dan Sidamanik. Sawah paling luas terdapat di Kecamatan Balige, Silaen dan Porsea. Dengan dua
Universitas Sumatera Utara
sistem perairan yakni Sawah irgasi seluas 4,09 dan sawah tadah hujan 1,42 dari luas DTA Danau Toba.
3.1.7. Habitat, Flora dan Fauna
EKDT merupakan habitat tempat hidup berbagai jenis flora dan fauna biota baik yang masih liar maupun yang telah dibudidayakan manusia. Secara
umum habitat EKDT dapat dikelompokkanmenjadi 2 tipe habitat yaitu 1 habitat daratan kawasan Danau toba yang berupa Pulau Samosir dan daratan di sekeliling
luar danau dalam cakupan DTA Danau Toba, dan 2 habitat perairan DanauToba.
3.7.1. Habitat Daratan
Habitat daratan EKDT dapat diklasifikasikan menjadi 6 tipe habitat yaitu ; 1 habitat hutan alamhutan rapat, 2 habitat hutan tanaman dan kebun campuran,
3 habitat semak-belukar, 4 habitat tanaman semusim, 5 habitat persawahan dan 6 habitat permukiman dan lahan terbukapadang rumput.
3.1.7.1. Habitat Hutan Alam Hutan Rapat
Habitat hutan alam yang terdapat di DTA Danau Toba sebagian besar berada dalam Kawasan Lindung serta sebagian lagi berada dalam areal Hutan
Produksi dan Hutan Produksi Terbatas. Habitat hutan alam dan hutan rapat sangat mendukung kegiatan wisata alam, perlindungan flora dan fauna serta sistem
penyangga kehidupan. Dilihat dari struktur dan komposisi tegakannya, merupakan hutan alam tropis basah dataran tinggi dengan jenis-jenis pohon diantaranya meranti,
kapur , keruing, puspa, manggis hutan, kayu raja, pinus dan vegetasi lainnya berupa liana, epifit, zingiberaceae, sedang jenis-jenis satwa yang terdapat di habitat hutan
Universitas Sumatera Utara
rapat ini diantaranya ; burung rangkong, elang, kuau, burung hantu, beo, monyet, beruk, siamang, kancil, kucing hutan, macan dahan, babi hutan, biawak dan
sebagainya. Di hutan alam Gunung Sipiso-piso didominasi oleh pohon Hoting Batu Querqus sp. Jenis pohon ini mencapai diameter 50 cm dan tingginya mencapai 35
meter, dengan penutupan tajuk mencapai 90 Kapisa dan Sapulete, 1989. Jenis lain yang banyak terdapat di hutan alam Gunung Sipiso-piso ini adalah Atuang
Semecarpus, sp, Sona, Dakkap dan Kamboang.
3.1.7.2. Hutan Tanaman Industri, Hutan Jarang dan Kebun Campuran
Jenis-jenis pohon hutan tanaman ini terdiri dari angsana, beringin, cemara, ekaliptus, mahoni, kaliandra, kemiri, johar, mindi, palu, pinus dan suren. Habitat
hutan tanaman ini mendukung berbagai jenis satwafauna, terutama berbagai jenis- jenis burung pemakan serangga dan biji seperti kutilang, sikatan, tekukur, bubut, beo,
kucica dan sebagainya. Beberapa jenis mamalia yang sering dijumpai pada habitat hutan tanaman ini diantaranya tupai, kera ekor panjang. Habitat kebun campuran ini
berada ditepi hutan secara terpencar-pencar. Jenis tanaman yang terdapat dalam kebun campuran adalah alpukat, aren, bambu, belimbing, cengkeh, coklat, dadap,
durian, gamal, jambu mente, jarak, jengkol, jeruk, kapuk, kecapi, kelapa, kemiri, kopi, kayu manis, mangga, nangka, petai cina, petai, pinang, rambutan, sawit, sawo
dan sirsak. Jenis-jenis tanaman yang terdapat pada kebun campuran ini mendukung kehidupan berbagai jenis satwafauna yang terdapat pada habitat ini terutama jenis-
jenis burung pemakan serangga dan biji seperti kutilang, sikatan, tekukur, bubut, beo, kucica dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
3.1.7.3. Tanaman semusim, semak,belukar muda dan resam
Habitat tanaman semusim ini merupakan lahan yang telah diusahakan masyarakat setempat untuk usaha tani tanaman semusim seperti : singkong, ketela,
jagung, kacang tanah, kedelai, cabai, terong, tomat, bayam dan sebagainya. Sedangkan habitat semak belukar yang terdapat pada DTA Danau Toba ini
merupakan lahan yang tertutup oleh semak belukar dan jenis tanaman Paku Resam dan Kaliandra. Habitat semak belukar ini terdapat pada daerah yang lereng curam
dan sebagian juga terdapat pada daerah datar. Habitat semak-belukar ini kurang dapat mendukung kehidupan fauna di kawasan ini.
3.1.7.4. Habitat permukiman, Lahan terbuka dan Padang Alang-alang
Tipe habitat ini terdiri dari kawasan permukiman, padang alang-alang dan rumput. Alang-alang dan rumput terdapat pada tempat-tempat yang relatif datar dan
sebagian kecil dipunggung-punggungbukit. Alang-alang dan rumput yang cukup luas terdapat di Kecamatan Pangururan dan Simanindo. Habitat padang alang-alang ini
sangat mendukung sebagai areal penggembalaan ternak sapi, kerbau dan kambing.
3.1.7.5. Habitat Persawahan
Habitat persawahan di DTA Danau Toba sebagian besar terdapat di daerah yang relatif datar akan tetapi dibeberapa lokasi berada disela-sela bukitBerbagai jenis
satwa yang terdapat di areal persawahan ini terutama jenis-jenis burung pemakan biji dan serangga seperti burung pipit, gelatik, bubut, tekukur dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
3.7.2. Habitat Perairan Danau Toba
Danau Toba yang terletak pada ketinggian sekitar 903 m dpl. Dikelilingi oleh perbukitan yang kebanyakan telah gundul. Danau ini merupakan danau
oligotropik perairan khusus dan dalam dengan bagian yang subur terdapat di sekitar cekungan Pangururan, Porsea, dan Prapat. Perairan danau ini terletak di atas tanah
andesit dan leterit yang kekurangan mineral terlarut, memiliki kandungan besi yang tinggi, sedangkan unsur N, P dan Ca sangat rendah. Danau ini memiliki kandungan
air seluas 1.146 km2 atau sekitar 2.860.000 ton air yang berasal dari mata air dan 19 sungai yang telah disebutkan terdahulu. Satu-satunya sungai yang bersumber dari
danau ini adalah S. Asahan yang mengalir di wilayah Kabupaten Asahan dan dipergunakan sebagai Pembangkit tenaga listrik PLTA Asahan. Di dalam perairan
danau ini terdapat berbagai jenis ikan baik ikan endemik asli maupun ikan yang diintrodusi ke perairan ini yang merupakan hasil budidaya penebaran, kertamba
maupun jarring apung. Jenis ikan yang merupakan jenis ikan endemik yang keberadaannya saat ini hampir punah adalah Ikan Batak terdiri dari dua spesies yaitu
: Lissochilus sumatranus dan Labeobarbus soro. Di perairan danau ini juga terdapat remis yang endemik yang dikenal namanya sebagai Remis Toba Corbicula tobae.
Sedangkan berbagai jenis ikan lain yang alami maupun hasil budidaya yang bukan
endemis adalah : ikan Mas, Mujair, Nila, Tawes, Lele, Gabus dan sebagainya.
Di perairan Danau Toba juga terdapat berbagai jenis tumbuhan air seperti berbagai jenis ganggang dan enceng gondok. Keberadaan tumbuhan enceng gondok
ini pada saat ini sangat mengkhawatirkan dilihat dari perkembangan pertumbuhan dan penyebarannya. Total luas permukaan danau yang tertutup enceng gondok telah
mencapai 381,8 hektar, mencakup lebih kurang 23 kecamatan di 3 wilayah
Universitas Sumatera Utara
kabupaten yaitu Tapanuli Utara, Toba samosir dan Simalungun. Kondisi yang paling parah terdapat di perairan danau yang masuk ke dalam wilayah kabupaten
Simalungun.
Gambar 3.1. Peta land unit DTA Danau Toba
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3.1. Land unit kawasan Danau Toba
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METHODOLOGI PENELITIAN