Daya Predasi Cecopet ( Forficula auricularia ) (Dermaptera: Nisolabididae) Pada Berbagai Instar Larva Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) Dilaboraturium

(1)

DAYA PREDASI CECOPET (Forficula auricularia ) (Dermaptera : Nisolabididae) PADA BERBAGAI INSTAR LARVA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

(Lepidoptera : Noctuidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

Oleh: YASIR AROBI

080302068 HPT

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

DAYA PREDASI CECOPET ( Forficula auricularia ) (Dermaptera: Nisolabididae) PADA BERBAGAI INSTAR LARVA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

(Lepidoptera : Noctuidae) DI LABORATORIUM

SKRIPSI

Oleh: YASIR AROBI

080302068 HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Meraih Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing Skripsi

(Ir. Syahrial Oemry, MS ) (Ir.Fatimah Zahara Ketua

Anggota

)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

ABSTRACT

Yasir Arobi, " The Ability of Cecopet (Forficula auricularia) (Dermaptera: Nisolabididae) on some Instar of Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) in the Laboratory", under supervised by Ir. Syahrial Oemry, MS. and Ir. Fatimah Zahara. The is research was to study the ability of Cecopet (Forficula auricularia) on some instar of Spodoptera litura F. The research was held at the Insect Laboratory of Agriculture Faculty University of North Sumatera , Medan, North Sumatera since Agustus - September 2012. The method of this research was Randomized Complete Design Non Factorial with eight treatments (control with 1st and 4th instar, 2 males cecopet, female, a pair on 10 larvae 2nd and 4th instar/stoples) with three replications.The results showed that the highest percentage of mortality was C2 (2

female cecopet on 10 larvae/ stoples) is 96,67% and the lowest was C02 (control with

4th instar) is 0%.


(4)

ABSTRAK

Yasir Arobi “Daya Predasi Cecopet (Forficula auricularia) (Dermaptera : Nisolabididae) Pada Berbagai Instar Larva Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

(Lepidoptera : Noctuidae) di Laboratorium” di bawah bimbingan Bapak Ir. Syahrial Oemry, M.S dan Ibu Ir. Fatimah Zahara. Penelitian bertujuan untuk

mengetahui daya predasi cecopet (Forficula auricularia) terhadap beberapa instar ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) di Laboratorium . Penelitian dilakukan pada bulan Agustus – September 2012 di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap non-faktorial yaitu 8 perlakuan (kontrol instar 2 dan 4, 2 ekor cecopet jantan, betina, sepasang terhadap 10 ekor larva ulat grayak instar 2 dan 4/stoples dengan tiga ulangan. Parameter yang diamati meliputi persentase mortalitas dan perilaku hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas cecopet tertinggi terdapat pada perlakuan C2 ( 2 ekor cecopet betina terhadap 10 ekor larva instar 2 ulat grayak/stoples) yaitu sebesar 96.67% dan yang terendah pada perlakuan C02 (kontrol instar 4) sebesar 0 %.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Adapun judul skripsi ini adalah “Daya Predasi Cecopet (Forficula auricularia) (Dermaptera : Nisolabididae) Pada Berbagai Instar Larva Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) di Laboratorium” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melakukan penelitian di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing Ir. Syahrial Oemry, MS., selaku ketua dan Ir.

Fatimah Zahara, selaku anggota yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan tulisan ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Oktober 2012


(6)

RIWAYAT HIDUP

Yasir Arobi lahir pada tanggal 8 September 1989 di desa Silau Jawa Bandar Pasir Mandoge Kabupaten Asahan, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, putra dari Ayahanda Ruslan dan Ibunda Khairunnidar Manurung.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: - Tahun 2002 lulus dari Sekolah Dasar (SD) Negeri 014731 Mandoge

- Tahun 2005 lulus dari Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Negeri 1 Kisaran

- Tahun 2008 lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta Dharmawangsa Medan

- Tahun 2008 lulus dan diterima di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN

Penulis pernah aktif dalam organisai kemahasiswaan yaitu:

- Anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) tahun 2008-2011

- Asisten Laboratorium Mikrobiologi Aquatik pada tahun 2011-2012 - Asisten Laboratorium Organisme Pengganggu Tanaman pada tahun 2012 - Penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Langkat Nusantara

Kepong (LNK), Kebun Tanjung Keliling, Langkat pada Juni - Juli 2011.

- Melaksanakan penelitian di Laboratorium Hama, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada Agustus-September 2012.


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT...i

ABSTRAK...ii

KATA PENGANTAR ... ....iii

RIWAYAT HIDUP...iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL...vii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN...ix

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Percobaan ... 4

Hipotesis Percobaan ... 4

Kegunaan Penulisan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat grayak (Spodoptera litura F.) ... 5

Gejala Serangan ... 7

Pengendalian Ulat Grayak ... 8

Serangga Predator Cecopet (Forficula aurucularia) ... 10

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Predator ... 12

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 16

Persiapan Media Perlakuan ... 16

Penyediaan Larva Serangga Uji ... 16

Penyediaan Serangga Predator Cecopet ... 16

Pengaplikasian ... 17

Peubah amatan ... 17

Mortalitas Ulat Grayak ... 17

Cara Memangsa ... 17


(8)

Cara Memangsa ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 24 Saran ... 24


(9)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Hlm Tabel 1. Rataan Persentase Mortalitas Ulat grayak (Spodoptera litura F.)


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal.

1 Larva Spodoptera litura F ... 6

2 Pupa Spodoptera litura F ... 6

3 Imago Spodoptera litura F ... 7

4 Gejala serangan Spodoptera litura F ... 8

5 Telur Forficula auricularia ... 11

6 Nimfa Forficula auricularia ... 11

7 Imago Forficula auricularia ... 12

8 Histogram Rataan Persentase Mortalitas Ulat grayak (Spodoptera litura F.) Untuk Setiap Perlakuan Pada 10 Kali Pengamatan ... 21


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Bagan Penelitian ... 27 2. Data Mortalitas Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 1 hsa... 28 3. Data Mortalitas Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 2 hsa... 29 4. Data Mortalitas Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 3 hsa... 30 5. Data Mortalitas Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 4 hsa... 32 6. Data Mortalitas Rayap Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 5 hsa... 34 7. Data Mortalitas Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 6 hsa... 36 8. Data Mortalitas Rayap Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 7 hsa... 38 9. Data Mortalitas Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 8 hsa... 40 10. Data Mortalitas Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 9 hsa... 42 11. Data Mortalitas Ulat grayak (Spodoptera litura F.)

Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 10 hsa... 44 12. Foto Penelitian... 46


(12)

ABSTRACT

Yasir Arobi, " The Ability of Cecopet (Forficula auricularia) (Dermaptera: Nisolabididae) on some Instar of Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) in the Laboratory", under supervised by Ir. Syahrial Oemry, MS. and Ir. Fatimah Zahara. The is research was to study the ability of Cecopet (Forficula auricularia) on some instar of Spodoptera litura F. The research was held at the Insect Laboratory of Agriculture Faculty University of North Sumatera , Medan, North Sumatera since Agustus - September 2012. The method of this research was Randomized Complete Design Non Factorial with eight treatments (control with 1st and 4th instar, 2 males cecopet, female, a pair on 10 larvae 2nd and 4th instar/stoples) with three replications.The results showed that the highest percentage of mortality was C2 (2

female cecopet on 10 larvae/ stoples) is 96,67% and the lowest was C02 (control with

4th instar) is 0%.


(13)

ABSTRAK

Yasir Arobi “Daya Predasi Cecopet (Forficula auricularia) (Dermaptera : Nisolabididae) Pada Berbagai Instar Larva Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

(Lepidoptera : Noctuidae) di Laboratorium” di bawah bimbingan Bapak Ir. Syahrial Oemry, M.S dan Ibu Ir. Fatimah Zahara. Penelitian bertujuan untuk

mengetahui daya predasi cecopet (Forficula auricularia) terhadap beberapa instar ulat grayak (Spodoptera litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) di Laboratorium . Penelitian dilakukan pada bulan Agustus – September 2012 di Laboratorium Hama Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap non-faktorial yaitu 8 perlakuan (kontrol instar 2 dan 4, 2 ekor cecopet jantan, betina, sepasang terhadap 10 ekor larva ulat grayak instar 2 dan 4/stoples dengan tiga ulangan. Parameter yang diamati meliputi persentase mortalitas dan perilaku hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase mortalitas cecopet tertinggi terdapat pada perlakuan C2 ( 2 ekor cecopet betina terhadap 10 ekor larva instar 2 ulat grayak/stoples) yaitu sebesar 96.67% dan yang terendah pada perlakuan C02 (kontrol instar 4) sebesar 0 %.


(14)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Ulat Spodoptera litura F. (Lepidoptera; Noctuidae) merupakan salah satu hama yang penting karena mempunyai kisaran inang yang luas meliputi kedelai, kacang tanah, kubis, ubi jalar, kentang, dan lain-lain. S. litura F. menyerang tanaman budidaya pada fase vegetative dan generative yaitu memakan daun tanaman yang muda sehingga tinggal tulang daun dan memakan polong-polong muda (Fitriani, 2011).

Ulat S. litura F. tersebar secara luas, karena bersifat polifagus dengan sayuran dan tanaman sebagai inangnya. Melalui mandibula kuat serangga, bisa menghancurkan dan merusak semua fase pertumbuhan tanaman kubis dengan memakan daun tanaman di lahan yang menyebabkan lubang tidak teratur jika tidak dikontrol, serangga dapat mengurangi hasil 50% sampai 100%. Sampai sekarang sangat sedikit yang diketahui tentang anatominya dan karakteristik perilaku meskipun serangga tersebar luas (Cardona et al, 2007).

Umumnya, ulat grayak dikendalikan dengan insektisida yang diaplikasikan secara terjadwal, mulai tanaman berumur 3-9 minggu setelah tanam dengan frekuensi seminggu sekali atau lebih. Penggunaan insektisida menjadi berlebihan, sehingga seringkali tidak mengenai sasaran, bahkan dapat menimbulkan dampak negatif, baik terhadap pendapatan petani, maupun lingkungan, seperti musnahnya serangga berguna (parasitoid, predator, dan penyerbuk), dan munculnya gejala resurgensi dan resistensi hama terhadap insektisida. Cara tersebut dilakukan petani karena belum tersedia cara pengendalian lain yang efektif dan berwawasan lingkungan. Mengingat dampak negatif penggunaan insektisida, pemerintah telah mengeluarkan kebijaksanaan tentang


(15)

sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pelaksanaannya dengan menciptakan dan menerapkan teknologi pengendalian hama yang berwawasan lingkungan, antara lain dengan memanfaatkan musuh alami (Arifin, 2011).

Pengendalian hama tanaman yang dikembangkan dewasa ini adalah menekan jumlah populasi hama yang menyerang tanaman sampai pada tingkat populasi yang tidak merugikan. Komponen pengendalian hama yang dapat diterapkan untuk mencapai sasaran tersebut antara lain pengendalian hayati, pengendalian secara fisik

dan mekanik, pengendalian secara fisik dan kimiawi (EPPO, 2005 dalam fitriani, 2011).

Pestisida kimia, khususnya insektisida, mempunyai dampak yang sangat merugikan bagi keanekaragaman hayati serangga termasuk artropoda predator dan parasit, terutama insektisida yang berspektrum luas. Resurgensi serangga hama sasaran setelah aplikasi insektisida disebabkan karena tertekannya musuh alami serangga hama itu. Serangga lain yang mempunyai fungsi ekologi penting seperti serangga penyerbuk juga ikut punah. Dampak buruk ini dapat meluas sampai di Iuar ekosistem pertanian jika pestisida itu persisten (Sasromarsono, 2000).

Beberapa cara dapat digunakan untuk menanggulangi serangan hama, antara lain menggunakan agen hayati (parasitoid, predator dan microbial agents atau patogen serangga). Beberapa patogen serangga (jamur, bakteri, virus dan nematoda) telah digunakan untuk mengendalikan ulat grayak pada tanaman kedelai, tembakau dan kapas (Trisnaningsih dan Arifin, 2008).

Pengendalian hama pada tanaman diarahkan pada penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT). PHT adalah suatu pendekatan atau cara pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka


(16)

pengelolaan ekosistem yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Musuh alami (parasit, predator, dan pathogen serangga) merupakan faktor pengendalian hama penting yang perlu dilestarikan dan dikelola agar mampu berperan secara maksimum dalam pengaturan populasi hama di lapang (Nathan dan Kalaivani, 2005).

Salah satu predator yang cukup potensial sebagai agens hayati adalah cecopet (Dermaptera). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Nurindah dan Bindra (1988) mengemukakan bahwa cecopet dapat memangsa telur dan larva

Helicoverpa armigera pada pertanaman kapas secara alami hingga 57%. Javier dan Morallo (1991) mengemukakan bahwah cecopet merupakan predator yang efektif karena dapat memangsa telur, larva dan pupa penggerek batang jagung Ostrinia furnacalis. Selanjutnya cecopet juga banyak memangsa Bactrocera dorsalis pada tanaman cabai (Annie et al.,dalam Labiran, 2006).

Sehubungan dengan berkembangnya pemanfaatan musuh alami dalam menekan populasi hama, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang daya predasi cecopet (Forficula auricularia) (Dermaptera : Nisolabididae) pada berbagai instar larva ulat grayak (S. litura F.) (Lepidoptera : Noctuidae) di Laboratorium.


(17)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui daya predasi cecopet (F. auricularia) terhadap beberapa instar larva ulat grayak di Laboratorium

Hipotesis Penelitian

1. Predator cecopet (F. auricularia) efektif mengendalikan larva ulat grayak (S. litura) pada instar tertentu.

2. Predator cecopet (F. auricularia) lebih efektif memangsa larva ulat grayak

(S. litura) instar muda dari pada instar tua.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Biologi Hama

Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Noctuidae Genus : Spodoptera

Spesies : Spodoptera litura F.

Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang-kadang tersusun dua lapis, berwarna coklat kekuning-kuningan diletakkan berkelompok (masing-masing berisi 25-500 butir) (Gambar 1).

Gambar 1. Telur Spodoptera litura F. Sumber : foto langsung

Kelompok telur tertutup bulu seperti beludru yang berasal dari bulu-bulu tubuh bagian ujung ngengat betina. Lama stadium telur 3-5 hari setelah diletakkan (Sudarmo, 1992).


(19)

Ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklat-coklatan dan hidup berkelompok. Umumnya larva mempunyai titik hitam arah lateral pada setiap abdomen (Gambar 2).

Gambar 2. Larva Spodoptera litura F. Sumber : Foto langsung

Ulat membuat lubang pada daun. Siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab) dan menyerang tanaman pada malam hari lama stadium larva 6 – 13 hari (Kalshoven 1981).

Pupa berwarna kecoklatan berada dalam tanah atau pasir (Gambar 3).

Gambar 3. Pupa Spodoptera litura F. Sumber: foto Langsung

Pada bagian ventral, abdomen segmen terakhir pupa jantan, dijumpai dua titik yang agak berjauhan. Titik yang ada di sebelah atas adalah calon alat kelamin jantan


(20)

sedang titik yang di bawahnya adalah calon anus. Pupa betina mempunyai dua titik yang saling berdekatan(Sudarmo, 1992).

Larva berkepompong dalam tanah atau pasir. Membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dan berkisar 1.6 cm. Lama stadium larva 10 – 14 hari (Erwin, 2000).

Sayap ngengat bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputih-putihan dengan bercak hitam (Gambar 4).

Gambar 4. Imago Spodoptera litura F. Sumber : Foto Langsung

Malam hari ngengat dapat terbang sejauh lima kilometer. Seekor ngengat betina dapat meletakkan 2000-3000 telur (Ardiansyah, 2007). Dengan masa peletakan telur 2 – 6 hari dan lama stadium imago yaittu 5 – 9 hari (Sudarmo, 1992).

Gejala Serangan Spodoptera litura F.

Kerusakan daun yang diakibatkan larva yang masih kecil merusak daun dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau (Gambar 5).


(21)

Gambar 5. Gejala Serangan Spodoptera litura F. Sumber : Foto langsung

Larva instar lanjut merusak tulang daun dan buah. Pada serangan berat menyebabkan gundulnya tanaman (Sudarmo, 1992).

Saat keluar dari telur, ulat hidup bergerombol disekitar paket sampai dengan instar ke-3, dan fase ini ulat memakan daun dengan gejala transparan. Pada instar ke-4 ulat menyebar kebagian tanaman atau ketanaman sekitarnya (Subandrijo dkk, 1992).

Pengendalian

Pengendalian hama ulat grayak ini dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pengendalian yang optimal dapat dimulai dengan membersihkan sekitar pertanaman dari gulma sehingga tidak ada inang sementara bagi hama ini. Selanjutnya dapat dilakukan pengendalian dengan memerangkap kupu-kupu jantannya dengan sex pheromone. berkurangnya kupu-kupu jantan menyebabkan produksi telur kupu-kupu betina juga akan berkurang, cara pengendalian ini akan effektif apabila diterapkan sejak awal.

Sex pheromone yang mudah dan praktis untuk diaplikasikan adalah Ugratasyang merupakan singkatan dari Ulat grayak brantas tuntas. Ugratas berbentuk seperti benang plastik berwarna merah dan digantung pada botol bekas air mineral yang diberi lubang kecil disekelilingnya. Paling sedikit diperlukan 5-10


(22)

effektivitasnya dalam memerangkap serangga jantan kurang lebih 3 minggu, sehingga setelah 3 minggu harus diganti kembali.

Penggunaan sex pheromone ini lebih menguntungkan karena karena tidak berdampak negatif bagi lingkungan sehingga aman bagi manusia dan ternak dan tidak menimbulkan kekebalan (resistensi) hama terhadap insektisisda serta dapat memperlambat perkembangan populasi hama tersebut sehingga dapat mengurangi penggunaan insektisida.

Sedangkan setelah menjadi larva, ulat grayak dapat dikendalikan secara mekanis, hayati maupun kimia. Pengendalian ulat grayak secara mekanis adalah dengan mengumpulkan dan memusnahkan ulat grayak yang tertangkap. Sedangkan secara hayati dilakukan dengan aplikasi agensia hayati berbahan aktif Bacilus thuringiensis yang dipasar dikenal dengan merk dagang seperti Dipel, Florbac, Bactospeine danThuricide. Pengendalian secara hayati ini tidak boleh digabung dengan pengendalian secara kimia, karena hasilnya pasti tidak effektif bahkan bisa dikatakan mubazir karena bahan-bahan kimia yang terkandung dalam insektisida tersebut dapat mematikan agensia hayati tersebut.

Secara kimia pengendalian ulat grayak dilakukan dengan menyemprotkan insektisida secara berseling, misalnya dengan Decis 2,5 EC dengan dosis 0,5 – 1,0 ml per liter air, Hostathion 40 EC dengan dosis 2 cc per liter air atau Orthene 75 SP 1 gr per liter air. Penggunnaan insektisisda ini harus dilakukan secara bijak (Anonimus,2011).


(23)

Serangga Predator F. auricularia Biologi Predator

Cecopet mudah dikenal karena ada penjepit pada ekornya. Penjepit dipakai untuk menangkap dan memegang mangsanya, serta pertahanan diri. Cecopet biasanya berwarna hitam atau coklat, dewasa bisa bersayap atau tanpa sayap, aktif pada malam hari, pada siang hari bersembunyi dalam tanah atau dalam bagian tanaman. Cecopet memangsa telur, larva dan nimfa serta imago serangga yang badannya lembut (Deptan, 2008).

Menurut Skelley (2007) cecopet diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Dermaptera Famili : Forficulidae Genus : Forficula Spesies : F. auricularia

F. auricularia dapat menghasilkan 50 – 90 telur masing- masing memiliki panjang 1,5 mm, diletakan di atas permukaan tanah pada seresah sisa-sisa tanaman (Gambar 6). Stadia telur selama 10 hari, betina akan menjaga telur-telur didalam sarangnya. Setelah kopulasi jantan akan meninggal (Deptan, 2008).


(24)

Gambar 6. Telur Forficulaauricularia

Sumber : www.google.co.id/imgres

Nimfa pengembangan meliputi 4 instar, lamanya stadia nimfa 40-50 hari . Nimfa instar 1 dan 2 menghabiskan waktu di atas permukaan tanah dan masih dalam pengawasan cecopet dewasa. Pada instar 3 dan 4 mulai menyebar pada lingkungan sekitar (Gambar 7) (Skelley, 2007).

Gambar 7. Nimfa Forficulaauricularia

Sumber: Foto langsung

F . auricularia dewasa memiliki panjang 12-15 mm , Memiliki dua pasang sayap (satu pasang seperti berkulit, dan satu pasang membran). Mengalami metamorfosis tidak sempurna. Tipe mulut menggigit lamanya siklus hidup 1 tahun (Gambar 8) (Choate, 2001).


(25)

Gambar 8. Imago Forficulaauricularia (a) betina (b) jantan Sumber: Foto langsung

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Predator

1. Habitat

a. Faktor iklim, seperti curah hujan, suhu, angin yang tidak mendukung. b. Tanaman inang, berpengaruh terhadap ketahanan atau kepekaan terhadap

serangga hama.

c. Kompetisi dengan spesies lain. d. Pengaruh pestisida.

2. Inang

a. Sebagian besar generasi inang tidak sinkron dengan musuh alami b. Terjadinya strain atau biotipe baru dari inang atau mangsa

c. Stadia inang tertentu yang tidak cocok 3. Musuh alami

a. Adanya migrasi atau diapauses b. reproduksi musuh alami rendah c. musuh alami bersifat kurang baik

a b


(26)

Kemampuan predator dalam memakan mangsanya dapat terjadi kenaikan yang tajam hal ini dikarenakan mangsa yang terlalu jarang dimangsa, hingga sampai pada suatu titik yang menggambarkan keadaan predator yang telah jenuh dalam memakan mangsanya (Horn, 1988).

Kesukaan predator sangat kuat dipengaruhi oleh efisiensi pencarian makanan yang dihubungkan dengan bagian mangsa yang potensial. Kesukaan predator tergantung pada kualitas mangsa dan energi yang dikeluarkan untuk menangkap mangsa (Naughton dan Wolf, 1990).


(27)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Universitas Sumatera Utara, Medan. Dengan ketinggian tempat ±25 m di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan agustus sampai September 2012.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cecopet, larva ulat grayak instar 2 dan 4, serta daun tembakau segar sebagai pakan.

Alat-alat yang digunakan adalah stoples, kain kasa, tisu, karet gelang modifikasi, kertas label, alat tulis, dan alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non factorial. yang terdiri 8 perlakan yaitu :

C01 : Kontrol dengan 10 larva ulat grayak instar 2/stoples

C02 : Kontrol dengan 10 larva ulat grayak instar 4/stoples

C1 : Diaplikasikan 2 ekor predator cecopet jantan setiap 10 ekor larva ulat grayak

instar 2/ stoples.

C2 : Diaplikasikan 2 ekor predator cecopet betina setiap 10 ekor larva ulat grayak

instar 2/ stoples.

C3 : Diaplikasikan sepasang predator cecopet setiap 10 ekor larva ulat grayak


(28)

C4 : Diaplikasikan 2 ekor predator cecopet jantan setiap 10 ekor larva ulat grayak

instar 4/ stoples.

C5 : Diaplikasikan 2 ekor predator cecopet betina setiap 10 ekor larva ulat grayak

instar 4/ stoples.

C6 : Diaplikasikan sepasang predator cecopet setiap 10 ekor larva ulat grayak

instar 4/ stoples.

Banyak ulangan dari masing-masing perlakuan adalah : t (r-1) ≥ 15

8 (r-1) ≥ 15

8r-8 ≥ 15

8r ≥ 23

r ≥ 23/8

r ≥ 2,87

Jumlah ulangan : 3 Ulangan

Jumlah unit percobaan : 24 Unit Percobaan

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + Eij

I = 1,2,…,t J = 1,2,…,r

t = jumlah perlakuan r = jumlah ulangan


(29)

Dimana:

Yij = data yang disebabkan pengaruh perlakuan pada taraf ke i dan ulangan ke j µ = rataan atau nilai tengah

αi = efek yang sebenarnya dari perlauan pada taraf ke i Eij = efek error dari treatment ke I dan ulangan ke j

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Perlakuan

Media yang digunakan berupa stoples volume 16 liter dengan ukuran 13cm x 19cm x 19cm yang telah diisi dengan pakan S.litura yaitu daun tembakau

yang diambil dari lapangan. Media disediakan sebanyak 24 stoples. Stoples ditutup dengan kain kasa pada bagian atas dan diikat dengan karet gelang modifikasi.

Penyediaan Larva Serangga Uji

Perbanyakan ulat grayak (S. litura) dilakukan dengan cara mengambil sebanyak mungkin kelompok telur dari lapangan. Telur-telur lalu dimasukkan kedalam stoples, kemudian kelompok telur dipelihara sehingga menjadi larva. Perbanyakan dilakukan untuk mendapatkan larva dengan instar yang sama yaitu instar 2 dan 4.

Penyediaan Predator Cecopet

Predator cecopet diambil dari lapangan dengan kriteria nimfa akhir, kemudian dipelihara hingga menjadi dewasa dilaboratorium untuk selanjutnya diseleksi jenis kelamin jantan dan betina.

Pengaplikasian

Pengaplikasian predator cecopet dilakukan dengan cara menginfestasikankan cecopet pada stoples yang telah berisi larva ulat grayak beserta daun tembakau segar yang akan menjadi makanannya. Kemudian predator diinfestasikan kedalam stoples


(30)

dimana jumlah cecopet yang diinfestasikan sesuai dengan perlakuan yang telah ditetapkan.

Peubah pengamatan

Persentase Mortalitas Larva S.litura

Pengamatan terhadap ulat grayak (S. litura) yang mati dilakukan setiap hari setelah satu hari aplikasi hingga 10 kali pengamatan. Persentase mortalitas dilakukan dengan menghitung larva yang mati dengan menggunakan rumus:

P = ×100%

b a

Keterangan:

P = Persentase mortalitas larva a = Jumlah larva yang mati b = Jumlah larva yang diamati

(Fayone dan lauge, 1981 dalam Ginting, 1996)

Cara Memangsa

Cara memangsa dilakuan dengan melihat dan mengamati perilaku cecopet dari menemukan hingga memangsa larva ulat grayak.


(31)

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Persentase Mortalitas

Data pengamatan persentase mortalitas ulat grayak (Spodoptera litura F.) dapat dilihat pada lampiran 2 - lampiran 11. Pengambilan data dilakukan pada 1hsa hingga 10 hsa. Dari hasil analisa sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian 2 ekor predator cecopet (Forficula auricularia) menunjukkan hasil yang tidak nyata pada pengamatan hari ke 1 dan 2 sedangkan pada pengamatan hari ke 3 hingga 10 sangat nyata. Untuk mengetahui hasil yang berbeda sangat nyata dapat dilihat pada Tabel. Tabel . Rataan Persentase Mortalitas Spodoptera litura F. Untuk Setiap Perlakuan

Pada 10 Kali Pengamatan.

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama

...berbeda sangat nyata pada taraf 1% menurut Uji Jarak Duncan.

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kemampuan memangsa larva ulat grayak berturut-turut yaitu C2 sebesar 96,67%, C1 sebesar 90%, C3 sebesar

86,67%, C5 sebesar 40%, C4 sebesar 36,67%, C6 sebesar 26,67%, C01 sebesar 3,33%

dan C02 sebesar 0%. dimana terdapat perbedaan yang sangat nyata antara C1,C2,C3

dan C4,C5,C6 terhadap kedua kontrol. Hal ini disebabkan pemberian perlakuan larva

mangsa instar 2 dan instar 4 yang menyebabkan kemampuan memangsa predator cecopet saling berbeda karena larva instar 4 memiliki ukuran tubuh yang lebih besar

Perlakuan Persentase Mortalitas

1hsa 2hsa 3hsa 4hsa 5hsa 6hsa 7hsa 8hsa 9hsa 10hsa C01 0.00 0.00 0.00C 0.00C 0.00E 3.33C 3.33D 3.33C 3.33C 3.33C

C02 0.00 0.00 0.00C 0.00C 0.00E 0.00D 0.00D 0.00C 0.00C 0.00C

C1 3.33 6.67 13.33B 20.00B 40.00C 56.67B 70.00B 80.00A 83.33A 90.00A

C2 3.33 13.33 33.33A 60.00A 80.00A 90.00A 96.67A 96.67A 96.67A 96.67A

C3 0.00 6.67 30.00A 53.33A 60.00B 73.33A 80.00A 80.00A 86.67A 86.67A

C4 0.00 6.67 16.67B 16.67B 23.33C 36.67B 36.67C 36.67B 36.67B 36.67B

C5 0.00 3.33 13.33B 13.33B 20.00D 33.33B 40.00C 40.00B 40.00B 40.00B


(32)

sehingga memiliki kemampuan yang lebih besar untuk melakukan perlawanan terhadap predator cecopet. San dan Simpon (1972 dalam Fitriani et al., 2011) menyatakan bahwa predator dalam mengkomsumsi mangsanya dipengaruhi oleh ukuran tubuh mangsanya. Hal ini juga disebabkan karena tubuh larva instar 2 lebih muda dan lunak dibandingkan dengan tubuh larva instar 4 sehingga larva instar 2 lebih mudah dimangsa oleh predator. Sesuai dengan pendapat Tanada dan Kaya (1993) menyatakan bahwa larva lebih muda lebih sensitif dibandingkan dengan larva yang lebih tua.

Dari tabel dapat dilihat tingkat mortalitas beberapa perlakuan jenis kelamin cecopet terhadap larva instar 2 dan 4 dapat dilihat bahwa perlakuan tertinggi adalah C2

(2 ekor predator cecopet betina setiap 10 ekor larva ulat grayak instar 2/stoples). Hal ini dikarenakan cecopet imago betina memiliki ukuran tubuh yang lebih besar sehingga memiliki kekuatan yang besar dalam melumpuhkan mangsanya. Hal ini sesuai dengan literatur (Untung 2001 dalam Adnan dan Handayani 2010) bahwa keunggulan sifat predator antara lain terlihat pada kecepatan bergerak, kekuatan yang lebih besar dan ukuran tubuh yang lebih besar dari mangsanya. Selain karena ukuran tubuhnya, cecopet imago betina ini memiliki penjepit yang lebih besar dibandingkan cecopet jantan lainnya sehingga lebih mudah untuk menjepit mangsanya. predator yang mempunyai kemampuan memangsa yang baik harus memiliki fisik yang memungkinkan predator tersebut mampu membunuh mangsanya dengan cepat. Selain itu serangga betina cecopet membutuhkan banyak makanan untuk mempersiapkan diri dalam kelanjutan hidupnya berupa menghasilkan keturunan. Sesuai dengan pernyataan putra (1994) bahwa cecopet memiliki penjepit yang lurus dan kuat yang digunakan untuk mempertahankan diri dan untuk memegang mangsanya.


(33)

Dari tabel, menunjukkan bahwa semua perlakuan pemberian predator cecopet mengalami peningkatan mortalitas ulat grayak dapat terlihat dari 1 sampai 10 hsa yang akhirnya menunjukkan sidik ragam sangat nyata. Hal ini menunjukkan predator cecopet dapat memangsa tingkat instar muda hingga tua. Hal ini sesuai dengan literatur (Hall dan Ehler 1979 dalam Hagen et al., 1999) yang menyatakan bahwa predator tidak hanya memangsa satu stadia perkembangan hama seperti larva, pupa dan imago dan dapat memangsa secara berkelanjutan sepanjang hidupnya. Predator memiliki keunggulan tertentu yakni tidak membutuhkan sinkronisasi dalam satu tahap rentan dari siklus hama. selanjutnya Nurindah dan Bidra (1988) melaporkan bahwa cecopet dapat memangsa telur dan larva.

Pada perlakuan kontrol (instar 2 dan 4) terdapat perbedaan hasil yang berbeda dimana C01 (instar 2) terbentuk mortalitas sebesar 3,33% sedangkan C02 (instar 4)

sebesar 0%. Hal ini disebabkan tubuh larva instar 2 lebih muda dan rentan mati akibat kondisi lingkungan yang berbeda berbanding terbalik dengan larva instar 4 yang memiliki tubuh lebih besar dan kemampuan hidup yang kuat dan lapisan kutikula yang lebih tebal. Menurut (Hasal 1996 dalam Natawigena 1990) bahwa mekanisme resistensi pada serangga disebabkan oleh adanya sifat morfologis, fisiologis dan biokimia serangga. secara fisiologis dan morfologis, serangga memiliki ketebalan kutikula atau terdapat penghalang bulu.


(34)

Histogram mortalitas ulat grayak (S. litura F.) akibat pengaruh prmberian predator cecopet (F. auricularia) pada 10 kali pengamatan dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 6. Histogram Rataan Persentase Mortalitas S. litura F. Untuk Setiap Perlakuan Pada 10 Kali Pengamatan.


(35)

2. Cara Memangsa

Dari hasil pengamatan proses orientasi mangsa oleh predator cecopet diawali dengan perilaku predator dalam melakuakan pengenalan terhadap mangsanya, dengan cara mendekati secara diam dan menggerakkan antena lebih aktif dan melakukan pemangsaan dengan melumpuhkan mangsa dengan capit yang terdapat dibagian tubuh cecopet yang kemudian memakan isi cairan yang didalam tubuh larva dari satu arah sehingga larva terlihat menghitam. Hal ini sesuai dengan literatur Fitriani (2011) yang menyatakan perilaku predator dalam memangsa didahului dengan pengenalan berupa gerakan predator yang untuk berjalan mendekati mangsa kemudian menjahuinya dengan beberapa kali, cecopet kemudian diam beberapa saat didekat mangsa, kemudian memutari mangsa beberapa kali sebelum melakukan pemangsaan dengan beberapa gerakan yaitu posisi caput yang menunduk kemudian mengangkat abdomen hingga lebih tinggi dibandingkan tubuhnya sambil menggerakkan antena secara aktif.

Gambar 10. Cara memangsa F. auricularia

Dari hasil pengamatan cecopet menggunakan penjapitnya untuk menangkap mangsa dan bertahan diri. Hal ini sesuai dengan literatur Alouw (2005) yang menyatakan cecopet akan menangkap mangsanya dengan penjepit dan membengkokkan tubuhnya untuk memakan mangsanya. Jika mangsa sudah tidak bergerak maka akan dilepaskannya dari jepitan dan melanjutkan memakan tubuh


(36)

mangsanya. Sementara memakan tubuh mangsanya cecopet bisa juga menggunakan penjepitnya untuk menangkap hama lain yang menyentuh tubuhnya.

Dari hasil pengamatan larva instar 2 pada umumnya habis dimakan oleh cecopet karena tubuh yang masih lunak sedangkan instar 4 masih tersisa yang akan menghitam dibagian thorax dan caput karena bagian tersebut lebih keras. Hal ini sesuai dengan pernyataan Flinn et al. (1985) menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menangkap dan mengkonsumsi adalah proporsional terhadap ukuran tubuh hama sebab predator membutuhkan waktu lebih lama untuk memakan inang yang lebih besar. Setelah memakan mangsa yang berukuran besar, predator membutuhkan waktu lebih lama untuk istrahat sebelum memangsa mangsa lain akibat kekenyangan. larva instar 4 dimangsa lebih sedikit. hal ini disebabkan karena integument dan kutikula yang lebih keras dan ukuran yang lebih besar.


(37)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Cecopet dapat memangsa larva instar muda dan tua.

2. Daya predasi cecopet yang paling efektif terdapat di perlakuan C2 (2 ekor predator

cecopet betina setiap 10 ekor larva ulat grayak instar 2/ stoples) yaitu sebesar 96,67% dan terendah di perlakuan C02 yaitu 0% (kontrol dengan 10 larva ulat

grayak instar 4/stoples).

3. Cara memangsa cecopet didahului dengan pengenalan dengan gerakan antena secara aktif kemudian melumpuhkan mangsa dengan capit lalu dimakan.

Saran

Penelitian lanjutan mengenai uji efektifitas pelepasan predator cecopet diberbagai tanaman budidaya dengan berbagai perlakuan jumlah predator.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Adnan., A.M. dan Handayani. 2010. Kemampuan Memangsa Cecopet ( Euborellia annulata Fabricus) terhadap Penggerek Tongkol Jagung

(Helicoverpa armigera Hubner). Prosiding Pekan Serealia Nasional.

Alouw, J.C. 2005. Tanggap fungsional predator Euborellia annulata (Fabricius) terhadap ngengat bunga kelapa. Prosiding Simposium IV hasil Penelitian tanaman perkebunan,28-30 September 2004. Buku-2. 189-195.

Anonimus. 2011. Mengendalikan Serangan Ulat Grayak Spodoptera Litura. http://bp4ktaput.com

Arifin, M. 2011. Teknik Produksi dan Pemanfaatan Bioinsektisida NPV untuk mengendalikan ulat grayak Kedelai. Balitbio Tanaman Pangan. Bogor.

Cardona, E. V., C. S. Ligat., dan M. P. Subang. 2007. Life History Of Common Cutworm, Spodoptera Litura Fabricius (Noctuidae ; Lepidoptera) In Benguet. Progress Report. BSU Research In- House Review.

Choate, P.M,. 2001. The earwigs (Dermaptera) of Florida and eastern United States. Deptan., 2008. Penyebaran Hama Kelapa di Beberapa Wilayah

Erwin, 2000. Hama dan Penyakit Tembakau Deli. Balai Penelitian Tembakau Deli PTPN II (Persero), Medan. Halm 1-2.

Fitriani, U dkk. 2011. Kemampuan Memangsa Euborellia annulata (Dermaptera: Anisolabididae) dan Preferensi pada Berbagai Instar Larva Spodoptera Litura. Universitas Hasanuddin. Makasara 7 (3):182-185

Flinn, PW, AA Hoer and Raj Taylor. 1985. Preference of Rediuviolus mericoferus (Hemiptera: Nabidae) for potato leafhopper nymphs and pea aphids. Can. Enotomol. 117: 1503-1508.

Ginting, R. 1996. Efikasi Mindi dan Mimba Terhadap Setothosea asigna Van Eeke (Lepidoptera : Limacodidae) Pada Kelapa Sawit (Elaeis guinensis) di Rumah Kasa.

Hagen, Ks, Nj Mills, G Gordh And Ja Mcmurtry. 1999. Terrestrial arthropoda predators of insect and mite pest. In. TS. Bellows, and T.W. Fisher (eds). Biological control, principles and applications of biological control. San Diego: Academic Press Ltd p. 383-503.


(39)

Horn, D.J. 1988. Ecological Approach To Pest Management. The Guildford Press. New York.

Kalshoven, L.G.E. 1981. Pest of Crop In Indonesia. P.t. Ichtiar Baru. Van Hoeve, Jakarta. P.350.

Labiran Y., 2006. Pengaruh Pelepasan Cecopet (Euborellia annulata Fabricus) Dalam Usaha Pengendalian Lalat Buah Bactrocera dorsalis Hendel (Diptera: Tepritidae) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makasar.

Naughton, M.C.S.J., dan Wolf, L.L. 1990. Ekologi Umum. Edisi Kedua, Penterjemah Drs. S. Pringgoseputro dan Ir. B. Srigondon, MSc., Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Natawigena H. 1990. Pengendalian Hama Terpadu. Armico, Bandung.

Nathan, sentil S. and K. Kalaivani. 2005. Efficacy of nucleopolyhedrosis virus and azadirachtin on Spodoptera litura Fabricius (Lepidoptera: Noctuidae). Biol. Control 34: 93-98

Nuridah and O.S. Bindra, 1988. Studics on Biological Control of Cotton Pest. In dust crops R.

Putra N.S., 1994. Serangga di Sekitar Kita. Kanisius. Yogyakarta.

Sasromarsono, S dan Untung, K. 2000. Keanekaragaman Hayati arthropoda:Predator dan Parasit di Indonesia dan Pemanfaatannya. http//:www.google.com. Diunduh pada Tanggal 22 Februari 2012.

Skelley, PE., 2007. European earwig Forficula auricularia Linnaeus. Featured Creatures. EENY-32.

Subandrijo, S.H., Istdijoso dan Suwarso. 1992. Pengendalian Serangga Hama Tembakau Besuki Oogst. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Tembakau dan Tanaman Serat. Malang, Indonesia.

Sudarmo, S. 1992. Tembakau. Kanisius. Yogyakarta.

Tanada, Y. Dan Kaya, H.K. 1993. Academicspress inc. New York. pp 459-483.

Trisnaningsih., dan Arifin, K. 2008. Formulasi NPV Untuk Mengendalikan Ulat Grayak Padi (Mythimna separata) Pada Tanaman Padi. J. Entomol. Indon 6 : (86-94)


(40)

BAGAN PENELITIAN

U1 U2 U3

Keterangan:

C01 : Kontrol dengan 10 larva ulat grayak instar 2/stoples C02 : Kontrol dengan 10 larva ulat grayak instar 4/stoples

C1 : Diaplikasikan 2 ekor predator cecopet jantan setiap 10 ekor larva ulat grayak instar 2/ stoples.

C2 : Diaplikasikan 2 ekor predator cecopet betina setiap 10 ekor larva ulat grayak instar 2/ stoples.

C3 : Diaplikasikan sepasang predator cecopet setiap 10 ekor larva ulat grayak instar 2/ stoples.

C4 : Diaplikasikan 2 ekor predator cecopet jantan setiap 10 ekor larva ulat grayak instar 4/ stoples.

C5 : Diaplikasikan 2 ekor predator cecopet betina setiap 10 ekor larva ulat grayak instar 4/ stoples.

C4 C02

C01 C1

C3 C2

C6 C5

C02 C4

C6 C2

C5 C01

C1 C3

C1 C5

C2 C02

C4 C3


(41)

C6 : Diaplikasikan sepasang predator cecopet setiap 10 ekor larva ulat grayak instar 4/ stoples.


(42)

Lampiran 2. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 1 has

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 0 0.00 0.00

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 0 10 0 10.00 3.33

C2 0 0 10 10.00 3.33

C3 0 0 0 0.00 0.00

C4 0 0 0 0.00 0.00

C5 0 0 0 0.00 0.00

C6 0 0 0 0.00 0.00

Total 0.00 10.00 10.00 20.00

Rataan 0.00 1.25 1.25 0.83

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 0.00 18.43 0.00 18.43 6.14

C2 0.00 0.00 18.43 18.43 6.14

C3 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C4 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C6 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

Total 0.00 18.43 18.43 36.87

Rataan 0.00 2.30 2.30 1.54

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 169.92 24.27 0.86 tn 2.66 4.03

Galat 16 453.13 28.32

Total 23 623.05

FK 56.64

KK 2.34

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(43)

Lampiran 3. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 2 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 0 0.00 0.00

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 0 20 0 20.00 6.67

C2 30 0 10 40.00 13.33

C3 10 10 0 20.00 6.67

C4 10 10 0 20.00 6.67

C5 0 10 0 10.00 3.33

C6 0 10 0 10.00 3.33

Total 50.00 60.00 10.00 120.00

Rataan 6.25 7.50 1.25 5.00

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 0.00 26.57 0.00 26.57 8.86

C2 33.21 0.00 18.43 51.65 17.22

C3 18.43 18.43 0.00 36.87 12.29

C4 18.43 18.43 0.00 36.87 12.29

C5 0.00 18.43 0.00 18.43 6.14

C6 0.00 18.43 0.00 18.43 6.14

Total 70.08 100.30 18.43 188.82

Rataan 8.76 12.54 2.30 7.87

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 771.61 110.23 0.91 tn 2.66 4.03

Galat 16 1930.44 120.65

Total 23 2702.05

FK 1485.55

KK 0.46

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(44)

Lampiran 4. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 3 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 0 0.00 0.00

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 10 20 10 40.00 13.33

C2 50 20 30 100.00 33.33

C3 30 40 20 90.00 30.00

C4 20 20 10 50.00 16.67

C5 10 20 10 40.00 13.33

C6 10 10 10 30.00 10.00

Total 130.00 130.00 90.00 350.00 Rataan 16.25 16.25 11.25 14.58

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 18.43 26.57 18.43 63.43 21.14

C2 45.00 26.57 33.21 104.78 34.93

C3 33.21 39.23 26.57 99.01 33.00

C4 26.57 26.57 18.43 71.57 23.86

C5 18.43 26.57 18.43 63.43 21.14

C6 18.43 18.43 18.43 55.30 18.43

Total 160.08 163.93 133.52 457.52 Rataan 20.01 20.49 16.69 19.06

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01 Perlakuan 7 3614.24 516.32 21.36 ** 2.66 4.03

Galat 16 386.81 24.18

Total 23 4001.05

FK 8721.98

KK 0.19

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(45)

Uji Jarak Duncan

SY 2.32 -9.57 -10.06 -10.31 2.81 2.67 5.84 19.06 22.30

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

SSR 0.01 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76 LSR 0.01 9.57 10.06 10.31 10.52 10.66 10.82 10.94 11.03

Perlakuan C01 C02 C6 C1 C5 C4 C3 C2

Rataan 0.00 0.00 0.00 13.33 13.33 16.67 30.00 33.33

A

B


(46)

Lampiran 5. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 4 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 0 0.00 0.00

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 20 30 10 60.00 20.00

C2 80 50 50 180.00 60.00

C3 60 60 40 160.00 53.33

C4 20 20 10 50.00 16.67

C5 10 20 10 40.00 13.33

C6 10 10 20 40.00 13.33

Total 200.00 190.00 140.00 530.00

Rataan 25.00 23.75 17.50 22.08

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 26.57 33.21 18.43 78.21 26.07

C2 63.43 45.00 45.00 153.43 51.14

C3 50.77 50.77 39.23 140.77 46.92

C4 26.57 26.57 18.43 71.57 23.86

C5 18.43 26.57 18.43 63.43 21.14

C6 18.43 18.43 26.57 63.43 21.14

Total 204.20 200.54 166.10 570.85

Rataan 25.53 25.07 20.76 23.79

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 7303.64 1043.38 29.97 ** 2.66 4.03

Galat 16 557.03 34.81

Total 23 7860.67

FK 13577.87

KK 0.15

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(47)

Uji Jarak Duncan

SY 2.78 -11.49 -12.07 0.95 0.70 3.88 7.01 40.20 46.76

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

SSR 0.01 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76 LSR 0.01 11.49 12.07 12.38 12.63 12.79 12.99 13.13 13.24

Perlakuan C01 C02 C6 C5 C4 C1 C3 C2

Rataan 0.00 0.00 13.33 13.33 16.67 20.00 53.33 60.00

A

B


(48)

Lampiran 6. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 5 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 0 0.00 0.00

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 40 30 50 120.00 40.00

C2 100 70 70 240.00 80.00

C3 70 60 50 180.00 60.00

C4 30 20 20 70.00 23.33

C5 20 30 10 60.00 20.00

C6 30 10 20 60.00 20.00

Total 290.00 220.00 220.00 730.00

Rataan 36.25 27.50 27.50 30.42

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 39.23 33.21 45.00 117.44 39.15

C2 90.00 56.79 56.79 203.58 67.86

C3 56.79 50.77 45.00 152.56 50.85

C4 33.21 26.57 26.57 86.34 28.78

C5 26.57 33.21 18.43 78.21 26.07

C6 33.21 18.43 26.57 78.21 26.07

Total 279.01 218.98 218.35 716.34

Rataan 34.88 27.37 27.29 29.85

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 11352.07 1621.72 23.11 ** 2.66 4.03

Galat 16 1122.82 70.18

Total 23 12474.89

FK 21381.02

KK 0.12

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(49)

Uji Jarak Duncan

SY 3.95 -16.31 -17.14 2.43 2.07 5.16 21.56 41.36 61.20

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

SSR 0.01 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76 LSR 0.01 16.31 17.14 17.57 17.93 18.17 18.44 18.64 18.80

Perlakuan C01 C02 C6 C5 C4 C1 C3 C2

Rataan 0.00 0.00 20.00 20.00 23.33 40.00 60.00 80.00

A.

B.

C

D


(50)

Lampiran 7. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 6 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 10 10.00 3.33

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 70 40 60 170.00 56.67

C2 100 80 90 270.00 90.00

C3 100 70 50 220.00 73.33

C4 40 40 30 110.00 36.67

C5 40 30 30 100.00 33.33

C6 40 20 20 80.00 26.67

Total 390.00 280.00 290.00 960.00

Rataan 48.75 35.00 36.25 40.00

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 18.43 18.43 6.14

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 56.79 39.23 50.77 146.79 48.93

C2 90.00 63.43 71.57 225.00 75.00

C3 90.00 56.79 45.00 191.79 63.93

C4 39.23 39.23 33.21 111.67 37.22

C5 39.23 33.21 33.21 105.65 35.22

C6 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79

Total 354.48 258.46 278.76 891.70

Rataan 44.31 32.31 34.84 37.15

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 14022.58 2003.23 16.02 ** 2.66 4.03

Galat 16 2000.59 125.04

Total 23 16023.17

FK 33130.52

KK 0.10

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(51)

Uji Jarak Duncan

SY 5.27 -21.77 -19.55 3.21 9.40 12.42 32.05 48.45 64.91

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

SSR 0.01 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76 LSR 0.01 21.77 22.88 23.46 23.93 24.25 24.62 24.88 25.09

Perlakuan C02 C01 C6 C5 C4 C1 C3 C2

Rataan 0.00 3.33 26.67 33.33 36.67 56.67 73.33 90.00

A

B

C


(52)

Lampiran 8. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 7 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 10 10.00 3.33

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 90 60 60 210.00 70.00

C2 100 100 90 290.00 96.67

C3 100 80 60 240.00 80.00

C4 40 40 30 110.00 36.67

C5 50 30 40 120.00 40.00

C6 40 20 20 80.00 26.67

Total 420.00 330.00 310.00 1060.00

Rataan 52.50 41.25 38.75 44.17

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 18.43 18.43 6.14

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 71.57 50.77 50.77 173.10 57.70

C2 90.00 90.00 71.57 251.57 83.86

C3 90.00 63.43 50.77 204.20 68.07

C4 39.23 39.23 33.21 111.67 37.22

C5 45.00 33.21 39.23 117.44 39.15

C6 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79

Total 375.03 303.21 290.54 968.78

Rataan 46.88 37.90 36.32 40.37

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 17588.32 2512.62 23.05 ** 2.66 4.03

Galat 16 1743.84 108.99

Total 23 19332.16

FK 39105.89

KK 0.09

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(53)

Uji Jarak Duncan

SY 4.92 -20.33 -18.03 4.77 14.33 17.36 47.02 56.77 73.24

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

SSR 0.01 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76 LSR 0.01 20.33 21.36 21.90 22.34 22.64 22.98 23.23 23.43

Perlakuan C02 C01 C6 C4 C5 C1 C3 C2

Rataan 0.00 3.33 26.67 36.67 40.00 70.00 80.00 96.67

A

B.

C


(54)

Lampiran 9. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 8 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 10 10.00 3.33

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 90 70 80 240.00 80.00

C2 100 100 90 290.00 96.67

C3 100 80 60 240.00 80.00

C4 40 40 30 110.00 36.67

C5 50 30 40 120.00 40.00

C6 40 20 20 80.00 26.67

Total 420.00 340.00 330.00 1090.00

Rataan 52.50 42.50 41.25 45.42

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 18.43 18.43 6.14

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 71.57 56.79 63.43 191.79 63.93

C2 90.00 90.00 71.57 251.57 83.86

C3 90.00 63.43 50.77 204.20 68.07

C4 39.23 39.23 33.21 111.67 37.22

C5 45.00 33.21 39.23 117.44 39.15

C6 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79

Total 375.03 309.23 303.21 987.47

Rataan 46.88 38.65 37.90 41.14

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 18338.04 2619.72 26.78 ** 2.66 4.03

Galat 16 1565.04 97.81

Total 23 19903.08

FK 40629.08

KK 0.09

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(55)

Uji Jarak Duncan

SY 4.66 -19.26 -16.90 5.92 15.50 18.55 58.23 57.99 74.48

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

SSR 0.01 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76 LSR 0.01 19.26 20.23 20.75 21.17 21.45 21.77 22.01 22.19

Perlakuan C02 C01 C6 C4 C5 C3 C1 C2

Rataan 0.00 3.33 26.67 36.67 40.00 80.00 80.00 96.67

A

B


(56)

Lampiran 10. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 9 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 10 10.00 3.33

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 90 80 80 250.00 83.33

C2 100 100 90 290.00 96.67

C3 100 80 80 260.00 86.67

C4 40 40 30 110.00 36.67

C5 50 30 40 120.00 40.00

C6 40 20 20 80.00 26.67

Total 420.00 350.00 350.00 1120.00

Rataan 52.50 43.75 43.75 46.67

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 18.43 18.43 6.14

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 71.57 63.43 63.43 198.43 66.14

C2 90.00 90.00 71.57 251.57 83.86

C3 90.00 63.43 63.43 216.87 72.29

C4 39.23 39.23 33.21 111.67 37.22

C5 45.00 33.21 39.23 117.44 39.15

C6 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79

Total 375.03 315.88 315.88 1006.78

Rataan 46.88 39.48 39.48 41.95

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 19375.60 2767.94 37.91 ** 2.66 4.03

Galat 16 1168.29 73.02

Total 23 20543.89

FK 42233.82

KK 0.09

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(57)

Uji Jarak Duncan

SY 4.03 -16.64 -14.15 8.74 18.38 21.47 64.52 67.66 77.50

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

SSR 0.01 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76 LSR 0.01 16.64 17.48 17.93 18.29 18.53 18.81 19.01 19.17

Perlakuan C02 C01 C6 C4 C5 C1 C3 C2

Rataan 0.00 3.33 26.67 36.67 40.00 83.33 86.67 96.67

A

B


(58)

Lampiran 11. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 10 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 10 10.00 3.33

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 90 80 100 270.00 90.00

C2 100 100 90 290.00 96.67

C3 100 80 80 260.00 86.67

C4 40 40 30 110.00 36.67

C5 50 30 40 120.00 40.00

C6 40 20 20 80.00 26.67

Total 420.00 350.00 370.00 1140.00

Rataan 52.50 43.75 46.25 47.50

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 18.43 18.43 6.14

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 71.57 63.43 90.00 225.00 75.00

C2 90.00 90.00 71.57 251.57 83.86

C3 90.00 63.43 63.43 216.87 72.29

C4 39.23 39.23 33.21 111.67 37.22

C5 45.00 33.21 39.23 117.44 39.15

C6 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79

Total 375.03 315.88 342.44 1033.35

Rataan 46.88 39.48 42.81 43.06

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 20866.95 2980.99 31.91 ** 2.66 4.03

Galat 16 1494.77 93.42

Total 23 22361.73

FK 44492.00

KK 0.08

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(59)

Uji Jarak Duncan

SY 4.56 -18.82 -16.44 6.39 15.98 19.04 65.39 68.49 74.98

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

SSR 0.01 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76 LSR 0.01 18.82 19.77 20.28 20.69 20.96 21.28 21.51 21.69

Perlakuan C02 C01 C6 C4 C5 C3 C1 C2

Rataan 0.00 3.33 26.67 36.67 40.00 86.67 90.00 96.67

A

B


(60)

(61)

(1)

Lampiran 10. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 9 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 10 10.00 3.33

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 90 80 80 250.00 83.33

C2 100 100 90 290.00 96.67

C3 100 80 80 260.00 86.67

C4 40 40 30 110.00 36.67

C5 50 30 40 120.00 40.00

C6 40 20 20 80.00 26.67

Total 420.00 350.00 350.00 1120.00

Rataan 52.50 43.75 43.75 46.67

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 18.43 18.43 6.14

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 71.57 63.43 63.43 198.43 66.14

C2 90.00 90.00 71.57 251.57 83.86

C3 90.00 63.43 63.43 216.87 72.29

C4 39.23 39.23 33.21 111.67 37.22

C5 45.00 33.21 39.23 117.44 39.15

C6 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79

Total 375.03 315.88 315.88 1006.78

Rataan 46.88 39.48 39.48 41.95

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 19375.60 2767.94 37.91 ** 2.66 4.03

Galat 16 1168.29 73.02

Total 23 20543.89

FK 42233.82

KK 0.09

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(2)

Uji Jarak Duncan

SY 4.03 -16.64 -14.15 8.74 18.38 21.47 64.52 67.66 77.50

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

SSR 0.01 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76 LSR 0.01 16.64 17.48 17.93 18.29 18.53 18.81 19.01 19.17

Perlakuan C02 C01 C6 C4 C5 C1 C3 C2

Rataan 0.00 3.33 26.67 36.67 40.00 83.33 86.67 96.67

A

B


(3)

Lampiran 11. Data Mortalitas Cecopet (Forficula auricularia) Untuk Setiap Perlakuan Pada Pengamatan 10 hsa

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0 0 10 10.00 3.33

C02 0 0 0 0.00 0.00

C1 90 80 100 270.00 90.00

C2 100 100 90 290.00 96.67

C3 100 80 80 260.00 86.67

C4 40 40 30 110.00 36.67

C5 50 30 40 120.00 40.00

C6 40 20 20 80.00 26.67

Total 420.00 350.00 370.00 1140.00

Rataan 52.50 43.75 46.25 47.50

Transformasi data Arc Sin X

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

C01 0.00 0.00 18.43 18.43 6.14

C02 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

C1 71.57 63.43 90.00 225.00 75.00

C2 90.00 90.00 71.57 251.57 83.86

C3 90.00 63.43 63.43 216.87 72.29

C4 39.23 39.23 33.21 111.67 37.22

C5 45.00 33.21 39.23 117.44 39.15

C6 39.23 26.57 26.57 92.36 30.79

Total 375.03 315.88 342.44 1033.35

Rataan 46.88 39.48 42.81 43.06

Daftar Sidik Ragam

SK db JK KT F

hitung 0.05 0.01

Perlakuan 7 20866.95 2980.99 31.91 ** 2.66 4.03

Galat 16 1494.77 93.42

Total 23 22361.73

FK 44492.00

KK 0.08

tn = Tidak Nyata * = Nyata ** = Sangat


(4)

Uji Jarak Duncan

SY 4.56 -18.82 -16.44 6.39 15.98 19.04 65.39 68.49 74.98

I 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00

SSR 0.01 4.13 4.34 4.45 4.54 4.60 4.67 4.72 4.76 LSR 0.01 18.82 19.77 20.28 20.69 20.96 21.28 21.51 21.69

Perlakuan C02 C01 C6 C4 C5 C3 C1 C2

Rataan 0.00 3.33 26.67 36.67 40.00 86.67 90.00 96.67

A

B


(5)

FOTO PENELITIAN


(6)

Dokumen yang terkait

Kemampuan memangsa Rhynocoris fuscipes F. (Hemiptera : Reduviidae) terhadap Larva A Erionota thrax L. (Lepidoptera : Hesperiidae) dan Spodoptera litura F. (Lepidoptera : Noctuidae)di Laboratorium

4 77 57

Kemampuan Memangsa Rhynocoris Fuscipes F. (Hemiptera:Reduviidae) Terhadap Larva Erionota Thrax L. (Lepidoptera:Hesperiidae) Dan Spodoptera Litura F. (Lepidoptera : Noctuidae) Di Laboratorium

1 56 57

Uji Efektivitas Granulosis Virus (Gv) Terhadap Ulat Grayak Spodoptera spp. (Lepidoptera: Noctuldae) Pada Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Di Lapangan

1 61 69

Uji Predasi Cecopet ( Forficula Auricularia) (Darmaptera : Forficulidae ) Terhadap Larva Dan Imago Brontispa Longissima Gestro. Coleoptera : Chrysomelidae) Di Laboratorium

1 44 82

Pengaruh Biopestisida Dalam Mengendalikan Ulat Grayak Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau Deli (Nicotiana tabacum L.) Di Rumah Kasa

0 42 47

Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera litura (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.)

2 34 58

Efektivitas Beauveria Bassiana (Bals.) Vuill Terhadap Spodoptera litura F (Lepidoptera: Noctuidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit

0 47 43

Patogenisitas Beauveria Bassiana Pada Spodoptera Litura Fabricius (Lepidoptera : Noctuidae) Pada Tanaman Kelapa Sawit

2 66 42

UJI SARI UMBI BAWANG PUTIH (Allium sativum L.) TERHADAP MORTALITAS LARVA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.) INSTAR 3

1 24 1

DAYA RACUN MINYAK BIJI JARAK (Jatropa curcas L.) TERHADAP HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura F.)

4 19 26