a. Strategi  merupakan  suatu  upaya  bagaimana  tujuan-tujuan  perencanaan
dapat  dicapai  dengan  mempergunakan  sumber-sumber  yang  dimiliki  oleh suatu  lembagaperusahaan  disamping  diusahakan  pula  untuk  mengatasi
kesulitan serta tantangan-tantangan yang ada. b.
Strategi  sebagai  seperangkat  tujuan  dan  rencana  tindakan  yang  spesifik, yang  apabila  dicapai  akan  memberikan  suatu  keunggulan  kompetitif  yang
diharapkan.
21
c. Strategi  merupakan  alat  untuk  mencapai  perubahan  dalam  kaitannya
dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumber daya.
Strategi  apa  saja  tidak  cukup,  dibutuhkan  pengetahuanmanajemen  yang memungkinkan  perusahaanlembaga  mencapai  tujuannya.  Manajemen
strategilah  yang  lebih  tepat  supaya  strategi-strategi  perusahaanlembaga dapat terlaksana dengan baik.
C. Pengertian dan Jenis-jenis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Pengertian  tentang  usaha  mikro,  kecil  dan  menengah  tidak  selalu  sama, tergantung konsep yang digunakan Negara tersebut. Definisi legal formal masing-
masing  berdasarkan  peraturan  dan  perundang-undangan  yang  berbeda.  Sesuai dengan  Undang-Undang  Nomor  20  Tahun  2008,  usaha  mikro  adalah  usaha
21
Blocher.  dkk.,  Manajemen  Biaya,  terjemahan  Dra.  A.  Suty  Ambarriani,  M.  Si.,  Jakarta: Salemba Empat, 2000, h. 3
produktif milik orang perorangan danatau badan usaha perorangan yang memiliki total asset maksimal Rp. 50.000.000,- dan memiliki hasil penjualan maksimal Rp.
300.000.000,-.  Adapun  usaha  kecil  adalah  usaha  ekonomi  produktif  yang  berdiri sendiri,  yang  dilakukan  oleh  orang  perorangan  atau  badan  usaha  yang  bukan
merupakan  anak  perusahaan  atau  bukan  cabang  perusahaan  yang  dimiliki, dikuasai,  atau  menjadi  bagian  baik  langsung  maupun  tidak  langsung  dari  usaha
menengah  atau  usaha  besar  yang  memiliki  total  asset    Rp.  50.000.000,-  sampai dengan  Rp.  500.000.000,-  dan  memiliki  hasil  penjualan  maksimal    Rp.
300.000.000,- sampai dengan Rp. 2,5 Milyar. Sedangkan usaha menengah adalah usaha  ekonomi  produktif  yang  berdiri  sendiri,  yang  dilakukan  oleh  orang
perseorangan  atau  badan  usaha  yang  bukan  merupakan  anak  perusahaan  atau cabang  perusahaan  yang  dimiliki,  dikuasai,  atau  menjadi  bagian  baik  langsung
maupun  tidak  langsung  dengan  Usaha  Kecil  atau  Usaha  Besar  dengan  jumlah kekayaan  bersih    Rp.  500.000.000,-  sampai  dengan  Rp.  10  Milyar  atau  hasil
penjualan tahunan  Rp. 2,5 Milyar sampai dengan Rp. 50 Milyar. Usaha  kecil  berdasarkan  Undang-Undang  No.  9  tahun  1995  adalah  segala
kegiatan  ekonomi  rakyat  yang  berskala  kecil  dan  memenuhi  kriteria  kekayaan bersih  atau  hasil  penjualan  tahunan  serta  kepemilikan  sebagaimana  diatur  dalam
undang-undang ini. Adapun kriteria usaha kecil menurut undang-undang ini adalah sebagai berikut:
1 Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha
2 Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1 Milyar
3 Milik Warga Negara Indonesia
4 Berdiri  sendiri,  bukan  bukan  merupakan  anak  perusahaan  atau  cabang
perusahaan  yang  dimiliki,  dikuasai,  atau  berafiliasi  baik  langsung  maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar
5 Berbentuk  usaha  perseorangan,  badan  usaha  yang  tidak  berbadan  hukum
atau  badan  usaha  yang  berbadan  hukum  termasuk  koperasi  pasal  5  ayat 1.
22
Berdasarkan surat edaran BI No. 261UKK tanggal 29 Mei 1993 perihal kredit usaha  kecil,  usaha  kecil  didefinisikan:  yang  dimaksud  dengan  usaha  kecil  adalah
usaha  yang  memiliki  total  asset  maksimum  Rp.  600.000.000,-  tidak  termasuk tanah dan rumah yang di tempati.
23
Badan  Pusat  Statistik  BPS  mendefinisikan  usaha  kecil  sebagai  usaha  skala kecil  yang  difokuskan  pada  industri  manufaktur  dengan  menggunakan  kriteria
serapan  tenaga  kerja.  Berdasarkan  kriteria  BPS  itu,  industri  skala  kecil  dicatat sebagai suatu perusahaan manufaktur yang mempekerjakan tenaga kerja antara 5
– 19 orang.
22
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hal. 42
23
Indra  Ismawan,  Sukses  di  Era  Ekonomi  Liberal,  Bagi  Koperasi  Perusahaan  Kecil  dan Menengah, Jakarta: Gasindo, 2001, h. 3
Dari  hasil  penelitian  yang  dilakukan  Lembaga  Manajemen  FE  UI  tahun  1987 dapat dirumuskan profil usaha kecil di Indonesia sebagai berikut:
24
1 Hampir  setengah  dari  perusahaan  kecil  hanya  mempergunakan  kapasitas
produksi 60 atau kurang; 2
Lebih dari setengah perusahaan kecil didirikan sebagai pengembangan dari usaha-usaha kecilan atau dari industri rumah tangga;
3 Usaha menurun karena kurang modal, kurang mampu memasarkan, kurang
ketrampilan teknis dan administrasi; 4
Mengharapkan  bantuan  pemerintah  berupa  modal,  pemasaran,  dan pengadaan barang;
5 Enam puluh persen menggunakan teknologi tradisional;
6 Tujuh puluh persen melakukan pemasaran langsung ke konsumen;
7 Untuk  memperoleh  bantuan  perbankan,  dokumen-dokumen  yang  harus
disiapkan dipandang terlalu rumit dan biasanya nonbankable. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih
atau  penjualan  tahunan  yang  berbeda  dengan  usaha  menengah,  dimana  kekayaan bersih atau penjualan tahunan usaha kecil lebih kecil daripada kekayaan bersih dan
hasil  penjualan  tahunan  usaha  menengah.  Tetapi,  menurut  Kamar  Dagang  dan Industri  KADIN  ada  beberapa  kesamaan  kriteria  usaha  kecil  dan  menengah
24
Titik  Sartika  Partomo  dan  Abd.  Rachman  Soejoedona,  Ekonomi  Skala  Kecil,  Menengah dan Koperasi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2004, h. 14
yaitu:
25
1 Memiliki asset kurang dari Rp. 250 juta;
2 Mempekerjakan kurang dari 30 orang;
3 Memiliki nilai penjualan kurang dari Rp. 100 juta.
Sedangkan usaha menengah adalah kegiatan ekonomi yang mempunyai kriteria kekayaan bersih atau penjualan tahunan lebih besar daripada kekayaan bersih dan
penjualan tahunan usaha kecil. Dalam Inpres No. 10 tahun 1999 usaha menengah didefinisikan sebagai unit kegiatan yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari
Rp.  20.000.000,-  sampai  maksimal  Rp.  10  Milyar  tidak  termasuk  tanah  dan bangunan tempat usaha.
26
Adapun kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: 1
Memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200.000.000,- sampai dengan paling  banyak  Rp.  10  Milyar,  tidak  termasuk  tanah  dan  bangunan  tempat
usaha; 2
Disamping  itu  sesuai  ketentuan  butir  empat  Inpres  No.  10  tahun  1999 tentang  usaha  menengah,  para  menteri  sesuai  dengan  ruang  lingkup  tugas
kewenangan, dan tanggung jawab masing-masing dapat menetapkan kriteria usaha  menengah  sesuai  dengan  karakteristik  sektornya  dengan  ketentuan
kekayaan bersih paling banyak Rp. 10 Milyar; 3
Milik Warga Negara Indonesia WNI;
25
Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta: Rajawali Press, 2009, hal. 45
26
Ibid,. h. 46
4 Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar;
5 Bentuk  usaha  orang  perorangan,  badan  usaha  yang  tidak  berbadan  hukum
dan atau badan usaha yang berbadan hukum. Menurut  Titik  S.  Partomo  dan  Abd.  Rachman  Soejoedona  2004,  kriteria
umum  UKM  dilihat  dari  ciri-cirinya  pada  dasarnya  bisa  dianggap  sama,  yaitu sebagai berikut:
27
1 Struktur organisasi yang sangat sederhana;
2 Tanpa staf yang berlebihan;
3 Pembagian kerja yang “kendur”
4 Memiliki hirarki manajerial yang pendek;
5 Aktivitas sedikit yang formal, dan sedikit menggunakan proses perencanaan;
6 Kurang membedakan asset pribadi dari asset perusahaan.
2. Jenis-jenis UKM
Menurut  Hidayat  2000,  yang  dirujuk  Titik  S.  Partomo  dan  Abd.  Rachman Soejoedono  2004.  Dengan  menggunakan  kriteria  entrepreneurship,  membagi
UKM dalam empat bagian, yakni sebagai berikut: a.
Livelihood  Activities:  UKM  yang  masuk  kategori  ini  pada  umumnya bertujuan  mencari  kesempatan  kerja  untuk  mencari  nafkah.  Para  pelaku
27
Titik  Sartika  Partomo  dan  Abd.  Rachman  Soejoedona,  Ekonomi  Skala  Kecil,  Menengah dan Koperasi, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, h. 15
dikelompok  ini  tidak  memiliki  jiwa  kewirausahaan.  Kelompok  ini  disebut sebagai sektor informal. Di Indonesia jumlah UKM kategori ini sangat besar.
b. Micro  Entreprise:  UKM  ini  lebih  bersifat  pengrajin  dan  tidak  bersifat
kewirausahaan. Jumlah UKM ini di Indonesia juga cukup besar. c.
Small  Dynamic  Entreprise:  UKM  ini  cukup  memiliki  jiwa  kewirausahaan. Banyak pengusaha skala menengah dan besar yang berasal dari kategori ini.
Jumlah UKM kelompok ini jauh lebih kecil dari jumlah UKM  yang masuk kategori satu dan dua.
d. Fast  Moving  Entreprise:  ini  adalah  UKM  asli  yang  mempunyai  jiwa
kewirausahaan.  Kelompok  ini  akan  menghasilkan  pengusaha  kecil, menengah dan besar.
28
Sementara itu, berdasar laporan kelompok pakar usaha menengah kecil UMK APEC
– dimana Indonesia menjadi motornya telah teridentifikasi empat kelompok UMK di lingkungan APEC, yaitu:
29
1 Kelompok A
UMK yang telah memasuki pasar global. Kelompok usaha ini telah menjadi subkontraktor dari perusahaan multinasional terutama disektor otomotif dan
elektrik. Jumlahnya sekitar 3-4 dari seluruh UMK.
28
Ibid,. h. 26
29
Dawam  Raharjo,  Pembangunan  Ekonomi  Nasional:  Suatu  Pendekatan  Pemerataan, Keadilan dan Ekonomi Kerakyatan, Jakarta: Intermasa, 1997, h. 3
2 Kelompok B
UMK  yang  telah  memiliki  pasar  internasional.  Kelompok  UMK  ini  sudah mengekspor,  tetapi  atas  dasar  pesanan  luar  negeri  dan  bukan  atas  upaya
pemasaran  yang  agresif.  Berbeda  dengan  kelompok  A,  kelompok  B  tidak kontinyu.  Jumlahnya  sekitar  5-7.  Di  Indonesia  kelompok  ini  banyak
terdapat  di  Bali,  dimana  para  importir  yang  datang  sebagai  turis  telah melaksanakan  order  bisnis  yang  cukup  lumayan.  Bahkan  produk  yang
diekspornya tidak hanya dari Jawa Tengah dan Jawa Barat saja. 3
Kelompok C UMK  yang  belum  pernah  melakukan  transaksi  ke  luar  negeri,  tetapi
memiliki potensi yang besar. Jumlahnya sekitar 30. 4
Kelompok D Kelompok  UMK  yang  memang  tidak  berorientasi  ke  pasar  luar  negeri.
Mayoritas UMK di Indonesia berada di kelompok ini dan jumlahnya sekitar 60.
D. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Pembiayaan