Data sekunder mencakup data sekolah sebagai gambaran umum SMU Methodist Medan yang diperoleh dari bagian administrasi sekolah.
3.5 Variabel dan Definisi Operasional
Variabel penelitian terdiri dari variable bebas independent variabel dan variabel terikat dependent variable. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi:
perilaku makan, pengetahuan, sikap, tindakan pola makan, asupan zat gizi, jenis makanan, frekuensi makan, dan aktivitas fisik sedangkan variabel terikat adalah
obesitas. Adapun definisi operasional tiap variabel adalah sebagai berikut:
1. Perilaku makan adalah cara siswa berpikir dan berpandangan tentang pemilihan makan yang dikonsumsi meliputi pengetahuan, sikap dan pola makan sebagai
tindakan. 2. Pengetahuan adalah sesuatu hal yang diketahui pelajar tentang pola makan
dalam kehidupan sehari-hari. 3. Sikap adalah tanggapan dari siswa tentang pola makan dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Tindakan pola makan adalah pola kebiasaan makan atau tindakan dari responden dalam hal pemilihan atau penentuan makanan yang dimakan yang
dilihat dari jumlah asupan zat gizi, jenis makanan dan frekuensi makan 5. Asupan zat gizi adalah banyaknya nilai energi kalori dan protein, lemak yang
terkandung dalam bahan makanan pada makanan yang dikonsumsi dalam sehari
Universitas Sumatera Utara
6. Jenis makanan adalah keragaman makanan yang yang dikonsumi siswa setiap kali makan yang meliputi: makanan pokok, lauk pauk, sayuran, buah-buahan dan
susu. 7. Frekuensi makan adalah seringnya mengonsumsi bahan makanan oleh siswai
yang disajikan dalam satuan: tiap hari, 2-3 x seminggu, 1 x seminggu, dan 1 x. sebulan.
8 Aktivitas kegiatan fisik adalah jumlah waktu yang digunakan untuk
melaksanakan kegiatan oleh responden selama 24 jam yang dikelompokkan menjadi aktivitas ringan dan aktivitas berat sesuai dengan pedoman CDC.
9. Obesitas adalah tingkat kegemukan siswa yang dinyatakan dalam IMT berdasarkan umur Centre for Desease Control and Prevention CDC, 2000.
3.6 Metode Pengukuran
A. Perilaku makan dinilai dari skor pengetahuan, sikap dan tindakan remaja terhadap pola makan yang baik dapat diketahui dari kuesioner.
1. Pengetahuan diukur melalui pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan. Jawaban yang paling benar diberi nilai 3 dan yang paling rendah
diberi nilai 1. Tingkat pengetahuan dibedakan atas 2 kategori: - Tidak baik, jika 75 dijawab benar dengan total nilai 22
- Baik, jika 75 dijawab benar dengan total nilai 22 2. Sikap diukur melalui pertanyaan dengan memilih jawaban yang disediakan.
Jawaban yang paling benar diberi nilai 3 dan yang paling rendah diberi nilai 1. Tingkat sikap dibedakan atas 2 kategori :
- Tidak baik, jika 75 dijawab benar dengan total nilai 18
Universitas Sumatera Utara
- Baik, jika 75 dijawab benar dengan total nilai 18 3. Tindakan pola makan diukur dengan indikator asupan zat gizi 3 indikator,
jenis makanan 7 indikator, frekwesi makan 7 indikator, yang dilakukan dengan cara wawancara yang dipandu dengan menggunakan kuesioner.
Dengan 17 indikator ini pola makan, bila indikator tersebut tidak baik diberi skor 1 dan apabila baik diberi skor 2. Dengan mentotalkan skor pola makan
dapat dibedakan menjadi 2 kategori sebagai berikut : - Tidak baik, jika 75 dari total skor atau dengan nilai 25
- Baik, jika 75 dijawab benar dengan total nilai 25 Berikut adalah rincian indikator pola makan:
a. Asupan zat gizi diukur melalui banyaknya nilai energi kkal dan protein yang dikonsumsi dalam sehari dihitung, hasilnya dibandingkan dengan zat
gizi yang dianjurkan AKG dikali 100 : 100
x KC
K TK
=
Keterangan : TK : tingkat kecukupan K : konsumsi
KC : kecukupan yang dianjurkan Setelah tingkat kecukupan diperoleh dalam bentuk persen, selanjutnya
persentase tersebut dikategorikan atas: tidak baik 90 atau 110, baik 90 atau 110.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk asupan lemak yang dikonsumsi dalam sehari dihitung dengan perbandingan persentase konsumsi lemak dengan angka
kecukupan energi. Selanjutnya persentase tersebut dikategorikan atas : tidak baik 25, baik 25.
b. Jenis makanan adalah sejumlah jenis makanan yang dikonsumsi dalam sehari sebagai sumber energi , protein, lemak berdasarkan standar angka
kebutuhan gizi . Jenis makanan dikategorikan berdasarkan anjuran makanan rata-rata
satu hari yang dikonsumsi, sebagai berikut :
Tabel 3.1. Aspek Pengukuran Jenis Makanan dalam gram
Jenis Kelamin
Kategori Nasi Lauk
Pauk Daging Tempe
Sayuran Buah Minyak Gula
Anjuran 800 120 150 150 300 50 40 Tidak Baik
720, 880 108, 132 135,
135 135, 165 270, 330
45, 55 36, 44
Laki-laki Baik
720 - 880 108 - 132
135 - 165 135 - 165
270 - 330 45 - 55
36 – 44 Anjuran 500 120 150 150 300 50 40
Tidak Baik 450, 550
108, 132 135, 135 135,
165 270, 330 45, 55
36, 44 Perempuan
Baik 450 - 550
108 -132 135 - 165
135 - 165 270 - 330
45 - 55 36 – 44
c. Frekuensi makan adalah jumlah kali makan yang dikonsumsi sebagai sumber energi, protein dan lemak dalam 1 bulan terakhir yang
dikumpulkan melalui wawancara langsung pada responden dengan menggunakan kuesioner penelitian, food frequency questioner dan
melalui recall tanya ulang konsumsi selama 1 minggu.
Universitas Sumatera Utara
Frekuensi makan dikategorikan berdasarkan anjuran porsi makanan rata- rata satu hari yang dikonsumsi, sebagai berikut :
Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Frekuensi Makan dalam porsi rumah tangga
Kategori Nasi Lauk
Pauk Daging Tempe
Sayuran Buah Minyak Gula
Tidak Baik 2, 4
2, 4 2, 4
1,5 3
4, 6 3, 5
Baik 3 3
3 1,5 3 5 4
B. Obesitas diukur dengan menggunakan antropometri berdasarkan IMT, yang
diperoleh dengan membandingkan berat badan kg dengan tinggi badanm. Data berat badan BB dan tinggi badan TB diperoleh dengan melakukan pengukuran
secara langsung. Berat badan diukur dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0,001 kg. Sedangkan tinggi badan diukur dengan menggunakan pengukur
microtoise tinggi badan dengan memiliki ketelitian 0,1 cm. Setelah data berat badan dan tinggi badan siswa diperoleh, maka IMT masing-masing dapat dihitung sebagai
berikut: berat badan kg dibagi dengan tinggi badan m
2
. Kemudian hasilnya disesuaikan dengan batas ambang IMT menurut umur CDC,
2000 dengan kategori: -
Obesitas dengan IMT 25 -
Tidak obesitas dengan IMT 25 C.
Aktivitas fisik : Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian obesitas dilakukan dengan mengajukan pertanyaan terbuka dalam betuk kuesioner
Universitas Sumatera Utara
tentang pola kebiasaan-kebiasaan aktivitas fisik yang sering dilakukan oleh pelajar. Data aktivitas fisik dicatat frekwensi dan durasinya berdasarkan jenis aktivitas
sehari-hari. Berbagai aktivitas tesebut lalu dikelompokkan menjadi aktivitas ringan,
aktivitas sedang dan aktivitas berat sesuai dengan pedoman CDC 2000. -
Aktivitas fisik ringan antara lain : duduk naik motor, naik angkutan, antar jemput les di sekolah, les diluar sekolah, les bahasa Inggris, mengasuh adik, mencuci
piring, aktivitas nonton TV, aktivitas main play station, main komputer, belajar di rumah.
- Aktivitas fisik sedang antara lain : bermain di sekolah, berjalan, bersepeda,
mengikuti kegiatan pramuka, bermain musik, paduan suara, band, palang merah, bola volli, remaja, tennis meja, mencuci pakaian, mencuci mobil, memasak,
menyapu menyiram tanaman, membersihkan tempat tidur, setrika. -
Aktivitas fisik berat antara lain : menari, drumband, bela diri, aero modeling, sepak bola, basket, renang, badminton, tennis lapangan, taekwondo, aerobic, lari,
skipping , sit up, kasti mengepel, menimba air CDC-NCHS2000.
Untuk aktivitas 1 hari dikelompokkan menjadi 3 yaitu : -
Aktivitas ringan : apabila aktivitas ringan 75 dan 25 aktivitas sedang dan berat
- Aktivitas sedang : apabila aktivitas ringan 40 dan 60 aktivitas sedang dan
berat -
Aktivitas berat : apabila aktivitas ringan 25 dan 75 aktivitas sedang dan berat. Adapun Instrumen Penelitian adalah :
1. Formulir food frequency semikwntitatip
Universitas Sumatera Utara
2. Formulir food recall 24 jam 3. Alat timbang badan weight scale
4. Alat pengukur tinggi badan microtise 5. Kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengukur pengetahuan, sikap tentang
makanan dan daftar aktivitas kegiatan fisik.
3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data