Synchronous TDM disebut synchronous karena time slot sudah ditetapkan terlebih dahulu untuk sumber. Time slot untuk setiap sumber tetap dtransmisikan,
baik sumber tersebut memiliki data untuk ditransmisikan atau tidak. Sebagai konsekwensinya, kapasitas saluran kerap terbuang agar implementasinya tidak terlalu
rumit.
2.3.1 Framing
Adalah sangat penting untuk mempertahankan sinkronisasi bingkai, sebab bila clock dari sumber dan tujuan tidak sama maka data pada semua channel bisa
hilang. Terdapat aturan beberapa aturan dasar dalam hal framing. Karena tidak disediakannya flag atau kararakter SYNC untuk menyusun suatu bingkai, maka
diperlukan suatu cara untuk memastikan sinkronisasi bingkai. Adapun mekanisme yang paling umum dalam hal framing adalah yang
disebut dengan added-digit framing. Pada skema ini biasanya satu bit kontrol ditambahkan ke setiap bingkai. Sebuah pola bit yang telah diidentifikasi dari bingkai
ke bingkai digunakan pada “channel kontrol” ini
[7]
. Untuk melakukan sinkronisasi, receiver membandingkan pola bit yang
diterima dari satu posisi bingkai dengan pola yang diinginkan. Bila polanya tidak sesuai, maka posisi bit yang berurutan tersebut dicari sampai polanya sama
sepanjang bingkai. Sekali sinkronisasi bingkai ditetapkan, maka receiver akan terus memonitor channel framing bit. Bila polanya terganggu, maka receiver harus masuk
lagi ke mode pencarian bingkai.
12
Ipengadohar Ezra Pangaribuan : Simulasi Sistem Antrian Pada Statistical Time Division Multiplexing Dengan Bahasa Pemrograman Visual C++ 6.0, 2007.
USU Repository © 2009
2.3.2 Pulse Stuffing
Masalah tersulit adalah dalam merancang synchronous TDM adalah saat mensinkronkan berbagai sumber data. Dengan adanya perbedaan clock di antara
masing-masing sumber akan dapat menyebabkan hilangnya sinkronisasi. Di samping itu, pada beberapa kasus tertentu, laju dari deretan data input tidak dihubungkan
dengan angka rasional sederhana. Pemecahan untuk kedua masalah tersebut adalah dengan menggunakan
metoda yang disebut dengan pulse stuffing. Dengan pulse stuffing, laju data yang keluar dari multiplexer menjadi lebih tinggi dibanding jumlah maksimum laju instan
yang datang. Kapasitas tambahan dipergunakan dengan cara mengisikan bit tambahan palsu atau pulsa-pulsa ke dalam sinyal yang datang untuk mensinkronkan
clock dari multiplexer pengirim dengan demultiplexer tujuan. Pulsa-pulsa yang diisikan tersebut diselipkan ke lokasi tertentu dalam format bingkai multiplexer
sehingga bisa dikenali dan dibuang oleh demultiplexer
[7]
.
2.4 Statistical Time Division Multiplexing