Pengawasan Pelaksanaan Pembayaran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

PENGAWASAN PELAKSANAAN PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) BADAN

PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

O L E H

NAMA : M. GALUH HANAFI NIM : 092600058

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2012


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabatnya hingga akhir jaman.

Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan ridha-Nya jualah yamg disertai dengan usaha-usaha dan kemampuan yang ada pada penulis, maka penulis telah dapat menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini dengan judul “Pengawasan Pelaksanaan Pembayaran dan Pelaporan Wajib pajak Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.

Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini, penulis menyadari sepenuhnya bahasa yang digunakan dalam tugas akhir ini masih belum sempurna dan banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang disebabkan keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis, maka dari itu penulis berharap sungguh kepada Bapak / Ibu Dosen pada Program Studi D-III Administrasi Perpajakan maupun dari segala pihak untuk dapat memberikan saran-saran dan kritikan serta bimbingan yang bersifat membangun demi lebih sempurnanya penulisan tugas akhir ini.

Pada kesempatan ini, penulis merasa berkewajiban menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak khususnya kepada ayahanda Firman Rudolf dan Ibunda Junarmi yang telah memberikan dukungan moril dan materil maupun do’a kepada penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.


(3)

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak-pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini, yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. dr. H. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. H. Alwi Hashim Batubara, M.Si selaku Ketua Jurusan Program Strudi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Arlina, S.H., M.Hum selaku Sekretaris Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Oding Rifaldi, S.T., M.Ec selaku Dosen Pembimbing.

6. Ibu Martina Chairani, S.H. selaku Supervisor dan selaku Kepala Subbagian Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia.

7. Bapak dan Ibu Dosen beserta pegawai yang berada di Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada semua teman-teman saya Stambuk 2009 Program Studi D-III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

9. Kepada teman-teman seperjuangan aku, Melyana Panggabean, Muhammad Ihsan, Vicky Zolanda, Nur Saadah Rangkuti, Marina Nainggolan, Julperi


(4)

Simarmata, Intan Riza, Harris Kristanta, dan Lince Sitanggang yang telah memberikan motivasi, memberikan semangat, dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Makasih banyak semuanya.

Akhir kata penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua, rekan-rekan mahasiswa, dan para pembaca sekalian.

Medan, Juni 2012 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL DAN BAGAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 3

1. Tujuan PKLM ... 3

2. Manfaat PKLM ... 3

C. Uraian Teoritis ... 4

1. Pengertian Pajak …... 5

2. Fungsi Pajak ... 6

3. Pengertian Badan ... 6

D. Ruang Lingkup PKLM ... 7

E. Metode PKLM ... 7

1. Tahap Persiapan ... 7

2. Studi Literatur ... 8

3. Observasi Lapangan ... 8

4. Pengumpulan Data ... 8

5. Analisis Data dan Evaluasi ... 8


(6)

1. Metode Wawancara (Interview) ………... 9

2. Metode Dokumentasi ... 9

3. Metode Pengamatan (Observasi) ……….. 9

G. Sistematika Penulisan Laporan ... 9

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PKLM ... 11

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia ... 11

1. Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia ... 11

2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia ... 13

B. Tugas dan Fungsi KPP Pratama Medan Polonia ... 16

C. Bidang-Bidang Kerja KPP Pratama Medan Polonia ... 17

1. Subbagian Umum ... 18

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi ... 18

3. Seksi Pelayanan ... 18

4. Seksi Penagihan ... 18

5. Seksi Pemeriksaan ... 18

6. Seksi Ekstensifikasi ... 19

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV ... 19

8. Kelompok Jabatan Fungsional ... 19

D. Tingkat Pendidikan dan Jumlah Pegawai ... 20

1. Jumlah Pegawai pada KPP Pratama Medan Polonia ... 20

2. Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan ... 20


(7)

A. Kajian Teoritis ... 22

1. Pengertian Pajak ... 22

2. Fungsi Pajak ... 23

3. Jenis-Jenis Pajak ... 23

4. Sistem Pemungutan Pajak ... 25

5. Wajib Pajak ... 25

6. Subjek Pajak ... 25

7. Objek Pajak ... 26

8. Surat Pemberitahuan (SPT) ... 26

9. Pengertian Badan ... 27

10. Penyuluhan Perpajakan ... 28

B. Mekanisme Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Badan ... 29

1. Mekanisme Pembayaran Pajak Penghasilan ... 29

2. Mekanisme Penyampaian Pajak Penghasilan Badan ... 29

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA ... 30

A. Rendahnya Pemahaman Wajib Pajak Badan ... 30

B. Kewajiban Aparat Perpajakan (Fiskus) ... 33

C. Pengawasan Pajak yang Efektif dan Efisien ... 34

D. Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang Tidak Membayarkan dan Melaporkan Pajak Penghasilannya ... 36

1. Wajib Pajak Badan yang Sering Melakukan Penundaan . . 36


(8)

3. Wajib Pajak Badan yang Melakukan Tax Evasion ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

A. Kesimpulan ... 39

B. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

BAGAN 2.1 Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Polonia ... 15

TABEL 2.1 Jumlah Pegawai KPP Pratama Medan Polonia ... 20

TABEL 2.2 Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai KPP Pratama

Medan Polonia ... 21

TABEL 4.1 Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Badan yang Terdaftar dan yang Membayarkan dan Melaporkan


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Penggalian potensi penerimaan dalam negeri akan terus ditingkatkan seoptimal mungkin khususnya melalui perluasan sumber penerimaan negara non-migas, guna menjaga agar pendanaan negara tetap terkendali. Salah satu sumber penerimaan dalam negeri yang dominan adalah dari penerimaan pajak.

Pajak merupakan suatu sumber pendapatan negara yang nantinya digunakan untuk memenuhi kebutuhan negara. Tata cara pemungutan pajak juga telah diatur oleh pemerintah dengan tidak memberatkan bagi rakyat yang nantinya disebut sebagai subjek dan objek pajak. Namun demikian, tidak semua rakyat dijadikan sebagai wajib pajak dalam arti hanya orang pribadi atau badan usaha yang mempunyai penghasilan tertentu yang dapat dijadikan sebagai wajib pajak.

Untuk penerimaan dalam negeri dibagi dalam dua golongan, yaitu : penerimaan dari minyak dan gas bumi dan pungutan berupa pajak. Seperti kita ketahui bersama, bahwa penerimaan dari minyak dan gas bumi tidak dapat diharapkan lagi hasilnya karena persediaan minyak dan gas bumi negara kita dari hari ke hari semakin menipis sehingga perlu dicari sumber-sumber lain untuk mengisi keuangan negara. Pemerintah telah membuat program untuk meningkatkan penerimaan dari sektor non migas yang kebanyakan diperoleh dari pungutan-pungutan berupa pajak.


(11)

Diantara sekian banyak pajak yang dipungut oleh pemerintah, salah satunya adalah Pajak Penghasilan. Pajak Penghasilan ini pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah pusat khususnya Direktorat Jenderal Pajak. Pajak Penghasilan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam tahun pajak.

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah atas tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pajak Penghasilan merupakan sumber penerimaan negara yang pemungutannya berasaskan keadilan dengan arti bahwa adanya kesamaan dan pemerataan beban pajak yang harus dibayar oleh masyarakat yang telah memenuhi syarat sebagai wajib pajak.

Sebagai konsekuensi adanya kewajiban masyarakat untuk membayar pajak adalah banyaknya wajib pajak yang tidak mematuhi kewajibannya, karena masih ada wajib pajak yang tidak membayar Pajak Penghasilan Badan sampai tanggal jatuh tempo pembayaran. Adanya keterlambatan tersebut mengakibatkan timbulnya sanksi-sanksi yang dikenakan kepada wajib pajak oleh aparat perpajakan yaitu fiskus. Untuk menghindari hal-hal yang demikian, wajib pajak harus mengetahui mekanisme pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan sehingga dapat dipastikan wajib pajak melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai peraturan-peraturan yang berlaku agar terlaksana dengan tertib dan terkendali.

Maka dari itu, dengan diadakannya Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), penulis ingin mengetahui seberapa jauh peranan dan tingkat kesadaran


(12)

masyarakat dalam pembayaran pajak tersebut, sehingga dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini penulis ingin mengetahui dan menyampaikan serta melaporkan situasi yang ada pada instansi pemerintah yang bersangkutan khususnya pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dengan judul sebagai berikut

“Pengawasan Pelaksanaan Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Badan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri 1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah :

a. Memperdalam pengetahuan dibidang perpajakan khususnya mengenai pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan, dan

b. Untuk mengetahui tingkat kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak.

2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Dan disini juga disebutkan manfaat dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) adalah :

2.1 Bagi Mahasiswa

a. Mempelajari perilaku-perilaku dan keahlian baru, b. Mempelajari pembentukan tim dan kerjasama, c. Meningkatkan komunikasi dan pendekatan,

d. Meningkatkan kemampuan berhubungan satu dengan yang lainnya, e. Mendorong untuk belajar mempertinggi prestasi, dan


(13)

2.2 Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

a. Memberikan hubungan baik dengan Program Studi Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU),

b. Memperoleh ide-ide baru,

c. Mempromosikan image yang baik kepada masyarakat khususnya sivitas akademika,

d. Meningkatkan pemikiran-pemikiran baru,

e. Mendapatkan masukan dan saran untuk munculnya wajib pajak nakal, dan f. Menjalin hubungan baik dengan Universitas Sumatera Utara, khususnya

mahasiswa yang sedang mengadakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

2.3 Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU

a. Mendapatkan masukan dan saran untuk munculnya wajib pajak nakal,

b. Mendapat masukan dari laporan praktik kerja yang dilakukan mahasiswa tentang penerapan konsep-konsep komunikasi yang ada di perusahaan,

c. Membuka interaksi antara dosen dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dan

d. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan.

C. Uraian Teoritis

Adapun uraian teoritis yang dapat disajikan penulis ialah sebagai berikut :


(14)

Menurut P.J.A. Adriani (yang dikemukakan oleh Atep Adya Barata dan Zul Afdi Ardian dalam bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (Mardiasmo, 2003 : 92)

Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya “Dasar-dasar hukum pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum.(Sihaloho, 2001 : 51)

Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja, dalam disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964 pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Mardiasmo, 2003 : 5)

Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Perpajakan Edisi Revisi” menyatakan bahwa pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam


(15)

hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. (Markus, 2005 : 80)

Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan peraturan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak ada 2 (dua) yaitu fungsi budgetair dan fungsi reguleren. Fungsi budgetair ialah memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah pajak sebagai alat pengatur kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi konsumsi, perdagangan, dan perkembangan harga.

3. Pengertian Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi: perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara


(16)

Perpajakan. Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :

a. 1. Orang Pribadi dan

2. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak. b. Badan.

c. Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan. (Safri, 2003 : 76)

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun yang menjadi ruang lingkup yang paling mendasar dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini adalah sebagai berikut :

1. Prosedur pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia, dan

2. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Adapun sumber-sumber data yang diperlukan penulis untuk mendukung pembuatan laporan ini adalah :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini, penulis melakukan berbagai persiapan dimulai dari pembuatan dan pencarian bahan proposal, perbaikan proposal, penentuan dosen pembimbing sehingga ada konsultasi dengan pihak dosen, dan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).


(17)

2. Studi Literatur

Penulis mencari berbagai sumber-sumber seperti buku-buku, majalah, undang-undang, maupun literatur yang berhubungan dengan objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

3. Observasi Lapangan

Pengamatan yang dilakukan sesuai dengan data yang ada pada Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan mengenai objek studi yaitu mengenai pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.

4. Pengumpulan Data

Penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penyusunan laporan akhir berkaitan dengan target melalui :

a. Data Primer : - Wawancara - Pengamatan b. Data Sekunder : - Studi Kepustakaan

: - Dokumentasi

5. Analisis Data dan Evaluasi

Penulis menganalisis data yang diperoleh agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penulis menggunakan analisa yang bersifat kualitatif yakni teknik analisa data yang bersifat pada pemikiran, pengetahuan, dan penjelasan dengan kata-kata yang sistematis atau teori yang ada, sehingga permasalahan dapat terungkap secara objektif dan analisa yang bersifat kuantitatif.

F. Metode Penelitian

Penulis menggunakan dua metode penelitian yaitu metode interview dan metode dokumentasi.


(18)

1. Metode Wawancara (Interview)

Yaitu melakukan interview langsung kepada kepala seksi dan karyawan seksi pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan yang dianggap mampu memberikan masukan.

2. Metode Dokumentasi

Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi yang berhubungan dengan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.

3. Metode Pengamatan (Observasi)

Yaitu melakukan pengamatan langsung kepada objek Praktik Kerja Lapangan Mandiri untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam melengkapi penulisan laporan ini.

G. Sistematika Penulisan Laporan

Setiap laporan yang baik harus memiliki sistematika yang teratur dan baik sehingga mudah dimengerti dan setiap orang yang membaca dapat memahami isi daripada laporan tersebut secara tahap demi tahap, mulai dari awal hingga akhir dari laporan ini. Penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini dibagi atas beberapa bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub bab. Perincian mengenai isi bab demi bab dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai latar belakang yang menjadi dasar pemikiran dalam penyusunan laporan, tujuan dan manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), ruang lingkup Praktik Kerja Lapangan


(19)

Mandiri (PKLM), metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), analisis data dan evaluasi, serta sistematika penulisan laporan.

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PKLM

Pada bab ini penulis menguraikan fenomena yang terjadi di masyarakat, keadaan dan permasalahan, ruang lingkup kegiatan, dan struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia yang datanya diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak yang bersangkutan.

BAB III GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

Dalam bab ini penulis menguraikan secara sistematis tentang setiap bidang kegiatan apa saja yang telah dilakukan selama masa Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).

BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI DATA

Pada bab ini penulis menjelaskan tentang data-data yang sudah dikumpulkan melalui proses analisis dan evaluasi selama masa penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran-saran penulis sehubungan dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(20)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK / LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia 1. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak. Pada saat itu masih ada dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak sehingga sejak April 1989 Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diganti namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara.

Untuk menetapkan pelayanan yang akan diberikan pemerintah kepada masyarakat umum khususnya kepada wajib pajak, kemudian pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 94/KMK/1994 terhitung mulai 1 April 1994 Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 4 kantor yaitu :

(1) Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat, Jl Asrama No. 7 Medan (2) Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur, Jl Diponegoro No. 30 Medan (3) Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara, Jl Sukamulia No. 17A Medan (4) Kantor Pelayanan Pajak Medan Binjai, Jl Binjai No. 7


(21)

Kantor Pelayanan Pajak Medan Polonia sendiri berdiri pada awal tahun 2002 yang mana merupakan pemisahan dari Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara yang terletak di Jl. Sukamulia Medan.

Pada tanggal 19 Mei 2008 Menteri Keuangan mengeluarkan Keputusan dengan No.Kep.95/PJ/2008 tentang Kantor Pelayanan Pajak yang mengubah Kantor Pelayanan Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang terdiri dari :

(1) KPP Pratama Binjai, (2) KPP Pratama Medan Barat, (3) KPP Pratama Medan Belawan, (4) KPP Pratama Medan Kota, (5) KPP Pratama Medan Petisah, (6) KPP Pratama Medan Polonia, (7) KPP Pratama Medan Timur, dan (8) KPP Pratama Lubuk Pakam.

Dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia mencakup wilayah kerja :

(1) Kecamatan Medan Maimun, (2) Kecamatan Medan Polonia, (3) Kecamatan Medan Baru, (4) Kecamatan Medan Selayang, (5) Kecamatan Medan Tuntungan, dan (6) Kecamatan Medan Johor.


(22)

2. Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia

Struktur organisasi merupakan wadah bagi sekelompok yang bekerja sama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi menyediakan pengadaan personil yang memegang jabatan tertentu dimana masing-masing diberi tugas, wewenang, dan tanggungjawab sesuai jabatannya. Hubungan kerja dalam organisasi dituangkan dalam struktur organisasi dimana merupakan gambaran sistematis tentang hubungan kerja dari orang-orang yang menggerakkan organisasi dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Struktur organisasi diharapkan akan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang, dan tanggungjawab serta hubungan antar bagian berdasarkan susunan tingkat hirarki. Struktur organisasi juga diharapkan akan dapat menetapkan sistem hubungan dalam organisasi yang menghasilkan tercapainya komunikasi, koordinasi, dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupu n horizontal.

Setiap instansi atau perusahaan menggunakan struktur organisasi dalam fungsi dan tugasnya masing-masing. Sedangkan definisi struktur organisasi itu sendiri adalah kerangka yang menyeluruh menghubungkan suatu organisasi dan menerapkan hubungan yang ditetapkan.

KPP Pratama Medan Polonia sendiri menerapkan Struktur Organisasi Lini dan Staff. KPP Pratama Medan Polonia dipimpin oleh seorang Kepala KPP yang


(23)

secara operasional bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I.

KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari 1 (satu) Sub bagian dan 9 (seembilan) seksi yang masing-masing seksi dipimpin Kepala Seksi dan Pelaksana. Khusus untuk Seksi Pengawasan dan Konsultasi, selain Kepala Seksi dan Pelaksana, seksi ini juga memiliki Account Representative atau yang biasa disingkat dengan AR.

Adapun struktur organisasi yang berlaku pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia dapat dilihat pada bagan berikut.


(24)

B. Tugas dan Fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Keuangan, tugas KPP Pratama yang termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Polonia yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan wajib pajak di bidang Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Tidak Langsung Lainnya, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan tugas diatas, KPP Pratama termasuk KPP Pratama Medan Polonia menyelenggarakan fungsi yaitu :

(1) Pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan,

(2) Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan,

(3) Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya,

(4) Penyuluhan perpajakan,

(5) Pelaksanaan registrasi wajib pajak, (6) Pelaksanaan ekstensifikasi,

(7) Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak, (8) Pelaksanaan pemeriksaan pajak,


(25)

(10) Pelaksanaan konsultasi perpajakan, (11) Pelaksanaan intensifikasi,

(12) Pembetulan ketetapan pajak,

(13) Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan

(14) Pelaksanaan administrasi kantor.

C. Bidang-Bidang Kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Polonia

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Keuangan, KPP Pratama termasuk didalamnya KPP Pratama Medan Polonia terdiri dari :

(1) Sub Bagian Umum,

(2) Seksi Pengolahan Data Informasi (PDI), (3) Seksi Pelayanan,

(4) Seksi Penagihan, (5) Seksi Pemeriksaan,

(6) Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, (7) Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, (8) Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, (9) Seksi Pengawasan dan Konsultasi III, (10) Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV, dan (11) Kelompok Jabatan Fungsional.


(26)

1. Subbagian Umum

Subbagian umum mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas tanah dan Bangunan, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

3. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT), serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi Wajib Pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

4. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

5. Seksi Pemeriksaan

Seksi Pemeriksaan memiliki tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan


(27)

penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak, serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya.

6. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV

Seksi Pengawasan Konsultasi I, II, III, dan IV mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, serta melakuka n evaluasi hasil banding.

8. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok fungsional yang terdiri atas Pejabat Fungsional Pemeriksaan dan Pejabat Fungsional Penilai yang bertanggung jawab secara langsung kepada Kepala KPP Pratama Medan Polonia. Dalam melaksanakan tugasnya, Pejabat Fungsional Pemeriksaan berkoordinasi dengan Seksi Pemeriksaan sedangkan Pejabat Fungsional Penilai berkoordinasi dengan Seksi Ekstensifikasi.


(28)

D. TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH PEGAWAI

1. Jumlah pegawai pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Adapun jumlah pegawai yang terdapat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia adalah berjumlah 97 orang yang terdiri dari :

TABEL 2.1

JUMLAH PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA

Kepala Kantor 1 orang

Kepala Seksi 10 orang

Supervisor 3 orang

Account Representative 20 orang Pemeriksa Pajak 11 orang

Pelaksana 52 orang

Jumlah Keseluruhan Pegawai 97 orang

Tabel 2.1 : data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

2. Penggolongan Pegawai menurut Tingkat Pendidikan

Menurut tingkat pendidikan, pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia digolongkan sebagai berikut.


(29)

TABEL 2.2

TINGKAT PENDIDIKAN JUMLAH PEGAWAI KPP PRATAMA MEDAN POLONIA

Tingkat Pendidikan S2 5 orang Tingkat Pendidikan S1 31 orang Tingkat Pendidikan D4 1 orang Tingkat Pendidikan D3 25 orang Tingkat Pendidikan D1 24 orang Tingkat Pendidikan SMA 11 orang

Jumlah Keseluruhan Pegawai 97 orang


(30)

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI

A. Kajian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Menurut P.J.A. Adriani (yang dikemukakan oleh Atep Adya Barata dan Zul Afdi Ardian dalam bukunya “Perpajakan Jilid I”, pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi langsung dapat ditunjuk yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum sehubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. (Mardiasmo, 2003 : 92)

Menurut Dr. Rochmat Soemitro, S.H. dalam bukunya “Dasar-dasar hukum pajak dan pajak pendapatan (yang dikemukakan oleh R. Santoso Brotodihardjo dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum Pajak)” menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara dan merupakan peralihan kekayaan dari sektor partikulir ke sektor pemerintah yang diharuskan berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum.(Sihaloho, 2001 : 51)

Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja dalam disertasinya yang berjudul “Pajak Berdasarkan Asas Gotong Royong”, Universitas Padjadjaran, Bandung, 1964 pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutupi biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. (Mardiasmo, 2003 : 5)


(31)

Menurut Rimsky K. Judisseno dalam bukunya “Perpajakan Edisi Revisi” menyatakan bahwa pajak penghasilan adalah suatu pungutan resmi yang ditujukan kepada masyarakat yang berpenghasilan atau atas penghasilan yang diterima dan diperolehnya dalam tahun pajak untuk kepentingan negara dan masyarakat dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai suatu kewajiban yang harus dilaksanakan. (Markus, 2005 : 80)

Sedangkan pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan peraturan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.

2. Fungsi Pajak

Fungsi pajak ada 2 (dua) yaitu fungsi budgetair dan fungsi reguleren. Fungsi budgetair ialah memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara dan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah yang bersifat umum maupun pembangunan. Sedangkan fungsi reguleren ialah pajak sebagai alat pengatur kehidupan ekonomi dengan jalan mempengaruhi produksi konsumsi, perdagangan, dan perkembangan harga.

3. Jenis - Jenis Pajak

Pajak yang dipungut pemerintah dari rakyat memiliki jenis yang pembagiannya ditinjau dari berbagai segi antara lain :

3.1 Menurut Sifatnya


(32)

(1) Pajak Subjektif ialah pajak yang memperhatikan keadaan pribadi (status) wajib pajak dalam hal menentukan besarnya pajak yang terutang. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh).

(2) Pajak Objektif ialah pajak yang pungutannya berdasarkan objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, dan peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).

3.2 Menurut Golongannya

Menurut golongannya, pajak dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu :

(1) Pajak Langsung ialah pajak yang dipungut secara periodik menurut daftar piutang pajak yang pembebanannya langsung kepada wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain/pihak lain. Contohnya : Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

(2) Pajak Tidak Langsung ialah pajak yang pengenaanya/pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain. Contohnya : Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3.3 Menurut Lembaga Pemungutannya

Menurut lembaga pemungutannya, pajak dibagi atas 2 (dua) bagian yaitu : (1) Pajak Negara atau Pajak Pusat ialah pajak yang penyelenggaraannya

dilaksanakan oleh Departemen Keuangan yang digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada umumnya. Contohnya : PPh, PPN, PPnBM, dan Bea Materai.


(33)

(2) Pajak Daerah ialah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan hasil pungutannya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contohnya : Pajak Kenderaan Bermotor, Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan lain-lain.

4. Sistem Pemungutan Pajak

Dalam pelaksanaan pemungutan pajak dikenal beberapa pelaksanaan pemungutan pajak yang masih berlaku sampai dengan sekarang ini yaitu :

(1) Official Assessment System, ialah sistem pemungutan pajak yang memberi kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang. Contohnya : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

(2) Self Assessment System, ialah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, dan tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar. Contohnya PPh, PPN, dan PPnBM.

(3) With Holding System, ialah pihak ketiga yang menghitung, memungut, dan menyetorkan pajak terutang. Contohnya : PPh Pasal 21.

5. Wajib Pajak

Pengertian Wajib Pajak menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 adalah orang pribadi atau badan yang menurut perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan kewajiban termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak tertentu.

6. Subjek Pajak

Yang menjadi Subjek Pajak menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 2 adalah :


(34)

(1) Orang Pribadi,

(2) Warisan yang belum terbagi, (3) Badan, dan

(4) Bentuk Usaha Tetap.

7. Objek Pajak

Yang menjadi objek pajak menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun berasal dari luar Indonesia yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

8. Surat Pemberitahuan (SPT)

Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 adalah surat yang oleh digunakan untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dan fungsi SPT itu sendiri ialah :

(1) Sebagai sarana melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang,

(2) Untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain dalam satu tahun pajak, dan


(35)

(3) Untuk melaporkan pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang pemotong dan pemungutan pajak orang pribadi atau badan dalam satu tahun pajak.

Jenis – Jenis SPT :

(1) SPT Masa adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak terutang dalam satu masa pajak, dan

(2) SPT Tahunan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan melaporkan perhitungan atau pembayaran pajak terutang dalam satu tahun pajak.

9. Pengertian Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi: perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau Daerah dengan nama dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Menurut pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang menyatakan bahwa yang menjadi subjek pajak adalah :

(1) Orang Pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak.


(36)

(3) Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan subjek pajak badan. (Safri, 2003 : 76)

10.Penyuluhan Perpajakan

Penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem penyampaian informasi, konsultasi, dan bimbingan perpajakan secara berkesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemauan anggota masyarakat tersebut untuk memperoleh hak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penyuluhan dilakukan atau diberikan kepada :

(1) Masyarakat pada umumnya

Penyuluhan diberikan untuk menciptakan iklim dan citra perpajakan yang baik, sehingga diperoleh dukungan yang positif dari seluruh anggota masyarakat didalam arti terbentuknya suatu opini masyarakat yang menerima kewajiban perpajakan sebagai suatu kewajiban kenegaraan.

(2) Masyarakat wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar

Penyuluhan kepada golongan ini diberikan terutama untuk membantu mereka dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Hal-hal pokok yang dibicarakan adalah tatacara perpajakan, undang-undang perpajakan, dan ketentuan pelaksanaannya.

(3) Aparatur Negara

Yang termasuk aparatur negara ialah pejabat negara, pejabat di daerah, dan bendaharawan pemerintah.


(37)

B. Mekanisme Pembayaran dan Pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Badan 1. Mekanisme Pembayaran PPh

Di dalam mekanisme pembayaran PPh, wajib pajak dikenakan angsuran setiap bulannya yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak tersebut untuk setiap bulan dalam tahun berjalan. Angsuran ini ialah angsuran PPh Pasal 25. Angsuran PPh Pasal 25 ini dapat dijadikan sebagai kredit pajak terhadap pajak yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh.

Apabila pajak yang terutang untuk suatu tahun pajak tersebut ternyata lebih besar daripada angsuran PPh Pasal 25, maka wajib pajak harus menyetorkan kembali kekurangan pembayaran pajak tersebut (PPh Pasal 29).

2. Mekanisme Penyampaian Pajak Penghasilan (PPh) Badan

Setiap wajib pajak wajib mengisi surat pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat wajib pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak (Pasal 3 ayat (1) UU KUP). Wajib pajak mengambil sendiri surat pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tatacara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (Pasal 3 ayat (2) UU KUP) seperti : Kantor Pelayanan Pajak, mobil keliling, dropbox, dan pokok pajak.


(38)

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI DATA

A. Rendahnya Pemahaman Wajib Pajak Badan

Dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, setiap Wajib Pajak Badan terlebih dahulu harus melakukan pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) Badan dan menyampaikannya yang didalamnya ada Pajak Penghasilan (PPh) Badan tersebut. Didalam pengisian SPT tersebut, wajib pajak harus mengisi secara benar, lengkap, dan jelas baik itu mengenai nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), jenis usaha, penghasilan bruto, penghasilan neto, dan lain sebagainya. Karena apabila terjadi kesalahan pengisian, akan dapat merugikan pihak wajib pajak yaitu besarnya pajak yang harus dibayar disebabkan bunga atau denda yang karena kesalahan ataupun keterlambatan dalam penyampaian SPT tersebut.

Jadi, setiap Wajib Pajak Badan dalam melakukan pengisian dan penyampaian SPT dan melaksanakan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan (PPh) Badan tersebut harus sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan pemerintah yaitu perundang-undangan perpajakan yang memang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak Badan agar didalam melakukan pembayaran tidak mengalami kesulitan karena ketidaktahuan mengenai peraturan yang ada. Setidaknya menjadi wajib pajak yang taat pada undang-undang yang berlaku. Berikut ini penulis akan menyajikan dalam bentuk tabel perbandingan jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar (dari tahun 2007

s

/d tahun 2012) dan jumlah Wajib Pajak Badan yang melaksanakan pembayaran dan


(39)

TABEL 4.1

Perbandingan Jumlah Wajib Pajak Badan yang Terdaftar dan yang Membayarkan dan Melaporkan Pajak Penghasilannya

Tabel 4.1 : data dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

Pada tabel di atas, dapat kita lihat jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar dari tahun 2007 s/d tahun 2012 semakin meningkat yaitu perinciannya ialah : s/d des. 2007

(7.276), s/d des. 2008 (7.954), s/d des. 2009 (8.700), s/d des. 2010 (9.648), s/d des. 2011

(10.595), dan s/d apr. 2012 (11.023). Sedangkan jumlah Wajib Pajak Badan yang

melaksanakan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan bervariasi, artinya tidak selalu meningkat dari tahun ke tahun malahan ada yang menurun (dari tahun 2009 ke tahun 2010). Perinciannya ialah : s/d des. 2007 (1.855), s/d des.

2008 (2.020), s/d des. 2009 (2.378), s/d des. 2010 (2.221), s/d des. 2011 (2.459), dan s/d

apr. 2012 (2.636). Wajib Pajak Badan yang belum membayarkan dan melaporkan Pajak Penghasilannya ditentukan oleh beberapa sebab/faktor yaitu :

0 2.000 4.000 6.000 8.000 10.000 12.000 s/d Des 2007 s/d Des 2008 s/d Des 2009 s/d Des 2010 s/d Des 2011 s/d Apr 2012 terdaftar yang melaporkan


(40)

(1) dari pihak wajib pajak

(1.1) Masyarakat yang termasuk awam dalam masalah perpajakan yaitu mereka yang sama sekali belum mengetahui ketentuan perundang-undangan perpajakan sehingga masyarakat seperti ini belum mengetahui hak dan kewajiban perpajakan.

(1.2) Masyarakat pada umumnya sudah mengetahui kewajiban perpajakannya namun, dalam pelaksanaannya mengalami kesulitan karena kurang memahami petunjuk teknis perpajakan.

(1.3) Wajib pajak sudah mengetahui tatacara pengisian SPT dan sudah mengetahui pelaksanaan pembayaran dan pelaporan PPh Badan, tetapi dengan sengaja tidak menyampaikannya. Ini karena tingkat kesadaran/kepatuhan wajib pajak masih kurang tentang pembayaran pajak karena denda yang ditimbulkan akibat tidak menyampaikan SPT tersebut bisa diatasi wajib pajak tersebut.

(2) dari pihak fiskus

(2.1) Fiskus beranggapan kalau semua Wajib Pajak Badan dapat mengetahui pelaksanaan pembayaran dan pelaporan PPh Badan tersebut karena sudah ada buku petunjuk yang memang diberikan kepada wajib pajak secara cuma-cuma. (2.2) Kurangnya penyuluhan, diskusi, dan seminar tentang perpajakan khususnya dibidang pelaksanaan pembayaran dan pelaporan PPh Badan.

(2.3) Kurangnya informasi dari pihak fiskus mengenai perkembangan perpajakan kepada masyarakat atau para Wajib Pajak Badan.

Sedangkan upaya-upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan kesadaran wajib pajak ialah :


(41)

(1) Menerapkan denda dan sanksi atas ketidakpatuhan wajib pajak, (2) Melakukan himbauan,

(3) Melaksanakan sosialisasi, (4) Melakukan konselling, dan (5) Melakukan kunjungan (visiting).

B. Kewajiban Aparat Perpajakan (Fiskus)

Agar pengawasan pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan berjalan dengan lancar, efisien, dan tepat sasaran, maka pihak fiskus harus berkewajiban memberikan atau meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dengan cara :

(1) Memberikan pendidikan kepada fiskus

Pendidikan kepada fiskus diberikan yang bertujuan untuk menciptakan aparat perpajakan yang bemutu, terampil, berdedikasi, berintegrasi bersih, dan mampu berkomunikasi dengan wajib pajak yang wajib dibina, dilayani, dan dibimbing serta mempersiapkan dan menciptakan wajib pajak yang tahu, mau, dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban pajaknya dengan baik.

Pendidikan yang diberikan kepada fiskus baik melalui penataran, seminar. diskusi, kampanye, dan penyuluhan perpajakan dalam berbagai tempat dan kesempatan.

(2) Memberikan pelayanan langsung di Kantor Direktorat Jenderal Pajak

Untuk lebih mempermudah wajib pajak memperoleh penjelasan dan informasi perpajakan serta perkembangan terbaru, maka di semua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama dan Kantor Penyuluhan Pajak di seluruh Indonesia telah


(42)

disiapkan dengan alamat bagian penerangan dan informasi perpajakan. Wajib pajak dapat memperoleh pelayanan dengan cepat dan tepat di tempat yang terdekat yang diberikan secara cuma-cuma.

(3) Memberikan penyuluhan

Penyuluhan perpajakan adalah suatu sistem penyampaian informasi, konsultasi, dan bimbingan perpajakan secara berkesinambungan kepada masyarakat guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemauan anggota masyarakat tersebut untuk memperoleh hak melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penyuluhan dilakukan atau diberikan kepada masyarakat pada umumnya, masyarakat wajib pajak yang sudah terdaftar maupun yang belum terdaftar, dan kepada aparatutr negara.

C. Pengawasan Pajak yang Efektif dan Efisien

Dalam pelaksanaan pengawasan pajak, tentunya jangan sampai menimbulkan hambatan atau bantahan dari masyarakat (dengan catatan pengawasan pajak tersebut harus berdasarkan dengan undang-undang), maka untuk menghindarkan hambatan atau bantahan dari masyarakat tersebut, harus memenuhi syarat sebagai berikut :

(1) Bijaksana

Bijaksana maksudnya, pihak fiskus tidak langsung melakukan pengawasan secara sepihak tanpa memberitahukan terlebih dahulu tetapi menugaskan verifikator ke tempat dimana Wajib Pajak Badan berada. Para petugas yang ditugaskan ke lapangan dalam melakukan pengawasan selalu diberi Surat Perintah Verifikasi Lapangan kepada para petugas yang ditunjuk. Apabila melakukan pengawasan tanpa


(43)

memberitahukan telebih dahulu, hendaknya pihak fiskus tidak semena-mena terhadap Wajib Pajak Badan tersebut.

(2) Adil

Pengawasan pajak harus berdasarkan undang-undang. Dengan demikian, undang-undang dalam pemungutan pajak harus adil. Ukuran adil ini sangat sulit. Karena bagi pihak fiskus, suatu pengawasan pajak yang dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan telah adil tetapi bagi wajib pajak belum tentu adil. Namun, yang perlu diperhatikan adalah dalam pengawasan pajak harus secara umum dan merata dan tidak kalah pentingnya adalah disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.

(3) Merata

Merata disini maksudnya, jangan membedakan antara perusahaan yang bonafit dan perusahaan yang kecil.

(4) Sederhana tetapi tegas

Sistem pengawasan yang sederhana tetapi tegas akan memudahkan masyarakat untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Kalau sistem pengawasan yang sederhana saja tetapi tidak tegas, Wajib Pajak Badan enggan melaporkan Pajak Penghasilannya karena tidak ada sanksi yang tegas dari pihak fiskus.

(5) Pengawasan Langsung

Dalam melakukan pengawasan langsung, Kantor Pelayanan Pajak diberikan hak untuk meminta bukti-bukti Wajib Pajak Badan yang diperlukan dan Wajib Pajak Badan tersebut wajib untuk menyampaikan bukti-bukti tersebut baik secara tertulis


(44)

maupun tidak tertulis secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak Badan tersebut terdaftar.

D. Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang tidak Membayarkan dan Melaporkan Pajak Penghasilannya

Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang dengan sengaja tidak melaksanakan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya terbagi menjadi beberapa yaitu Wajib Pajak Badan yang sering melakukan penundaan dalam membayar pajak, Wajib Pajak Badan yang melakukan Tax Avoidance, dan Wajib Pajak Badan yang melakukan Tax Evasion dalam melakukan pengelakan Pajak Penghasilannya.

1. Wajib Pajak Badan yang Sering Melakukan Penundaan

Pajak diartikan ialah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Walaupun pajak bersifat memaksa dan berdasarkan undang-undang, tidak semua Wajib Pajak Badan rela dan ikhlas membayar pajak. Apalagi dalam kondisi perekonomian masyarakat seperti sekarang ini. Banyak Wajib Pajak Badan yang menunda pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya.

Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak Badan untuk melakukan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya, kurangnya pengawasan dari pihak fiskus, dan sanksi atas keterlambatan atau penundaan yang dirasakan oleh Wajib Pajak Badan masih ringan yaitu Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) bila tidak


(45)

membayarkan dan melaporkan Pajak Penghasilannya serta dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar apabila Wajib Pajak Badan membetulkan SPT Tahunannya. Sehingga wajib pajak merasa sepele dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Alasan lain wajib pajak menunda dalam membayar dan melaporkan Pajak Penghasilannya yaitu agar uang yang seharusnya untuk membayar pajak dapat dimodalkan kembali atau untuk usaha lainnya agar bisa mendapatkan keuntungan yang besar.

Oleh karena itu, dari pihak fiskus sendiri harus melakukan pengawasan bijaksana, memberikan pengarahan, dan melakukan penyuluhan kepada Wajib Pajak Badan Melakukan pengarahan yaitu membicarakan tentang tatacara perpajakan, undang-undang perpajakan, dan ketentuan pelaksanaan termasuk sanksi administrasi maupun bunga apabila melakukan penundaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan yang terutang.

2. Wajib Pajak Badan yang Melakukan Tax Avoidance

Tidak semua Wajib Pajak Badan mempunyai kejujuran dalam melaksanakan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya. Kenyataannya, masih ada Wajib Pajak Badan yang melakukan penghindaran pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya dengan cara tax avoidance yaitu merupakan penghindaran pajak dengan mengikuti aturan yang ada (mencari kelemahan-kelemahan dari peraturan perpajakan yang ada). Ini berarti penghindaran pajak bisa dilakukan apabila kita mengetahui kelemahan-kelemahan dari peraturan yang ada.

Pengawasan terdahap Wajib Pajak Badan yang melakukan tax avoidance sangatlah sulit. Akan tetapi, jika Wajib Pajak Badan tersebut diberi pengarahan oleh


(46)

fiskus dengan cara pengawasan penelitian, maka wajib pajak tersebut akan membayarkan Pajak Penghasilannya secara benar tanpa melihat kelemahan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Wajib Pajak Badan yang Melakukan Tax Evasion

Wajib Pajak Badan yang melakukan pengelakan pajak dengan cara ini merupakan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan karena dengan jelas-jelas melakukan penghindaran pajak.

Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang melakukan tax evasion ini, haruslah melakukan pemeriksaan cukup teliti sehingga setiap ada yang coba-coba melakukan penghindaran pajak selalu mudah ditemukan oleh pihak fiskus.

Pengawasan ini membutuhkan kecermatan dan ketelitian fiskus yang mau terjun langsung ke lapangan apabila ada Wajib Pajak Badan yang dicurigai ada indikasi yang ke arah untuk melakukan penggelapan pajak. Pihak fiskus juga harus benar-benar teliti dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaannya yaitu dengan memeriksa dan mengawasi segala dokumen yang ada, laporan keuangan, maupun catatan-catatan yang berhubungan dengan usaha dari Wajib Pajak Badan tersebut. Apabila pihak fiskus tidak dapat melakukan pengawasan dan pemeriksaan, wajib pajak akan lolos dan negara akan dirugikan oleh wajib pajak yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab sebagai warga negara yang baik.


(47)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bab terakhir ini, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan pada bab sebelumnya yaitu :

(1) Masih banyak Wajib Pajak Badan yang belum mengetahui prosedur pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.

(2) Dari tahun 2007 s/d tahun 2012, Wajib Pajak Badan yang terdaftar meningkat

sesuai dengan data dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia, namun tidak selalu diikuti dengan kenaikan yang sama pada pembayaran dan pelaporannya.

(4) Kesadaran / kepatuhan Wajib Pajak Badan di wilayah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia masih rendah.

(5) Cara pengawasan yang benar ialah bijaksana, adil, merata, sederhana tapi tegas, dan pengawasan langsung.

B. Saran

Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang sifatnya membangun untuk penerapan mekanisme Praktik Kerja Lapangan Mandiri selanjutnya. Adapun saran-saran tersebut antara lain ialah :

(1) Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia dalam lingkungan perpajakan khususnya di lingkungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan


(48)

Polonia. Pembinaan sumber daya manusia tersebut dapat dilaksanakan dengan memberikan suatu program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan secara terencana, terpadu, dan berkesinambungan supaya mampu mengawasi secara ketat terhadap Wajib Pajak Badan yang melakukan penghindaran terhadap Pajak Penghasilannya.

(2) Aparat perpajakan (khususnya fiskus) harus melakukan pengawasan secara menyeluruh terhadap Wajib Pajak Badan yang melanggar ketentuan perpajakan dan memberikan sanksi yang tegas apabila Wajib Pajak Badan tersebut terbukti melanggar ketetentuan perpajakan.

(3) Aparat perpajakan (khususnya fiskus) harus sering melakukan penyuluhan, diskusi, dan seminar tentang perpajakan khususnya di bidang pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.

(4) Hendaknya Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang didalamnya terdapat Tax Centre lebih meningkatkan kerja sama dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I untuk meningkatkan pehamaman Wajib Pajak Badan dalam melakukan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Fidel, 2008, Pajak Penghasilan Carofin Publising, Jakarta Mardiasmo, 2003, Perpajakan Andi, Yogyakarta

Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar PT. Gramedia Pustaka Indonesia, Jakata \

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Salemba Empat, Jakarta Safri, Nurmantu, 2003, Pengantar Perpajakan Granit, Jakarta

Sihaloho, Cyrus, 2001, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Cetakan Pertama PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Soemitro, Rochmat, 1993, Pajak Penghasilan Edisi Revisi, PT. Eresco, Jakarta Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 Terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tatacara

Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang R.I Nomor 28 Tahun 2007

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak

Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak


(1)

maupun tidak tertulis secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak Pratama tempat Wajib Pajak Badan tersebut terdaftar.

D. Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang tidak Membayarkan dan Melaporkan Pajak Penghasilannya

Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang dengan sengaja tidak melaksanakan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya terbagi menjadi beberapa yaitu Wajib Pajak Badan yang sering melakukan penundaan dalam membayar pajak, Wajib Pajak Badan yang melakukan Tax Avoidance, dan Wajib Pajak Badan yang melakukan Tax Evasion dalam melakukan pengelakan Pajak Penghasilannya.

1. Wajib Pajak Badan yang Sering Melakukan Penundaan

Pajak diartikan ialah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Walaupun pajak bersifat memaksa dan berdasarkan undang-undang, tidak semua Wajib Pajak Badan rela dan ikhlas membayar pajak. Apalagi dalam kondisi perekonomian masyarakat seperti sekarang ini. Banyak Wajib Pajak Badan yang menunda pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya.

Hal ini dikarenakan kurangnya kesadaran dari Wajib Pajak Badan untuk melakukan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya, kurangnya pengawasan dari pihak fiskus, dan sanksi atas keterlambatan atau penundaan yang dirasakan oleh Wajib Pajak Badan masih ringan yaitu Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) bila tidak


(2)

membayarkan dan melaporkan Pajak Penghasilannya serta dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar apabila Wajib Pajak Badan membetulkan SPT Tahunannya. Sehingga wajib pajak merasa sepele dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Alasan lain wajib pajak menunda dalam membayar dan melaporkan Pajak Penghasilannya yaitu agar uang yang seharusnya untuk membayar pajak dapat dimodalkan kembali atau untuk usaha lainnya agar bisa mendapatkan keuntungan yang besar.

Oleh karena itu, dari pihak fiskus sendiri harus melakukan pengawasan bijaksana, memberikan pengarahan, dan melakukan penyuluhan kepada Wajib Pajak Badan Melakukan pengarahan yaitu membicarakan tentang tatacara perpajakan, undang-undang perpajakan, dan ketentuan pelaksanaan termasuk sanksi administrasi maupun bunga apabila melakukan penundaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan yang terutang.

2. Wajib Pajak Badan yang Melakukan Tax Avoidance

Tidak semua Wajib Pajak Badan mempunyai kejujuran dalam melaksanakan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya. Kenyataannya, masih ada Wajib Pajak Badan yang melakukan penghindaran pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilannya dengan cara tax avoidance yaitu merupakan penghindaran pajak dengan mengikuti aturan yang ada (mencari kelemahan-kelemahan dari peraturan


(3)

fiskus dengan cara pengawasan penelitian, maka wajib pajak tersebut akan membayarkan Pajak Penghasilannya secara benar tanpa melihat kelemahan peraturan perundang-undangan perpajakan.

3. Wajib Pajak Badan yang Melakukan Tax Evasion

Wajib Pajak Badan yang melakukan pengelakan pajak dengan cara ini merupakan pelanggaran ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan karena dengan jelas-jelas melakukan penghindaran pajak.

Pengawasan terhadap Wajib Pajak Badan yang melakukan tax evasion ini, haruslah melakukan pemeriksaan cukup teliti sehingga setiap ada yang coba-coba melakukan penghindaran pajak selalu mudah ditemukan oleh pihak fiskus.

Pengawasan ini membutuhkan kecermatan dan ketelitian fiskus yang mau terjun langsung ke lapangan apabila ada Wajib Pajak Badan yang dicurigai ada indikasi yang ke arah untuk melakukan penggelapan pajak. Pihak fiskus juga harus benar-benar teliti dalam melakukan pengawasan dan pemeriksaannya yaitu dengan memeriksa dan mengawasi segala dokumen yang ada, laporan keuangan, maupun catatan-catatan yang berhubungan dengan usaha dari Wajib Pajak Badan tersebut. Apabila pihak fiskus tidak dapat melakukan pengawasan dan pemeriksaan, wajib pajak akan lolos dan negara akan dirugikan oleh wajib pajak yang tidak mempunyai rasa tanggung jawab sebagai warga negara yang baik.


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada bab terakhir ini, penulis dapat menarik kesimpulan berdasarkan pada bab sebelumnya yaitu :

(1) Masih banyak Wajib Pajak Badan yang belum mengetahui prosedur pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.

(2) Dari tahun 2007 s/d tahun 2012, Wajib Pajak Badan yang terdaftar meningkat

sesuai dengan data dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia, namun tidak selalu diikuti dengan kenaikan yang sama pada pembayaran dan pelaporannya.

(4) Kesadaran / kepatuhan Wajib Pajak Badan di wilayah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Polonia masih rendah.

(5) Cara pengawasan yang benar ialah bijaksana, adil, merata, sederhana tapi tegas, dan pengawasan langsung.

B. Saran

Dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, penulis ingin memberikan saran-saran yang sifatnya membangun untuk penerapan mekanisme


(5)

Polonia. Pembinaan sumber daya manusia tersebut dapat dilaksanakan dengan memberikan suatu program pendidikan, pelatihan, dan pengembangan secara terencana, terpadu, dan berkesinambungan supaya mampu mengawasi secara ketat terhadap Wajib Pajak Badan yang melakukan penghindaran terhadap Pajak Penghasilannya.

(2) Aparat perpajakan (khususnya fiskus) harus melakukan pengawasan secara menyeluruh terhadap Wajib Pajak Badan yang melanggar ketentuan perpajakan dan memberikan sanksi yang tegas apabila Wajib Pajak Badan tersebut terbukti melanggar ketetentuan perpajakan.

(3) Aparat perpajakan (khususnya fiskus) harus sering melakukan penyuluhan, diskusi, dan seminar tentang perpajakan khususnya di bidang pelaksanaan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.

(4) Hendaknya Universitas Sumatera Utara khususnya Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang didalamnya terdapat Tax Centre lebih meningkatkan kerja sama dengan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I untuk meningkatkan pehamaman Wajib Pajak Badan dalam melakukan pembayaran dan pelaporan Pajak Penghasilan Badan.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Fidel, 2008, Pajak Penghasilan Carofin Publising, Jakarta Mardiasmo, 2003, Perpajakan Andi, Yogyakarta

Markus, Muda, 2005, Perpajakan Indonesia Suatu Pengantar PT. Gramedia Pustaka Indonesia, Jakata \

Resmi, Siti, 2008, Perpajakan : Teori dan Kasus Salemba Empat, Jakarta Safri, Nurmantu, 2003, Pengantar Perpajakan Granit, Jakarta

Sihaloho, Cyrus, 2001, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Cetakan Pertama PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Soemitro, Rochmat, 1993, Pajak Penghasilan Edisi Revisi, PT. Eresco, Jakarta Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991 dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994 Terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan dan Tatacara

Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang R.I Nomor 28 Tahun 2007

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak