HASIL DAN PEMBAHASAN
I. Uji Kualitas Fisik Pakan
Bahan penelitian memiliki sifat fisik yang berbeda dari setiap bahan, hal ini dikarenakan bentuk dan teksturnya yang berbeda sehingga perlu diketahui nilai sifat
fisik dari bahan dasar penelitian dan pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap perubahan nilai sisat fisik bahan tersebut. Nilai sifat fisik kulit buah markisa dan
pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap perubahan nilai sifat fisik tepung kulit buah markisa adalah sebagai berikut :
1. Kerapatan Tumpukan kgm
3
Kerapatan tumpukan adalah perbandingan antara berat bahan dengan volume ruang yang ditempatinya dan satuannya adalah kgm
3
. Kerapatan tumpukan
memegang peranan penting dalam memperhitungkan volume ruang yang dibutuhkan suatu bahan dengan berat jenis tertentu. Nilai kerapatan tumpukan tepung kulit buah
markisa yang difermentasi dengan
Phanerocaete chrysosporium
dan tanpa
fermentasi dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Nilai Kerapatan Tumpukan tepung kulit buah markisa fermentasi
Phanerocaete chrysosporium
Dosis CFUg Lama Fermentasi Hari
Rata-rata kgm
3
7 14
21 10
⁴ 10
⁶ 333,33
430,00 376,67
323,33 365,83
a
343,33 420,00
426,67 336,67
381,67
a
Rata-rata kgm
3
338,33
b
425,00
a
401,67
a
330,00
b
Ket : Superskrip yang berbeda pada baris dan kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata P0,01
20
Universitas Sumatera Utara
Hasil analisis keragaman menunjukan bahwa faktor lama fermentasi memberikan pengaruh sangat nyata P 0,01 sedangkan faktor dosis memberikan
pengaruh tidak berbeda nyata P 0,05 terhadap nilai kerapatan tumpukan tepung kulit markisa serta tidak terdapat interaksi antar faktor. Terjadi peningkatan nilai
kerapatan tumpukan pada hari ketujuh sebesar 25,6 dan turun secara berurut, pada hari ke-14 nilai kerapatan tumpukan menunjukan peningkatan 18,7 dari hari ke-0
yang menyatakan adanya penurunan 6,9 dari nilai pada hari ke-7 dan pada hari ke- 21 nilai kerapatan tumpukan turun sebesar 2,52 dari nilai pada hari ke-0.
Meningkatnya nilai kerapatan tumpukan disebabkan karena semakin halus atau semakin kecil ukuran partikel akibat dari hasil kerja kapang
Phanerocaete chrysosporium
yang mendegradasi serat kasar seiring dengan lama fermentasi, semakin rendah kandungan serat kasar maka tekstur substrat juga semakin halus. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Johnson 1994, yang menyatakan bahwa ukuran partikel bahan mempengaruhi nilai kerapatan tumpukan. Semakin banyak jumlah
partikel halus dalam ransum, maka akan meningkatkan nilai kerapatan tumpukan. Penurunan nilai kerapatan tumpukan juga dapat disebabkan karena
menurunnya kadar air substrat yang merupakan akibat dari pemecahan karbohidrat substrat oleh mikroba yang menghasilkan zat sisa berupa CO
2
dan H
2
O dan juga dapat disebabkan oleh menumpuknya misellium kapang apabila waktu fermentasi
terlalu lama sehingga meningkatkan kadar serat kasar yang menyebabkan tekstur substrat menjadi kasar akibat keberadaan misellium yang menumpuk. Al-Mahasneh
dan Rababah 2007, menyatakan bahwa ukuran partikel meningkat seiring dengan meningkatnya kadar air dan penurunan nilai kerapatan tumpukan kemungkinan
21
Universitas Sumatera Utara
disebabkan karena mengerasnya substrat yang disebabkan pertumbuhan kapang yang lebat.
Nilai kerapatan pemadatan tumpukan yang semakin besar menunjukan bahwa tempat yang dibutuhakan suatu sample semakin efisien. Khalil 1999a,
menyebutkan bahwa bahan yang mempunyai kerapatan tumpukan rendah membutuhkan waktu mengalir dengan arah vertikal lebih lama sebaliknya dengan
bahan yang mempunyai kerapatan tumpukan yang lebih besar. Produsen lebih memilih bahan dengan kerapatan tum pukan tinggi apabila melakukan pengiriman
jarak jauh karena dapat menghemat pengeluaran biaya pengemasan dan penyimpanan bahan. Nilai kerapatan tumpukan tepung kulit buah markisa yang diuji
dengan polinomial orthogonal dapat dilihat pada Gambar 1 :
Gambar 1. Dosis 10
4
cfug dan 10
6
cfug P.chrysosporium Terhadap Kerapatan Tumpukan
Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa pada dosis 10
4
CFUg dan 10
⁶ CFUg membentuk pola kurva kuadratik secara bersama dengan persamaan garis
masing-masing y
= -
0,765x
2
+ 14,88x
+ 340,8
R² = 0,841 dan y = - 0,850x
2
+ 17,66x + 342 R² = 0,994. Pada kurva di atas dapat dilihat bahwa berkisar pada lama fermentasi hari ke-5 peningkatan mulai terjadi
hingga lama fermentasi hari ke-10 sedangkan pada lama fermentasi hari ke-11 kgm
3
10
4
cfug 10
6
cfug 22
Universitas Sumatera Utara
hingga hari ke-15 kurva telah menunjukan penurunan. Dari hasil uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test
yang dilakukan menunjukan bahwa nilai kerapatan tumpukan kulit buah markisa pada lama fermentasi 7 hari lebih tinggi di bandingkan
dengan lama fermentasi 0, 14 dan 21 hari.
2. Kerapatan Pemadatan Tumpukan kgm