Kerugian Pemipaan Buang Efisiensi relatif sudu Efisiensi internal Efisiensi termal Nosel

9. Kerugian Pemipaan Buang

Kerugian pemipaan buang terjadi karena kecepatan aliran pada pipa buang besar 100-120 ms yang biasanya terjadi pada turbin kondensasi. Besarnya kerugian tekanan dalam pemipaan buang turbin-turbin kondensasi dapat ditentukan Sumber : Lit.7, hal 70, yaitu : k s k p C p p 2 2 2 2 100          Dimana : 2 p = tekanan uap sesudah sudu bar k p 2 = tekanan uap di dalam pemipaan buang bar  = koefisien yang nilainya dari 0,07-0,1 s C = kecepatan uap pada pemipaan buang ms.

2.7.2 Kerugian kerugian Luar • Kerugian Mekanis

Kerugian mekanis disebabkan oleh energi yang digunakan untuk mengatasi tahanan yang diberikan oleh bantalan luncur dan dorong termasuk bantalan luncur generator atau mesin yang dihubungkan dengan poros turbin. Untuk tujuan perancangan, kerugian mekanis, generator dan turbin Menurut lit. 4, hal. 88 dapat ditentukan dengan mempergunakan grafik efisiensi mekanis turbin.

2.8 Efisiensi dalam Turbin Uap

1. Efisiensi relatif sudu

Hubungan antara kerja satu kilogram uap Lu pada keliling cakram yang mempunyai sudu-sudu gerak terhadap kerja teoritis yang dapat dilakukannya adalah Sumber : Lit.7, hal 71: u o u u u i i L A L L    .  Universitas Sumatera Utara

2. Efisiensi internal

Hubungan antara kerja yang bermanfaat yang dilakukan oleh sudu dengan 1 kg uap pada tingkat atau di dalam turbin terhadap kerja teoritis yang tersedia adalah Sumber : Lit.7, hal 71 : o u o u o i oi H H i i L A L L 1 .     

3. Efisiensi termal

Hubungan antara penurunan kalor adiabatik teoritis di dalam turbin dan kalor yang tersedia dari ketel adalah Sumber : Lit.7, hal 71: q i i i q i H o t o o t      1 

4. Efisiensi relatif efektif

Hubungan antara efisiensi mekanis dengan efisiensi internal turbin adalah Sumber : Lit.7, hal 71 : oi m re    .  Besarnya efisiensi mekanis ditentukan dari gambar diatas sedangkan efisiensi efektif relatif dapat ditentukan berdasarkan grafik lit. 7, hal. 88 Daya dalam turbin dapat dituliskan sebagai berikut :  Daya dalam turbin 102 . 427 i i H G   kW Sumber : Lit.7, hal 71  Daya efektif yang dihasilkan pada turbin adalah : i m ef N .    Sumber : Lit.7, hal 72 Daya efektif turbin dapat juga diperoleh dari hubungan anatara daya yang dibangkitkan pada terminal generator Ne dan effisiensi generator  g, Sumber : Lit.7, ha 71 yaitu : Universitas Sumatera Utara efektif e g N N  

2.9 Perhitungan Fraksi Massa pada Tiap Ekstraksi

Dari gambar 2.1 sebelumnya telah diketahui, bahwa untuk siklus PLTU ini dirancang empat buah tingkatan ekstraksi dari turbin uap, sehingga fraksi massa pada tiap ekstraksi dapat ditentukan. Berikut ini ditentukan fraksi massa dari ekstraksi pertama hingga ekstraksi keempat sebagai berikut Sumber : Lit.7, hal 137 : 1 Fraksi massa pada ekstraksi pertama α 1   4 1 .   I s I eks III fw IV fw i i i i    2. Fraksi massa pada ekstraksi kedua 2    I fw II eks II fw I s II fw III fw i i i i i i            1 3 2 . 1    3 Fraksi massa pada ekstraksi ketiga 3        I s III eks I fw II fw i i i i      . 1 2 1 3    4. Fraksi massa pada eksraksi keempat 4          1 3 2 1 4 . . . 1      VI s IV eks IV s III s I kond I fw i i i i i i       Dimana : 1  , 2  , 3  dan 4  adalah efisiensi pemanas air pengisian boiler yang diakibatkan oleh kehilangan kalor ke medium di sekitarnya.

2.10 Perhitungan Jumlah Uap yang Mengalir Melalui Turbin dan Ekstraksi

Jumlah uap yang mengalir melalui turbin uap dapat ditentukan sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara           V i IV i III i II i I i N o h h h h h P D 4 3 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 . 860                          Sumber Lit.7, hal 137 Dimana : G = jumlah uap yang mengalir melalui turbin uap Kgs P N = daya netto yang harus disuplai turbin uap ke generator listrik kW  V i IV i III i II i I i h h h h h , , , , penurunan kalor yang dimanfaatkan pada turbin antara titik- titik ekstraksi kJkg. Kemudian jumlah uap yang dicerat dari setiap titik ekstraksi dapat ditentukan sebagai berikut : 1.   o I eks G G . 1  penurunan kalor yang dimanfaatkan pada turbin antara titik-titik ekstraksi kJkg. 2.   o II eks G G . 2  jumlah uap yang dicerat dari titik ekstraksi yang kedua 3.   o III eks G G . 3  jumlah uap yang dicerat dari titik ekstraksi yang ketiga 4.   o IV eks G G . 4  jumlah uap yang dicerat dari titik ekstraksi yang keempat Sehingga jumlah uap yang mengalir melalui turbin antara berbagai titik ekstraksi, menjadi : 1. o G = jumlah uap yang mengalir melalui ruang pertama sampai ke titik ekstraksi yang pertama 2. I eks o G G G   1 = jumlah uap yang mengalir antara titik ekstraksi yang pertama dan kedua 3. II eks I eks o G G G G    2 = jumlah uap yang mengalir sesudah titik ekstraksi kedua. 4. III eks II eks I eks o G G G G G     2 = jumlah uap yang mengalir antara titik ekstraksi yang ketiga dan keempat. 5. IV eks III eks II eks I eks o G G G G G G      2 = jumlah uap yang mengalir sesudah titik ekstraksi yang keempat. Universitas Sumatera Utara

BAB III PEMBAHASAN MATERI

3.1. Pemilihan jenis Turbin Uap

Dalam Bab II sebelumnya telah dijelaskan tinjauan termodinamika turbin uap dalam instalasi PLTU, jenis-jenis turbin uap dan pertimbangan kerugian- kerugian yang akan terjadi dalam siklus yang akan mempengaruhi efisiensi dalam turbin uap tersebut. Turbin uap yang akan dirancang akan digunakan sebagai penggerak generator listrik dengan daya 65 MW, dengan putaran 3000 rpm. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan setiap jenis turbin serta pertimbangan pada daya dan putaran yang akan dihasilkan, maka dalam perancangan ini dipilih jenis turbin impuls nekatingkat dengan derajat reaksi. Adapun alasan pemilihan jenis turbin ini adalah karena pada turbin ini hampir semua tekanan uap yang masuk pada sudu sebelumnya dapat dimanfaatkan lagi pada sudu tingkat selanjutnya agar selanjutnya aliran uap dapat dirubah menjadi energi mekanis pada turbin. Turbin impuls nekatingkat dengan derajat reaksi banyak dipakai di bidang industri sebagai penggerak mula untuk generator listrik kapasitas besar. Hal ini disebabkan kemampuannya menghasilkan daya yang lebih besar dibandingkan dengan turbin tingkat tunggal, sesuai untuk kondisi tekanan uap yang tinggi, dorongan aksial serta diameter tingkat akhir yang besar dan yang biasanya terjadi pada turbin impuls murni dapat diatasi dengan derajat reaksi. Distribusi penurunan kalor pada sejumlah tingkat tekanan akan memungkinkan mendapatkan kecepatan uap yang lebih rendah yang cenderung untuk menaikkan efisiensi turbin uap. Dalam perancangan ini, turbin impuls nekatingkat dengan derajat reaksi mempunyai empat tingkatan ekstraksi uap yang akan diumpankan pada air umpan pengisian ketel. Dengan membuat analisa perhitungan penurunan kalor dan fraksi massa serta laju aliran massa untuk tiap ekstraksi, akan dapat ditentukan daya akhir yang akan dihasilkan jenis turbin impuls nekatingkat yang sesuai untuk dipakai untuk instalasi PLTU. Universitas Sumatera Utara

3.2 Perhitungan Daya Turbin Uap

Adapun spesifikasi turbin uap yang direncanakan pada skripsi ini adalah: 1. Tekanan uap masuk : 90 bar 2. Temperatur uap masuk turbin : 500 °C 3. Daya keluaran generator : 65 MW Dalam suatu proses pembebanan listrik bolak-balik ada 2 unsur yang terpakai dalam proses konversi daya, yaitu : 1. Daya keluaran atau daya nyata V.I cos ϕ yang diukur dengan MW. Dikatakan daya nyata, karena besaran inilah yang dipakai dalam proses konversi daya. 2. Daya reaktif V.I sin ϕ yang diukur dengan MVAR. Besaran ini adalah suatu daya yang sebenarnya tidak mempengaruhi suatu proses konversi daya, tetapi adalah suatu kebutuhan yang harus dilayani. Dari penjelasan diatas, maka daya yang harus disuplai oleh turbin uap ke generator harus dapat memenuhi kebutuhan daya nyata dan daya reaktif. Diagram pada gambar di bawah ini menggambarkan daya yang bekerja pada generator listrik. Gambar 3.1 Diagram daya yang harus di suplay ke turbin uap ke generator Universitas Sumatera Utara Dari gambar 3.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa daya yang dibutuhkan oleh generator adalah daya semu MVA dan daya nominal generator adalah daya nyata MW, maka :  cos . G P P  Dimana : P = daya nominal generator listrik = 65 MW PG = daya yang dibutuhkan generator listrik MW cos ϕ = faktor daya yang besarnya 0,6 – 0,9. Namun berdasarkan harga yang umum dipakai di lapangan , maka diambil cos ϕ = 0,9. Dengan demikian dari persamaan 3-1 diatas : 9 , 65 cos    P P G MW P G 22 , 72  Sehingga daya netto yang harus disuplai turbin uap ke generator listrik PN adalah : G m G N P P   .  Dimana: m  = efisiensi transmisi = 1 karena turbin disambungkan langsung dengan generator tanpa menggunakan roda gigi reduksi Sumber : lit 7, hal 73 G  = efisiensi generator yang ditentukan dari gambar = 0,98 Sumber : lit 7, hal 74 Maka: 98 , . 1 22 , 72  N P  N P 73,69 MW Universitas Sumatera Utara

3.3 Perhitungan Daya untuk Tiap Ekstraksi

3.3.1 Perhitungan Penurunan Kalor untuk Tiap Ekstraksi

Untuk membangkitkan energi listrik pada generator, dibutuhkan sejumlah uap pada kondisi tertentu untuk memutar turbin, kemudian turbin akan memutar poros generator listrik. Dalam perancangan ini, ditentukan kondisi-kondisi uap sebagai berikut : 1. Tekanan uap masuk turbin po = 90 bar 2. Temperatur uap masuk turbin to = 500 C 3. Tekanan uap keluar turbin p 2k = 0,1 bar 4. Untuk Turbin uap tingkat menengah jumlah ekstraksi dibatasi hanya 2 sampai 4 ekstraksi sumber : lit 7.hal 134 dirancang mempunyai empat tingkatan ekstraksi. Pada bagian 2.7 sebelumnya telah dibahas beberapa kerugian yang terjadi pada turbin uap, sehingga pada bagian ini akan dapat ditentukan besarnya penurunan kalor yang terjadi pada tiap ekstraksi. Kerugian pada katup pengatur diambil sebesar 5 lit 7, hal 59 dari tekanan uap panas lanjut, sehingga tekanan di depan nosel tingkat pertama akan menjadi :   bar P 5 , 85 90 . 05 , 1    Kerugian pada pemipaan buang yang dapat ditentukan dari persamaan pada bab 2, dimana sesuai dengan kondisi lapangan maka diambil nilai koefisien  sebesar 0,09 dan S C sebesar 110 ms, maka : 1 , 100 110 09 , 1 , 2 2          P bar P 11089 , 01089 , 1 , 2    Penurunan kalor teoritis yang terjadi pada turbin dengan mengabaikan kerugian pada katup pengatur dan pemipaan buang akan menjadi : Universitas Sumatera Utara kg kJ H th 3 , 1237 1 , 2150 4 , 3387 ,    Penurunan kalor pada turbin dengan memperhitungkan kerugian pada katub akan menjadi: kg kJ H 2 , 1215 1 , 2150 3 , 3365    Penurunan kalor pada turbin dengan memperhitungkan kerugian pada katub dan kerugian pemipaan buang akan menjadi kg kJ H 1203 3 , 2162 3 , 3365    nilai efisiensi re  , dan m  diperoleh masing-masing sebesar 0,86 dan 0,995 lit. 7, hal 73 dan 70 sehingga nilai efisiensi dalam turbin, yaitu : 8643 , 995 , 86 ,   i  Sehingga penurunan kalor yang di manfaatkan di turbin menjdi: kg kJ H H i i 2 , 1050 8643 , 2 , 1215       Proses penurunan kalor ini dapat digambarkan dalam diagram Mollier, yaitu : Universitas Sumatera Utara Gambar 3.2 Proses penurunan kalor pada turbin uap Untuk tekanan 0,1 bar didapat temperatur air jenuh ts = 45,84 C. Dalam hal ini diambil temperatur air jenuh keluaran kondensor tkond = 45 C. Guna menyederhanakan perhitungan, dibuat bahwa air pengisian ketel dipanaskan dalam derajat yang sama pada semua pemanas air pengisian ketel, sehingga pada masing-masingnya kenaikan temperatur air pengisian ketel   t  menjadi : z t t kond HPH t    Menurut lit. 7, hal. 136 Dimana : HPH t = temperatur keluaran HPH = 205 kond t = temperature keluaran kondensor = 45 C z = jumlah ekstraksi uap = 4 tingkat Maka : Universitas Sumatera Utara C t 40 4 45 205     Sehingga dapat di tentukan temperature air pengisian ketel setelah keluar dari pemanas, yaitu: 1. 1 LPH t = 45 + 40 = 85 C 2. 2 LPH t = 85 + 40 = 125 C 3. 3 LPH t = 125 + 40 = 165 C 4. HPH t = 165 + 40 = 205 C Dari table saturated water di peroleh kalor sensible air pengisian ketel, yaitu: 1. IV fw h = 874,87 kJkg 2. III fw h = 675,47 kJkg 3. II fw h = 525,07 kJkg 4. I fw h = 356,02 kJkg 5. kond fw h = 188,44 kJkg Kemudian temperatur jenuh uap pemanas air pengisian ketel di peroleh dengan persamaan Menurut lit.7 hal 137: t t t HPH LPH HPH LPH    , , Dimana : t  = Perbedaan temperatur antara temperatur uap pemanas air pengisian ketel dan temperatur air pengisian ketel pada sisi keluar dari pemanas air ketel yang biasanya diambil 5-7 C. Dalam hal ini perbedaan temperatur diambil 5 C. Maka: 1. 1 LPH t = 85 + 5 = 90 C 2. 2 LPH t = 125 + 5 = 130 C 3. 3 LPH t = 165 + 5 = 170 C 4. HPH t = 205 + 5 = 210 C Universitas Sumatera Utara Dari table saturated water di peroleh tekanan uap jenuh untuk masing – masing temperatur, yaitu: 1. IV eks P = 0,7183 bar 2. III eks P = 2,7028 bar 3. II eks P = 7,9218 bar 4. I eks P = 19,077 bar Dari table saturated water di peroleh kandungan kalor air jenuh untuk masing – masing temperatur, yaitu: 1. IV f h = 377,04 kJkg 2. III f h = 546,38 kJkg 3. II f h = 719,08 kJkg 4. I f h = 897,61 kJkg Dari diagram Moller h-s diperoleh temperatur keluar ekstraksi turbin atau kebasahan untuk masing-masing tekanan ekstraksi uap, yaitu: 1. IV eks t = 90 C 2. III eks t = 130 C 3. II eks t = 220 C 4. I eks t = 340 C Dari diagram Moller h-s diperoleh kalor total uapuntuk masing-masing tekanan ekstraksi uap, yaitu: 1. IV eks h = 2524,64 kJkg 2. III eks h = 2687,93 kJkg 3. II eks h = 2893,4 kJkg 4. I eks h = 3012,1 kJkg Universitas Sumatera Utara Seluruh hasil perhitungan diatas yang di butuhkan untuk perancangan awal pada turbin dengan empat tingkatan ekstraksi dapat di lihat pada table 3.1 berikut ini: N o. Parameter Sebelu m turbin Eks I Eks II Eks III Eks IV Kondenso r 1 Tekanan uap bar 90 19,077 7,9218 2,7028 0,7183 0,1 2 Temperatur atau kebasahn uap C 500 340 220 130 90 45 3 Kandungan kalor uap kJkg 3365,3 3012,1 2893,4 2687,9 3 2524,6 4 2315,1 4 Temperatur jenuh uap pemanas C - 210 170 130 90 - 5 Kandungan kalor air jenuh kJkg - 897,61 719,08 546,38 377,04 6 Temperature air pengisisan ketel C - 205 165 125 85 45 7 Kandungan Kalor air pengisian ketel kJkg 874,87 675,47 525,07 356,02 188,44 8 Penurunan kalor kJkg 235.2 218,77 205,47 163,29 209,54 Tabel 3.1 Data hasil perancangan turbin empat tingkatan ekstraksi Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Perhitungan Fraksi Massa dan Laju Aliran Massa pada Tiap Ekstraksi

Dari bagian 2.8 dan 2.9 sebelumnya dengan mengambil nilai 1  , 2  , 3  dan 4  sama dengan 0,98 akan dapat ditentukan fraksi massa dari ekstraksi yang pertama hingga ekstraksi keempat sebagai berikut : 1. Fraksi masa pada ekstraksi pertama 1    09188 , 98 , 61 , 897 1 , 3012 47 , 675 87 , 874 1      2. Fraksi masa pada ekstraksi ke dua 2    063734 , 07 , 525 4 , 2893 07 , 525 61 , 897 09188 , 07 , 525 47 , 675 . 98 , 1 2              3. Fraksi masa pada ekstraksi ke tiga 3        060511 , 98 , 38 , 546 93 , 2687 07 , 525 47 , 675 . 063734 , 09188 , 1 3        4. Fraksi masa pada ekstraksi ke empat 4          056236 . 98 , 04 , 377 64 , 2524 04 , 377 38 , 546 06051 , . 02 , 356 07 , 525 . 063734 , 09188 , 1 3         5. Jumlah total uap panas lanjut yang memasuki turbin G0         98 , . 995 , 54 , 209 7283 , 29 , 163 7845 , 47 , 205 845 , 77 , 218 90882 , 2 , 232 1868 , 4 . 69 , 73 . 860          G G = 300,3869 tonjam atau = 83,44 kgs Sehingga jumlah fraksi massa uap tiap ekstraksi adalah berikut ini: Table 3.2 fraksi masa tiap ekstraksi No . Istilah Eks. I Eks II Eks. III Eks IV 1  0,09118 0,063734 0,060511 0,056236 Universitas Sumatera Utara 2 G eks kgs 7,699 5,3179 5,049 4,6923 Sedangkan jumlah uap yang mengalir melalui turbin antara berbagai titik ekstraksi dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.3 Jumlah uap yang mengalir antara berbagai titik ekstraksi No. Jumlah uap yang mengalir Sampai ke Eks I Sampai ke Eks II Sampai ke Eks III Sampai ke Eks IV Sampai ke kondensor 1 G eks kgs 83,44 75,741 70,4231 65,3741 60,682

3.3.3 Pengujian Kembali Laju Aliran Massa yang Diperoleh

Dari bagian 3.2 telah didapat bahwa daya yang harus disuplai turbin uap ke generator listrik PN adalah sebesar 73,69 MW sedangkan dari bagian 3.3 juga telah didapat penurunan kalor yang dimanfaatkan di turbin sebesar H i = 1050,2 kJkg. Sehingga dengan adanya ekstraksi yang pada perancangan ini dibuat ada empat tingkatan ekstraksi, dengan laju aliran uap yang masuk turbin adalah 83,44 kgs . Maka laju aliran uap yang melewati tiap ekstraksi adalah : 1. G = 83,44 kgs 2. G 1 = 75,741 kgs 3. G 2 = 70,432 kgs 4. G 3 = 65,3741 kgs 5. G 4 = 60,682 kgs Apabila hasil diatas di uji ulang, maka daya yang di hasilkan turbin adalah: 1. Dari masuk turbin hingga ekstraksi pertama N = G x h i I = 83,44 x 235,2 N = 19625,088 kW Universitas Sumatera Utara 2. Dari masuk turbin hingga ekstraksi ke dua N 1 = G 1 x h i II = 75,741 x 163,29 N 1 = 16569,8 kW 3. Dari masuk turbin hingga ekstraksi ke ketiga N 2 = G 2 x h i III = 70,4231 x 205,47 N 2 = 14469.83 kW 4. Dari masuk turbin hingga ekstraksi ke ke empat N 3 = G 3 x h i IV = 65,3741 x 163,29 N 3 = 10674,936 kW 5. Dari masuk turbin hingga ekstraksi ke ke kondensor N 4 = G 4 x h i V = 60,682 x 209,54 N 4 = 12715,3 kW Sehingga daya total yang dibangkitkan adalah 74054,96 kW atau 74,05496 MW. Dengan membandingkan hasil ini dengan daya yang akan disuplai turbin uap sebesar 73,69 MW maka didapat adanya persentasi kesalahan perhitungan sebesar 0,4 , dimana persentasi kesalahan ini sudah sangat kecil, sehingga laju aliran massa yang diperoleh tersebut sudah tepat. Universitas Sumatera Utara

3.4 Perhitungan Daya Siklus PLTU

Gambar 3.3 Diagram alir siklus Rankine Mengunakan HPH dan LPH Gambar 3.4 diagram T-S Dari data teknik diperoleh: - Kapasitas boiler = 260 tonjam = 72,22 kgs - Temperatur uap masuk boiler = 205 C - Tekanan uap keluar boiler = 90 bar - Temperatur uap keluar boiler = 500 C Universitas Sumatera Utara - Tekanan kondensor = 0,1 bar  Keadaan I : P 1 = 0.1 bar = 10 kPa h 1 = 191,83 kJkg = hf V 1 = 0,00101 m 3 kg = vf  Keadaan II : P 2 = 4 bar = 400 kPa s 1 = s 2, h 2 = W p1 + h 1 = [v 1 p 2 – p 1 + h 1 ] = [ 0,00101 m 3 kg 400-10kPa + 191,83 kJkg ] = 192,224 kJkg  Keadaan ke III : T 3 = 80 C h 3 = 335,02 kJkg  Keadaan ke IV : T 4 = 125 C h 4 = 525,07 kJkg  Keadaan ke V : T 5 = 165 C h 4 = 697,24 kJkg P 5 = 700,93 kPa V 1 = 0,001108 m 3 kg  Keadaan ke VI : P 6 = 90 bar = 9 Mpa T 6 = 165 C s 5 = s 6, h 6 = W p2 + h 5 = [v 1 p 6 – p 5 + 5 1 ] = [ 0,001108 m 3 kg 9000 – 700,93kPa + 679,24 kJkg ] = 688,43 kJkg  Keadaan ke VII : T 7 = 205 C h 7 = 872,86 kJkg P 7 = 90 bar = 9 MPa  Keadaan ke VIII : T 8 = 500 C h 8 = 3387,4 kJkg P 8 = 90 bar = 9 MPa  Keadaan ke IX : T 9 = 210 C h 9 = 897,61 kJkg  Keadaan ke X : T 10 = 170 C h 10 = 719,08 kJkg  Keadaan ke XI : T 11 = 130 C Universitas Sumatera Utara h 11 = 546,38 kJkg  Keadaan ke XII : T 12 = 90 C h 12 = 377,04 kJkg  Keadaan ke XII : P 13 = 0,1 kPa Maka kualitas uap turbin dapat diketahui : 91 , 4996 , 7 6492 , 4996 , 7 13 13      fg f S s s X h 13 = h f + x 13 . h fg = 191,83 kJkg + 0,91 x 2392,1 kJkg = 2368,641 kJkg Kesetimbangan masa dapat diketahui : out in    o o i i h m h m    Jadi kalor masuk dan kalor keluar siklus : Q in = h 8 – h 7 = 3387,4 kJkg – 872,86 kJkg = 2014,54 kJkg Q out = h 8 – h 13 = 3387,4 kJkg – 2368,641 kJkg = 1018,99 kJkg Maka kerja siklus diperoleh sumber lit 9 hal 78: w net = Q in - Q out = 2014,54 kJkg – 1018,99 kJkg = 995,55 kJkg Dimana efisiensi thermal sumber lit 9. Hal 77: 48 , 54 , 2014 55 , 995    in net th Q w  Maka diperoleh daya siklus : W net = m w net = 72,22 kgs . 956,5 kJkg = 71898,621 kW W net = 71,898 MW Universitas Sumatera Utara

3.5 Perhitungan Kalor Turbin Uap Untuk Tiap Tingkat Tekanan

3.5.1 Penentuan Tingkat Tekanan

Turbin nekatingkat multistage turbine dengan tingkat-tekanan banyak dipakai di bidang industri sebagai pengerak mula untuk generator listrik berkapasitas besar, disebabkan oleh kemampuannya ability untuk menghasilkan daya yang besar dibandingkan dengan turbin tinggal. Untuk mendapat tingkat tekanan turbin sumber lit.7 hal 105 adalah :   2 1 rata rata u H Y z     Dimana : z = Jumlah tingkat tekanan Y = Koefisien karakteristik untuk turbin nekatingkat H ’ = Penurunan kalor dengan memperhitungkan kerugian pada katub dan kerugian pemipaan buang = 1203 kJkg = 287,33 kkcalkg. 2 rata rata u  = kecapatan keliling sudu rata-rata. Dengan mengambil nilai uc 1 rata-rata sebesar = 0,3, sehinga kecapatan uap keluar nosel: s m H c 33 , 1550 33 , 287 5 , 91 5 , 91 1    Kecepatan keliling sudu rata-rata adalah :   1 1 c c u u rata rata rata rata     = 0,3 x 1550,33 = 465,09 ms Koefisien karakteristik untuk turbin nekatingkat Y sumber lit. 7 hal 93 adalah: Universitas Sumatera Utara     1 , 7102 33 , 287 06 , 1 09 , 465 1 2 2       H u Y  Maka jumlah tingkat tekanan adalah :   10 99 , 9 09 , 465 33 , 287 06 , 1 1 , 7102 2     z

3.5.2 Turbin Tingkat Pengaturan

Dalam perancangan ini, akan dibuat tingkat pengaturan impuls terdiri dari dua baris sudu dua tingkat kecepatan dimana pemakaian tingkat pengaturan ini akan memungkinkan untuk memanfaatkan penurunan kalor yang besar pada nosel dan oleh sebab itu membantu dalam mendapatkan temperatur dan tekanan yang lebih rendah pada tingkat-tingkat reaksi. Untuk ini diambil penurunan kalor sebesar 55 kkalkg atau 230,274 kJkg [Menurut lit. 7, hal. 118], maka tekanan uap pada tingkat pengaturan ruang sorong uap menjadi sebesar 44,13 bar dan dengan mengambil nilai uc 1 sebesar 0,236, sehingga kecepatan mutlak uap keluar nosel : s m h c 582 , 678 55 5 , 91 5 , 91 1    Dan kecepatan keliling sudu :   1 1 c c u u   s m 582 , 678 236 ,   s m 145 , 160  Diameter rata-rata sudu pada tingakt pertama menjadi: m n u d 02 , 1 3000 14 , 3 145 , 160 60 60 1         = 1019,11 mm Tingkat tekanan ini dibuat dengan derajat reaksi, dimana derajat reaksi  yang dimanfaatkan pada sudu-sudu gerak dan sudu pengarah Menurut lit. 7, hal. 141 adalah : Universitas Sumatera Utara 1. Untuk sudu gerak baris pertama = 4 2. Untuk sudu pengarah = 5 3. Untuk sudu gerak baris ke dua = 4 Kecepatan teorotis uap keluar nosel adalah : 95 . 852 , 678 1 1    c c t = 664,505 ms Dengan mengambil sudut uap α 1 sebesar 17 o menurut lit.7 hal. 81 diperoleh kecepatan pada pelek rim : 1 1 1 17 cos 852 , 678 cos    c c u s m 007 , 604  Dan kecepatan relatif uap terhadap sudu 1  : 1 2 2 1 1 cos 2        u u c s m 773 , 480 17 cos 852 , 678 2 145 , 160 852 , 678 2 2       Sudut kecepatan relatif menjadi : 1 1 1 1 17 sin 773 , 480 852 , 678 sin sin       c sin 1  = 22,589 Gambar 3.5 variasi kecepatan uap pada tingkat pengaturan sudu gerak baris I Dengan menetapkan sudut re;atif uap keluar 2  lebih kecil 3 dari sudut kecepatan relatif uap masuk 1  , maka : Universitas Sumatera Utara 2 589 , 19 3 589 , 22     Sehingga dari gambar 2. 8 di peroleh  = 0,86 Kecepatan relatif teoritis uap pada sisi keluar pada sisi keluar sudu gerak I 55 04 , 8378 773 , 480 5 , 91 8378 5 , 91 2 1 2 1 2       h w t   = 499,403 ms Kecepatan relatif uap pada sisi keluar sudu gerak I dengan memperhitungkan kerugian: s m t w 487 , 429 403 , 499 86 , 2 2        Dari gambar 4.1 diperoleh kecepatan mutlak uap keluar sudu gerak I : 2 2 2 2 2 2 cos 2          u u c s m 747 , 238 589 , 19 cos 145 , 160 487 , 429 2 145 , 160 487 , 429 2 2        Dengan sudut keluar : 2 2 2 2 496 , 30 589 , 19 sin 747 , 238 487 , 429 sin sin        c Maka kecepatan pelek rim adalah: s m c u c 464 , 244 496 , 30 cos 747 , 283 cos 2 2 2       Sehingga kerugian kalor pada nosel adalah : kg kJ c c h t n 5389 , 21 2000 628 , 631 872 , 664 2000 2 2 2 1 2 1      Dan kerugian kalor pada sudu gerak I adalah: kg kj h t b 4553 , 32 2000 487 , 429 403 , 499 2000 2 2 2 2 2 2        Kecepatan mutlak uap masuk sudu gerak II 2 2 1 8378 5 , 91 h c c gb gb     Universitas Sumatera Utara Dimana gb  diambil sebesar 0,86 maka: s m c 6 , 305 55 05 , 8378 747 , 283 86 , 5 , 91 1      Kecepatan teoritis uap pada sisi keluar dari sudu pengarah menjadi : 86 , 6 , 305 1   gb lt c c  = 321,685 ms Dengan mengambil sudut mutlak uap sudu gerak II 1  sebesar 30 diperoleh kecepatan pelek rim : 1 1 1 30 cos 6 , 305 cos      c c u = 264,626 ms Dan kecepatan relatif uap pada sisi masuk sudu gerak II: 1 1 2 2 1 1 cos 2         u c u c s m 185 30 cos 145 , 160 6 , 305 . 2 145 , 160 6 , 305 2 2 1        Sudut kecepatan relatif uap masuk ke sudu gerak II : 1 1 1 1 624 , 55 30 sin 151 , 185 6 , 305 sin sin        c Dengan mengambil sudut mutlak uap keluar sudu gerak II 2  sebesar 45 , maka dari gambar 2.8 diperoleh 9 ,   . Kecepatan relatif teoritis uap keluar sudu gerak II : s m h t t 088 , 185 55 04 , 8378 151 , 185 5 , 91 8378 5 , 91 2 2 2 2           Kecepatan relatif uap pada sisi keluar sudu gerak II dengan memperhitungkan kerugian: s m t 008 , 185 9 , 2 2        Kecepatan relatif uap pada sisi keluar sudu gerak II : 2 2 2 2 2 cos 2          u u c Universitas Sumatera Utara s m 478 , 98 45 cos 145 , 160 579 , 166 2 145 , 160 579 , 166 2 2        Gambar 3.6 Segitiga kecepatan tingkat pengaturan Dari gambar 4.2 diatas didapat sudut keluar uap sudu gerak II 2  sebesar 104 dan kecepatan pada pelek rim menjadi: s m c c u 691 , 23 104 cos 487 , 98 cos 2 2 2       Sehingga kerugian kalor pada sudu pengarah adalah : kg kJ c c h t gb 041 , 5 2000 6 , 305 685 , 321 2000 2 2 2 1 2 1      Dan kerugian kalor pada sudu gerak baris II adalah : kg kJ h t b 2528 , 3 2000 579 , 166 088 , 185 2000 2 2 2 2 2 2        Dan kerugian kalor pada sudu gerak baris II adalah : kg kJ c h e 8464 , 4 2000 478 , 98 2000 2 2 2    Efisiensi pada keliling cakram dihitung adalah :     70886 , 582 , 678 691 , 23 464 , 244 626 , 264 007 , 604 165 , 160 2 2 2 2 2 1             ad u u u c c c u  Universitas Sumatera Utara Gambar 3.7 diagram i-s untuk tingkat pengaturan Dari perhitungan sebelumnya untuk tinggi nosel 15 mm, akan dapat ditentukan derajat pemasukan parsial sebagai berikut: 703 , 17 sin 628 , 631 015 , 02003 , 1 14 , 3 0747 , 44 , 83 sin 1 1 1 1            dlc v G Sehingga kerugian daya akibat gesekan cakram dan pengadukan yaitu:   6 3 2 . 10 07 , 1 u d N a ge               0747 , 1 10 145 , 160 01911 , 1 07 , 1 1 6 3 2 = 61,1277 kW Kerugian kalor yang terjadi adalah: kg kJ G N h a ge a ge 6612 , 44 , 83 427 1868 , 4 1277 , 61 102 427 102 . .         Uap dari perapat labirin ujung depan dibuang ke ruang sorong uap ekstraksi yang kedua dengan tekanan , 7028 , 2 bar p III eks  sedangkan tekanan sesudah nosel tingkat pengaturan sebesar 48 1  p bar. Tekanan kritis pada perapat-perapat labirin persis sebelum ruang dari mana uap di buang adalah: Universitas Sumatera Utara bar z p p kr 5279 , 2 5 , 1 84 5 , 27 85 , 5 , 1 85 , 1        Dimana z adalah ruang perapat labirin yang diambil sebanyak 84 buah. Sehingga besarnya kebocoran uap melalui perapat-perapat labirin adalah :   1 1 2 2 1 100 v p z p p g f G III eks s kebocoran          s kg 5665 , 081556 , 48 84 7028 , 2 48 81 , 9 10 94286 , 100 2 2 3           Dimana dalam hal ini diambil diameter poros d sebesar 500 mm, lebar celah antara poros dengan paking labirin s  sebesar 0,6 mm, sehingga luas melingkar untuk aliran uap f s adalah : 3 10 6 , 5 , 14 , 3          s s d f  Total kerugian kalor sebelum nosel tingat kedua adalah : a ge c b gb n ugian h h h h h h . ker       = 21,5389 + 32,4553 + 5,041 + 3,2528 + 4,8464 + 0,6612 = 67,7965 kJkg Kalor total uap sebelum nosel tingkat kedua adalah:   ugian h h i i ker     = 3365,3 - 230,274 – 67,7965 = 3202,83 kJkg Sehingga kondisi uap sebelum nosel tingkat ke dua ditentukan oleh tekanan 44,13 bar dan suhu 400 C

3.5.3 Perhitungan kalor dari tingkat pengaturan sampai ekstraksi I

Penurunan kalor teoritis dari tekanan 44,13 bar dan suhu 400 ke tekanan sampai ekstraksi pertama adalah : kg kJ h 73 , 190 1 , 3012 83 , 3202    Universitas Sumatera Utara Dengan membuat penurunan kalor yang sama pada setiap tingkat penurunan kalor rata-rata diperoleh : h rata-rata = kg kJ 365 , 95 2 73 , 190  tekanan uap sesudah tiap-tiap tingkat, dari diagram moller i-s adalah 27 1  p bar setelah tingkat yang ketiga, bar p 23 2  setelah tingkat ke empat dan bar p I eks 077 , 19  setelah tingkat yang ketiga. Pada tingkat yang ke kedua untuk memperkecil kerugian pemasukan, akan dibuat menjadi 5 reaksi pada setiap garis baris sudu, untuk tingkat kedua dipilih perbandingan kecepatan uc ad = 0,4 sehingga kecepatan mutlak uap keluar nosel tingkat kedua: s m h c 83 , 436 792 , 22 5 , 91 5 , 91 1      Kecepatan keliling pada sudu adalah:   s m c c u u 95 , 175 83 , 436 4 , 1 1      Diameter rata-rata sudu pada tingkat ke dua menjadi : 3000 14 , 3 95 , 175 60 60       n u d  = 1,11969 m = 1119,96 mm Penurunan kalor pada nosel tingkat kedua :     kg kJ h h 596 , 90 365 , 95 05 , 1 1 01         Dan pada sudu gerak sebesar : kg kJ h 769 , 4 596 , 90 365 , 95 02    Sehingga tekanan uap setelah nosel adalah bar p 26 1  . Universitas Sumatera Utara Dimana 96 ,   Maka kecepatan teoritis uap : s m c t 82 , 426 96 , 83 , 436 1   Sudut uap masuk   1  diambil sebesar 14,9 sehingga bila 1   tinggi nosel yang akan diperoleh berada dalam jangka yang diizinkan, sehingga kecepan pelek rim adalah : s m c c t u 132 , 422 9 , 14 cos 82 , 426 cos 1 1 1       Dan kecepatan relatif terhadap sudu gerak : 1 1 2 2 1 1 cos 2         u c u c s m 39 , 243 9 , 14 cos 95 , 175 83 , 436 2 95 , 175 83 , 436 2 2        Besar sudut relatif ini adalah : 1 1 1 1 9 , 14 sin 39 , 243 83 , 436 sin sin        c 1 89 , 23   Sudut keluar relatif uap 2  = 20,89 menjadi sebesar 21,89 1 2 3     sehingga diperoleh  = 0,862. Kecapatan Relatif uap meninggalkan sudu gerak tingkat ke kedua diperoleh melalui persamaan berikut ini : s m h 226 792 , 22 05 , 8378 39 , 243 862 , 5 , 91 8378 5 , 91 2 2 2 1 2             Kecepatan relatif uap teoritis menjadi : Universitas Sumatera Utara s m t 18 , 262 862 , 226 2 2       Selanjutnya kecepatan uap meninggalkan sudu gerak tingkat yang kedua adalah : 2 2 2 2 2 2 cos 2          u u c s m 77 , 90 89 , 21 cos 95 , 175 226 2 95 , 175 226 2 2        Dengan nilai-nilai kecepatan dan besar sudut yang sudah diketahui, maka dapat digambarkan segitiga kecepatan untuk tingkat kedua ini, yaitu : Gambar 3.8 Segitiga kecepatan tingkat kedua Dari gambar 3.8 diatas dapat sudut keluar uap sudu gerak tingakat ke dua   2  sebesar 68,16 dan kecepatan pada pelek rim menjadi : s m c c u 88 , 32 16 , 68 cos 387 , 88 cos 2 2 2       Sehingga kerugian kalor pada nsel adalah : kg kJ c c h t n 472 , 7 2000 356 , 419 82 , 426 2000 2 2 2 1 2 1      Dan kerugian kalor pada sudu gerak tingkat kedua adalah : kg kJ h t b 826 , 8 2000 226 18 , 262 2000 2 2 2 2 2 2        Serta kerugian akibat kecepatan keluar uap dari sudu gerak tingkat kedua adalah: Universitas Sumatera Utara kg kJ c h e 1175 , 4 2000 77 , 90 2000 2 2 2    Efisiensi pada keliling cakram dihitung sebagai berikut :   2 2 1 2 ad u u u c c c u        7178 , 83 , 436 88 , 32 132 , 422 95 , 175 2 2      Untuk memeriksa ketepatan hasil-hasil yang dipeorleh diatas, kita akan mencari u  seperti berikut ini dan membandingkannnya dengan u  seperti berikut ini dan membandingkannya dengan u  yang dihitung sebelumnya: h h h h e b u       7859 , 365 , 95 1175 , 4 826 , 8 472 , 7 365 , 95      Kesalahan perhitungan 08 , 100 7859 , 7178 , 7859 ,    , relatif kecil. Daya yang hilang akibat gesekan dan pengadukan, sebagai berikut :                1245 , 1 10 95 . 175 11969 , 1 07 , 1 1 , 1 1 10 07 , 1 6 3 2 1 6 3 2 . v u d N a ge  = 64,8219 kW Dan besarnya kerugian kalor adalah: kg kJ G N h a ge a ge 77769 , 44 , 83 427 1868 , 4 8219 , 64 102 427 102 . .         Kalor total uap sesudah sudu–sudu dengan memperhitungkan kerugian adalah : Universitas Sumatera Utara   kg kJ i 27 , 3086 77769 , 1175 , 4 826 , 8 472 , 7 365 , 95 83 , 3202 2        Kebocoran uap melalu perapat labirin :     s kg v p z p p g f G s kebocoran 580 , 08245 , 18 , 44 4 8 27 18 , 44 81 , 9 10 94286 , 100 100 2 2 3 1 1 2 1 2 1                  Maka kerugian kalor akibat kebocoran adalah :   kg kJ i i G G h o kebocoran kebocoran 810 , 56 , 116 44 , 83 580 , 2       Penjumlahan seluruh kerugian kalor pada tingkat kedua ini menjadi : kg kJ h ugian 0034 , 22 810 , 77769 . 1175 , 4 826 , 8 472 , 7 ker        Maka penurunan kalor yang bermanfaat pada tingkat kedua ini adalah:       kg kJ h h h ugian 331 , 73 034 , 22 365 , 95 ker 1 Dan efisiensi tingkat menjadi : 89 , 76 777815 , 365 , 95 331 , 73 1     h h tk i  Sehingga daya yang dibangkitan oleh tingkat kedua ini adalah : Universitas Sumatera Utara kW h G N i 2 , 6654 102 1668 , 4 331 , 73 44 , 83 427 102 427 1             Dari diagram i-s diperoleh bahwa uap sewaktu mengembang dari tingkat ke-9 sampai tingkat ke- 10 akan menjadi basah, jadi kerugian akibat kebasahan harus diperhitungkan. Untuk tingkat ke-9, kerugian kalor akibat kebasahan :   kg kJ h x x h kebasahan 30645 , 436 , 20 985 , 1 2 1 1 2 1              Dimana: x 1 = fraksi kekeringan sebelum nosel sudu pengarah = 0,99 x 2 = fraksi kekeringan uap sesudah sudu gerak tingkat 10 = 0,98 h 1 =penurunan kalor yang dimanfaatkan pada tingkat turbin dengan memperhitungkan semua kerugian pada tingkat 10 = h n + h b + h e + h ge.a + h kebocoran Seluruh tingkat yang berikutnya didesain sama dengan cara sebelumya dan hasilnya ditabelkan pada tabel 3.4 berikut ini: Universitas Sumatera Utara Tabel 3.4 Konduksi uap pada setiap tingkat turbin Uap Nekaringkat No Parameter Satuan Tingkat ke - Tingkat pengaturan Tingkat Impuls I II 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 G Kgs 83,44 83,44 83,44 75,741 75,741 70,42 70,42 65,37 65,37 60,68 2 p Bar 90 44,13 27 19,007 19,007 7,9218 7,9218 2,7028 2,7028 0,1 3 t atau x C 500 400 322 270 220 170 150 142 125 80 4 i k.Jkg 3365,3 3210 3077 2981 2889,0 2702,65 2651,3 2549,8 2455,9 2150,1 5 i pr e h .  k.Jkg 3365,3 3210,45 3077,2 2981,5 2889,32 2702,72 2651,54 2549,87 2455,97 2150,87 6 Ilt k.Jkg 3196,4 3077,3 3003,11 2931,87 2859,1 2690,1 2621,0 2522,35 2412,09 2121,3 7 ho k.Jkg 230,274 95,365 95,2 92,1 92,1 96,3 98,75 102,3 115,4 125,4 8  4 5 4 5 5 5 6 6 7 7 8 9 ho 1 k.Jkg 190,73 90,596 90,44 87,47 86,97 90,22 95,48 98,55 101,5 112,56 10 ho 2 k.Jkg 9.538 9.538 4,769 4.7600 4.6050 5.5260 5.7780 5,732 5, 875 4,5332 5,0673 11 he pr k.Jkg 4.0054 4.0622 3.8589 3.8596 3,7635 3,7320 3,572 3,4023 12 ho 1 + he pr k.Jkg 190,73 90,596 94.4454 91.5572 90.4329 94.3816 99,062 102,045 105,97 115,74 13 c 1t c 1t ms 664.505 321.685 436,82 425.266 418.284 416.077 425.458 395,41 355,43 342,02 305.23 14  - 0.96 0.96 0.96 0.96 0.96 0.965 0.97 0,96 0,96 0,97 0,96 15 c 1 c 1 ’ ms 631.628 305.600 419,356 408.255 401.553 401.514 412.695 398,5 390,87 386,77 376,02 16 ho + hepr k.Jkg 230.274 95,365 99.2054 96.1622 95.9589 100.1596 101,13 105,98 118,53 128,23 17 c 1 ms 678.582 436.83 432.59 429.151 429.151 438.827 423,76 430,21 412,75 398,97 18 uc 1 - 0.236 0.4 0.418 0.43 0.435 0.428 0,435 0,441 0,456 0,432 19 U ms 160.145 175.95 182.379 184.535 186.681 187.818 188,65 188,91 189,42 189,71 20 D ms 1019.11 1119.69 1160.59 1174.31 1187.97 1195.20 1210,3 1241,50 1256,7 1276,2 21 1 1   Derajat 17.0 30.0 14.9 14.9 14.9 14.9 17.0 17,23 17,65 17,85 17,43 22 w 1 w 1 ’ ms 480.773 185 243,39 236.709 228.219 226.270 239.476 238,54 230,87 229,7 224,8 23   1 1 Derajat 22.589 55.624 23,89 26.327 26.900 27.148 30.256 31,862 32,971 33,537 34,98 24 2 2   Derajat 19.589 45 21,892 23.327 23.900 24.148 27.256 28,982 29,753 31,753 32,098 25 w 2t ms 499.403 185.088 262,18 255.951 247.501 245.706 258.723 243,541 237,762 235,09 229,32 Universitas Sumatera Utara 27 Koefisien sudut,  - 0.86 0.9 0.862 0.865 0.868 0.87 0.895 0,874 0,887 0,87 0,863 28 w 2 w 2 ’ ms 429.487 185,008 226 221.398 214.831 213.764 231.557 229,211 224,021 219,093 220,9 29 c 2 c 2 1 ms 283.747 98.478 90,77 90.159 87.874 87.882 87.603 86,098 86,084 85,32 84,098 30 2 2   Derajat 30.496 104 68,16 76.6 82.2 84.5 99.7 100,32 107,21 104,76 110,87 31 c 1 u c 1 u ’ ms 604.007 264.626 422,132 394.517 388.040 388.003 394.647 387,76 386,098 385,093 386,54 32 c 2u c 2u ’ ms 244.464 23.691 26.118 20.908 11.860 8.363 18.143 17,982 15,867 14,337 14,072 33 u  0.70886 0.7178 0.79598 0.80138 0.80354 0.73443 0,74532 0,80234 0,81442 0,8087 34 hnhgb kJkg 21.5389 5.0421 7,472 7.0856 6.8549 5.9500 5.3462 5,7631 5,5832 5,4980 5,0836 35 Hb ’ hb ” kJkg 32.4553 3.2528 8.826 8.2427 7.5483 7.3343 6.6560 6,5981 6,5442 6,4992 6,4092 36 he kJkg 4.8464 4.1175 4.0622 3.8589 3.8596 3.7861 3,8721 3,7921 3,7754 3,7632 37 u  0.70886 0.7859 0.7963 0.8017 0.8139 0.8153 0,8134 0,8156 0,8167 0,8178 38 v 1 m3kg 0.0742 0.081556 0,1245 0.1330 0.1678 0.2171 0.2845 0,2942 0,3741 0,3982 0,4019 39 v 2 m3kg 0.0750 0.0720 0.0982 0.14 0.1766 0.2285 0.3026 0,3468 0,3872 0,4054 0,4598 40  Kgm3 13.3868 8,0321 7.5188 5.9605 4.6067 3.5153 3,3826 3,0243 3,0023 2,9874 41 Ngea,a kW 61.1227 64,8219 65.7380 55.2677 45.2564 35.5991 33,756 30,531 28,706 27,912 42 hge,a kJkg 0.6612 0.77769 0.7111 0.6420 0.5257 0.4387 0,4341 0,4129 0,3982 0,3867 43 hi ” kJkg 162.4775 73,331 79.1038 77.2581 78.2893 81.9325 80,628 82,853 83,736 84,561 44 fs Cm2 0.0009428 0.0009428 0.0009428 0.0007542 0.0007542 0.000754 0.0007542 0.0007542 0.0007542 0.0007542 0.0007542 45 G kebocoran Kgs 0,580 0.8881 0.6139 0.3877 0.2806 0,2753 0,2657 0,2563 0,2430 46 H kebocoran kJkg 0.810 0.7599 0.5509 0.3525 0.2833 0,2548 0,2310 0,2298 0,2083 47 hi ’ kJkg 162.4775 71.0883 78.3440 76.7072 77.9367 81.6492 83,872 85,7617 87,0365 88,0948 48 h kebasahan kJkg 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,30645 0,30645 49 hi kJkg 230.2740 73,331 74.3390 72.6450 74.1000 77.7965 76,8732 73,5561 74,0034 72,6934 50 ugian h ker  kJkg 67.7965 22,0034 20.8615 19.4550 18.0222 18.5103 18,1349 17,9451 17,3286 16,2482 51 tk i,  100.00 76,89 78.087 78.876 80.456 80.778 79,051 78,43 80,755 80,436 52 Daya tingkat,Ni, tk kW 19304,15 6654,2 6272.223 6153.58 6078.83 5912.099 5732,54 5665,21 5554,85 5032,1 Universitas Sumatera Utara

3.5.4 Pengujian Hasil Perhitungan Kalor Keseluruhan

Dari tabel 3.4 diatas diperoleh total penurunan kalor yang dimanfaatkan untuk melakukan kerja mekanis kg kJ hi 47 , 884   dan total daya tingkat turbin kW N i 69 , 72359   , dengan efisiensi-dalam relatif turbin : 838 , 3 , 1049 47 , 884     th hi oith H  Perbedaan antara besarnya daya yang dihitung pada terminal generator dengan total daya tingkat turbin adalah = 73,69 MW – 72,35969 MW = 1,33 MW. Dengan demikian kesalahannya adalah 1,8 2, jadi desain diatas dianggap sudah tepat untuk turbin yang bekerja dengan parameter yang sudah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PERHITUNGAN UKURAN UTAMA TURBIN UAP PLTU

4.1 Nosel dan Sudu Gerak

Nosel merupakan suatu laluan yang penampangnya bervariasi dimana energi potensial uap dikonversikan menjadi energi kinetik berupa pancaran uap ke sudu gerak turbin. Dari penyelidikan-penyelidikan secara teoritis dan percobaan, ternyata bahwa uap yang mengalir melalui bagian nosel dengan penampang konvergen sewaktu berekspansi didalamnya hanya mencapai nilai minimum tertentu yang disebut tekanan kritis p kr yang sama dengan 0,577 p untuk uap jenuh dan 0,546 p untuk uap panas lanjut. Kecepatan uap pada tekanan ini disebut kecepatan kritis. Bila tekanan sesudah nosel lebih besar dari tekanan kritis p 1 p kr , maka ekspansi uap yang terjadi hanya sampai tekanan p 1 , dalam hal ini digunakan nosel konvergen, sedangkan untuk mendapatkan tekanan sisi keluar p 1 p kr dan kecepatan superkritis c 1 c kr digunakan nosel konvergen divergen. Untuk menentukan jenis nosel yang digunakan dalam perencanan ini, terlebih dahulu ditentukan harga - harga tekanan kritis p kr pada tiap tiap tingkat.

4.1.1 Tinggi Nosel dan Sudu Gerak

Kondisi uap pada tingkat pertama adalah uap panas lanjut, maka tekanan kritisnya: bar bar P P kr 6 , 46 5 , 85 546 , 546 ,      Universitas Sumatera Utara dimana tekanan sesudah nosel p 1 = 48 bar, karena p 1 lebih besar dari p kr , maka digunakan nosel konvergen. Penampang sisi keluar nosel [Menurut lit. 7, hal. 22] adalah : 2 1 1 1 m v c G f  Dimana : G = massa aliran uap = 83,44 kgs 1 = volume spesifik uap pada penampang sisi keluar = 0,0747 m3kg c 1 = kecepatan aktual uap pada penampang sisi keluar = 631,628 ms Maka : 2 2 1 47 , 92 009247 , 0747 , 628 , 631 44 , 83 cm m f     Tinggi nosel, disarankan diantara 10 mm - 20 mm, dan derajat pemasukan parsial, ε tidak kurang dari 0,2. Untuk turbin-turbin dengan kapasitas besar dan menengah dengan sudu-sudu yang relatif besar, nilai derajat pemasukan parsial dapat mencapai satu. Sehingga dengan membuat tinggi nosel ln sebesar 15 mm akan diperoleh nilai derajat pemasukan parsial 0,7778. Jumlah nosel yang dipakai, direncanakan zn = 50 buah, dimana nosel dipasang disekeliling cakram, sehingga besar luas penampang setiap nosel adalah : 2 1 1 849 , 1 50 47 , 92 cm z f f n    Lebar penampang sisi keluar nosel adalah : cm l f a 232 , 1 5 , 1 849 , 1 1    Universitas Sumatera Utara Tinggi sisi masuk sudu gerak baris yang pertama dibuat sebesar : mm l l n 17 2 15 2 1      Tinggi sisi keluar sudu gerak baris pertama, dari Menurut lit. 7, hal. 58 adalah : 2 2 1 1 sin . . . .     d v G l   Dimana :  1 v volume spesifik uap keluar sudu gerak baris pertama = 0,0747 m 3 kg Maka : mm m l 33 , 19 01933 , 589 , 19 sin 487 , 429 703 , 01911 , 1 0747 , 44 , 83 1          Tinggi nozel pada tingkat yang kedua Menurut lit. 7, hal. 56 adalah : 1 1 sin . . . .    c d v G l gb gb  m 02017 , 30 sin 6 , 305 703 , 01911 , 1 0831 , 44 , 83          mm l gb 17 , 20  Tinggi sisi masuk sudu gerak baris kedua : mm l l l gb 17 , 22 2 17 , 20 2 2 2      Tinggi sisi keluar sudu gerak baris kedua, dari Menurut lit. 7, hal. 58 adalah : 2 2 2 2 sin . . . .     d v G l  m l 0217 , 45 sin 008 , 185 7778 , 01911 , 1 0835 , 44 , 83 2         Universitas Sumatera Utara mm l 7 . 21 2  Berikut ini merupakan gambar penampang nozel, sudu gerak, dan sudu pengarah untuk tingkat pengturan : Gambar 4.1 ukuran nosel dan sudu gerak

4.1.2 Lebar dan jari –jari busur sudu

Dalam pengalaman bahwa untuk hasil –hasil yang baik diperoleh bila lebar sudu gerak 40 mm dan lebar sudu pengarah 30 mm, besar jari –jari busur dari profil sudu baris pertama dalam hitungan dengan persamaan: mm b R 443 , 21 589 , 19 cos 589 , 22 cos 40 cos cos 2 1 1          Jari-jari busur sudu pengarah : mm b R gb 22 496 , 30 cos 17 cos 40 cos cos 2 1          Jari-jari busur sudu gerak baris ke dua : mm b R 45 , 31 45 cos 624 , 55 cos 40 cos cos 2 1 1         

4.1.3 Jarak bagi antara sudu

Jarak antara masing masing sudu pada sudut gerak turbin dapat dihitung dengan persamaan : Universitas Sumatera Utara 1. jarak bagi sudu gerak baris pertama : mm R t 807 , 29 589 , 19 sin 589 , 22 sin 443 , 21 sin sin 2 1 1 1          2. jarak bagi sudu –sudu pengarah : mm R t gb gb 5 , 27 496 , 30 sin 17 sin 22 sin sin 2 1          3. jarak bagi sudu –sudu gerak baris kedua : mm R t 52 , 28 45 sin 624 , 55 sin 45 , 31 sin sin 2 1 1 2          Berikut ini merupakan gambar penampang profil sudu gerak dengan jarak bagi antara sudu : Gambar 4.2 Jarak bagi dari profil sudu gerak

4.1.4 Jumlah Sudu

Jumlah sudu pada tingkat pengaturan dihitung dengan persamaan : Universitas Sumatera Utara 1. Pada sudu gerak baris pertama : sudu t d Z s 107 807 , 29 11 , 1019 . 1 1 ,       Dimana : d = diameter sudu rata rata tingkat pertama = 1019,11 mm  1 t jarak bagi sudu baris pertama = 29,807 mm 2. pada sudu gerak baris kedua sudu t d Z s 116 5 , 27 11 , 1019 . 2 2 ,      

4.1.5 Nosel dan sudu gerak tingkat 2

Tinggi sisi keluar nosel tingkat kedua, dengan memperhitungkan adanya kebocoran melalui diafragma, ditentukan dengan persamaan : mm c d v G G l kebocoran n 87 , 32 9 , 14 sin 356 , 419 11969 , 1 10 1245 , 5665 , 44 , 83 sin . . 10 3 1 . 1 3 1                Dan tinggi keluar sudu : mm d v G l 56 , 32 89 , 20 sin 226 703 , 1597 , 1 10 1476 , 44 , 83 sin . . 10 3 2 2 3 2 2                 Untuk tingkat ke-3 sampai tingkat ke-10 dengan cara yang sama seperti diatas diperoleh ukuran utama nosel dan sudu gerak dan hasilnya ditabelkan pada tabel 4.1 berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 4. 1 Ukuran nosel dan sudut gerak No Parameter Satuan Tingkat ke- Tingkat Pengaturan Tingkat Impuls I II 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Go kgs 83,44 83,44 83,44 75,741 75,741 70,42 70,42 65,37 65,37 60,68 2 kebocoran G kgs 0,580 0.8881 0.6139 0.3877 0.2806 0,2753 0,2657 0,2563 0,2430 3 Po bar 90 44,13 27 19,007 19,007 7,9218 7,9218 2,7028 2,7028 0,1 4 kr P bar 46.6 15.070 9.828 6.006 3.713 2.075 1,984 1,632 1,437 1,094 5 P1’ bar 43 ,44 48 44,13 27 19,007 13,05 7,9218 4,6671 2,7028 1,657 0,1 6 D mm 1019.11 1119.69 1160.59 1174.31 1187.97 1195.20 1210,3 1241,50 1256,7 1276,2 7 v1 v1’ m 3 kg 0.0747 0.0831 0.0933 0.1330 0.1678 0.2171 0.2845 0,3043 0,345 0,3712 0,433 8 v2 v2 m 3 kg 0.0750 0.0720 0.0982 0.14 0.1766 0.2285 0.302 0,3165 0,3521 0,3842 0,4472 9 c1 c1’ ms 631.628 305.600 419,356 408.255 401.553 401.514 412.695 398,5 390,87 386,77 376,02 10 w2 w2’ ms 429.487 185,008 226 221.398 214.831 213.764 231.557 229,211 224,021 219,093 220,9 11 f1 cm 2 92,47 150,56 214.80 301.22 359.71 465.47 559.39 625,87 656,72 701,23 785,3 12 α1 α1’ derajat 17.0 30.0 14.9 14.9 14.9 14.9 17.0 17,23 17,65 17,85 17,43 13 In Igb mm 20,17 27,2 29.25 32.87 41.34 53.18 69.68 86,03 102,03 120,37 166,46 14 Jumlah nosel,z buah 50 65 50 50 50 50 55 55 55 50 50 15 Lebar nosel, a cm 1.232 1.917 1.701 1.833 1.740 1.751 1.460 1,501 1,391 1,447 1,789 16 1’ mm 17.00 22.17 27.25 34.87 43.34 55.18 71.68 88,03 104,03 122,37 168,46 17 1” mm 19.33 21,7 32.56 40.68 47,63 59.93 78,86 94,42 110,72 128,23 172,51 18 β1 β1’ Derajat 22.589 55.624 23,89 26.327 26.900 27.148 30.256 31,862 32,971 33,537 34,98 19 Β2 β2’ Derajat 19.589 45 21,892 23.327 23.900 24.148 27.256 28,982 29,753 31,753 32,098 20 Lebar sudut gerak, b mm 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 21 Jari- jari busur, R mm 21.443 22 31,45 32.022 32.098 32.452 33.389 34,326 34,595 35,064 36,643 22 Jarak bagi sudut, t mm 29.807 27,5 28.545 26.340 26.340 26.417 22.585 25,634 26,763 28,982 29,032 23 Jumlah sudut gerak buah 107 116 133 138 140 141 166 170 176 178 180 Universitas Sumatera Utara

4.2 Kekuatan sudu

Kekuatan sudu turbin cukup dihitung pada bagian-bagian yang terlemah, dan bila pada bagian ini ternyata sudah aman, maka bagian yang lain akan lebih aman. Besarnya tegangan tarik akibat gaya sentrifugal dengan nilai terbesar yaitu pada sudu gerak tingkat takhir tingkat ke-10, yang dapat dihiung dengan persamaan dari lit. 7, hal. 288: 900 2 10 2 2 cm kg r t A A r l g n s s s as                Dimana : n = putaran roda turbin as  = massa jenis bahan Alloy Stell = 0,28 lbin 3 = 0,00785 kgcm 3 10 l = tinggi rata rata sudu gerak tingkat ke 10 = 168,46 cm r = jari jari rata rata sumbu sudu = 127,6 2 = 63,3 cm r s = jari jari rata rata plat penguat sudu = r + 0,5 x l 10 + 0,5 x s ; s = tebal selubung = 0,3 cm 63,3 + 0,5 x 168,46 + 0,5 x 0,3 = 147,68 cm t s = panjang setiap bilah selubung = cm z r s 23 , 9 50 68 , 147 2 . 2 10       A = luas penampang sudu paling lemah, pada akar sudu = 14,37 cm 2 A s = luas plat penguat sudu = 1,884 cm 2 Maka : Universitas Sumatera Utara 2 2 2 68 , 147 23 , 9 37 , 14 884 , 1 3 , 63 46 , 168 981 900 00785 , 3000 cm kg                2 2 28 , 73 321 , 7328 mm kg cm kg   Tegangan tarik akibat gaya sentrifugal yang diizinkan untuk bahan Alloy steel S50C Lampiran IV adalah sebesar 75 kgmm 2 , jadi pemilihan bahan di atas sudah aman.

4.3 Getaran Sudu

Getaran yang terjadi pada turbin adalah karena ketidak teraturan aliran uap yang keluar nosel dan sudu pengarah. Frekuensi dinamis fd dari getaran yang terjadi [Menurut lit. 7, hal. 298] dapat dihitung dengan persamaan : . 2 2 rps n B f f st d   Dimana :fst = frekuensi statik getaran alami rakitan sudu = 160 rps B = koefisien yang memperhitungkan pengaruh putaran yang dihitung dengan : 1082 , 85 , 1 , 11725 2 , 1276 8 , 85 , 8 , 2         B I D B rata rata n = putaran turbin = 3000 rpm = 50 rps Maka :   rps f d 843 , 160 50 1082 , 160 2 2    Nilai dari fd mempunyai batasan : Fd ≤ 7n, maka : rps rps f d 350 843 , 160 50 7    maka perancangan turbin aman dari getaran

4.4 Pembahasan Perhitungan Ukuran Cakram

Universitas Sumatera Utara Jenis cakram yang dipilih adalah jenis cakram konis karena sesuai untuk tingkat dengan diameter besar dalam hal distribusi tegangan yang lebih merata pada kelepak. Tegangan radial akibat sesuaian paksa pada poros, σ r0 = -100 kgcm 2 Menurut lit. 7, hal. 307. Tegangan radial pada jari-jari r 2 akibat gaya sentrifugal sudu-sudu dan pelek rim adalah σ r2 = 2220,829 kgcm 2 r = jari-jari dalam cakram 250 500 5 , 5 ,     p d r 2 = jari-jari luar cakram = mm d 1 , 638 2  r 1 = jari jari hub mm r 05 , 319 2 2   y 1 = tebal kaki cakram = 70 mm ditetapkan y = tebal cakram bagian atas = 20 mm ditetapkan y = tebal hub = 2.y 1 140 mm ditetapkan Gambar berikut ini akan menunjukkan parameter-parameter yang ada pada cakram konis. Gambar 4.3 Penampang cakram kronis lit. 7 hal.311 Jari-jari konis sempurna R pada gambar 4.4 dihitung dari persamaan Sumber : lit. 7 hal. 312 : y y y r y r R    1 1 1 2 Universitas Sumatera Utara 20 70 05 . 319 70 . 1 , 638    cm mm 672 , 75 72 , 756   Tegangan lentur pada bagian cakram yang tipis pada jari-jari R = 75,672 cm dihitung dengan persamaan Sumber : lit 7, hal. 312 : 2 2 cm kg U g as u    Dimana : U = kecepatan keliling pada jari-jari 30 3000 . 672 , 75 . 30 . .     n R R s cm 008 , 23761   as  massa jenis bahan alloy stell = 0,00785 kgcm 3 Maka :   83 , 4517 981 008 , 23761 00785 , 2 2 cm kg u    Tegangan pada bagian dalam cakram pada jari-jari r 1 dihitung dari : Dimana : 2 2 1 cm kg U g as u    Sumber : lit. 7, hal. 312 Dimana: s cm n r U 17 , 10018 30 3000 . 905 , 31 . 30 . . 1 1      Maka : 981 17 , 10018 00785 , 2   u  2 11 , 803 cm kg u   Untuk menghitung tegangan-tegangan pada bagian utama cakram konis, dihitung melalui persamaan-persamaan Menurut lit. 7, hal. 312 : a. Tegangan radial pada jari-jari r 2 ...1 . . . 2 2 1 2 cm kg p B p A p u r      b. Tegangan radial dan tangensial pada kelepak collar jari-jari r1 . . . 2 2 1 1 cm kg p B p A p u r      ... 2 Universitas Sumatera Utara . . . 2 2 1 1 cm kg q B q A p u t      ...3 Dimana : A dan B adalah konstanta integrasi yang diperoleh dari kondisi batas, sedangkan p dan q adalah koefisien yang tergantung pada perbandingan rR = x. Tegangan-tegangan pada bagian utama hub Menurut lit. 7, hal. 312-313 adalah : a. Pada jari-jari r hub = r1 . . . 1 2 1 2 1 1 cm kg v y y r thub t       ..4 Dimana : v = koefisien pemampatan melintang = 0,3. b. Pada permukaan melingkar cakram pada jari-jari r 10 . 2 1 1 1 cm kg l y y I I t r u r         .. 5 Dimana : koefisien p , p 1 , p 2 , q , q 1 dan q 2 diperoleh dari kurva–kurva yang diberikan pada gambar 4.4 berikut ini : Gambar 4.4 Berbagai Koefisien untuk Cakram Konis Universitas Sumatera Utara Koefisien-koefisien untuk persamaan 4-16 diperoleh dari : 843 , 672 , 75 81 , 63 2    R r x Maka dari gambar 5.5 diperoleh : p = 0,07 ; p 1 = 6,5 ; p 2 = -0,25. Koefisien untuk persamaan 4-17 dan 4-18 : 421 , 672 , 75 905 , 31 1    R r x Diperoleh : p = 0,165 ; p 1 = 2,3 ; p 2 = -2,85 ; q = 0,173 ; q 1 = 1,93 ; q 2 = 6,35. Koefisien - koefisien 1 ,1 1 , 1 2 dihitung dari r r hub = 250319,05 = 0,7835 dan r hub r = 319,05250 = 1,2762, sehingga :   2 2 2125 , 7875 , 8 3 , 3 r r r r l hub hub      2143 , 2762 , 1 2125 , 7835 , 7875 , 8 3 , 3 2 2     l   2 2 1 1 5 , r r r r l hub hub     3142 , 1 2762 , 1 7835 , 1 5 , 2 2 1    l   2 2 2 1 5 , r r r r l hub hub      3144 , 2762 , 1 7835 , 1 5 , 2 2 2      l Dengan mensubstitusikan koefisien – koefisien dan nilai numerik y1, yo dan y ke persamaan 1, 2, 3, 4 dan 5 dengan bilangan yang belum diketahui pada sisi kiri diperoleh :  25 , 5 , 6 . 07 , . 83 , 4517 829 , 2220     B A 549 , 1904 25 , 5 , 6   B A ..6  85 , 2 3 , 2 . 165 , . 83 , 4517 1     B A r  Universitas Sumatera Utara 441 , 745 85 , 2 3 , 2 1     r B A  ..7  35 , 6 93 , 1 . 173 , . 83 , 4517 1 B A t     58 , 781 35 , 6 93 , 1 1     t B A  ..8  1 1 . 3 , 140 70 1 r hub t       15 , 1 1    t r hub    ..9  1 1 3144 , . 140 70 . 3142 , 1 11 , 803 . 2143 , 100 t r        106 , 272 3144 , 6571 , 1 1    t r   106 , 272 6571 , 3144 , 1 1   r t   ..10 Persamaan diatas diselesaikan dengan jalan menghilangkan bilangan yang tidak diketahui secara berurutan. Dengan membagi persamaan 10 dengan 0,3144 dan mengurangkannya ke persamaan 9 diperoleh : 477 , 865 09 , 2 1 1    t r   ..11 Persamaan 8 dikurangkan dengan persamaan 11 diperoleh : 897 , 83 09 , 2 35 , 6 93 , 1 1    r B A  ..12 Dengan membagi persamaan 12 dengan 2,09 dan mengurangkannya dari persamaan 7 diperoleh : 441 , 705 882 , 5 377 , 1    B A ..13 A dan B dapat dihitung dari persamaan 6 dan 13 : 549 , 904 1 25 , 5 , 6   B A 441 , 705 882 , 5 377 , 1    B A Universitas Sumatera Utara Diperoleh: A = 285,69 kgcm 2 B = 190,24 kgcm 2 Maka tegangan – tegangan σr1, σt1, σthub dan σrhub menjadi : 85 , 2 24 , 190 3 , 2 69 , 285 165 , 83 , 4517 1       r  2 969 , 860 cm kg  35 , 6 24 , 190 93 , 1 69 , 285 173 , 83 , 4517 1      t  2 004 , 2541 cm kg  969 , 860 3 , 004 , 2541    hub t  2 713 , 2282 cm kg  2 1 1 67 , 602 969 , 860 100 70 . cm kg y y r rhub       Hasil hasil smua perhitungan tegangan radial dan tangensial pada cakram konis diatas ditunjukan pada tabel 5.2 berikut ini : Tabel 4.2 Tegangan-tegangan pada cakram konis dengan A= 285,69 kgcm 2 , B = 190,24 kgcm 2 , σ u = 4517,83 kgcm 2 1. Tegangan-tegangan radial Koefisien Koefisien jari-jari r, cm 25,0 31,905 63,81 x = rR 0,3303 0,4216 0,8437 p 0,185 0,165 0,07 p 1 1,9 2,3 6,5 p 2 -6,3 -2,85 -0,25 Universitas Sumatera Utara σ u p 835,79 745,441 316,2481 A p 1 542,811 657,087 1856,98 B p 2 -1198,827 -542,32 -47,5725 σ r , kgcm 2 -100 860,969 2220,8292 Koefisien Koefisien jari-jari r, cm 25,0 31,905 63,81 x = rR 0,3303 0,4216 0,8437 q 0,175 0,173 0,122 q 1 1,75 1,93 4 q 2 10,5 6,35 2,5 σ u q 727,62 781,58 551,17 A q 1 499,95 551,38 1142,76 B q 2 1998,045 1208,34 475,6 σ t , kgcm 2 2598,07 2541,004 2267,5333 Tegangan-tegangan pada hub Menurut lit. 7, hal. 306-307 dapat diperoleh dengan persamaan : thub rhub u r I I I     . . . 2 1    969 , 860 . 67 , 602 . 11 , 803 . 2 1 I I I r     thub rhub u t k k k     . . . 2 1    969 , 860 . 67 , 602 . 11 , 803 . 2 1 k k k t     Dimana : Koefisien - koefisien k, k 1 , dan k 2 dihitung dari persamaan berikut ini : Universitas Sumatera Utara   2 2 2125 , 575 , 7875 , 8 3 , 3 r r r r k hub hub      2 2 1 5 , r r r r k hub hub      2 2 1 5 , r r r r k hub hub   Dengan menghitung konstanta pada r tertentu, dapat dicari tegangan- tegangan tangensial dan radial pada titik tersebut, dan hasilnya dapat ditabelkan berikut ini : Tabel 4.3.Tegangan-tegangan pada hub dengan 2 , 2 , 2 969 , 860 , 67 , 602 , 11 , 803 cm kg cm kg cm kg hub t hub r u       1. Tegangan-tegangan radial Koefisien Koefisien jari-jari r, cm 25,0 28,05 31,905 rr hub 0,783 0,879 1 l 0,2143 0,14 l 1 o 1,3142 1,1789 1 l 2 o -0,3144 -0,1789 l σ u ’ 172,106 112,43 0 l 1 o σ rhub 792,02 710,53 602,67 l 2 o σ thub -717,68 -408,83 0 σ r , kgcm 2 -100 220,65 250,19 2. Tegangan-tegangan tangensial Koefisien Koefisien jari-jari r, cm 25,0 28,05 31,905 Universitas Sumatera Utara rr hub 0,783 0,879 1 k 0,0323 0,03113 k 1 -0,4742 -0,2567 0 k 2 1,4742 1,1789 1 k σ u ’ 31,034 29,91 k 1 σ rhub -255,827 -138,487 0 k 2 σ thub 3631,537 2904,096 2463,395 σ t , kgcm 2 3406,744 2795,519 2463,395 Jenis baja yang digunakan untuk konstruksi cakram turbin tergantung pada besarnya tegangan yang dialami dan kondisi operasi dimana tegangan–tegangan yang diizinkan untuk masing–masing hal ditentukan dengan memperhatikan sifat– sifat fisis baja maupun temperatur operasi cakram yang direncanakan. Umumnya tegangan-tegangan yang diizinkan tidak pernah lebih dari 0,4 kali tegangan tarik pada temperatur yang dimaksudkan. Dari hasil perhitungan tegangan-tegangan pada bagian-bagian yang penting untuk cakram yang direncanakan, jenis baja yang dipakai adalah bahan Alloy steel S55C-D Lampiran IV dengan tegangan tarik = 75 kgmm 2 = 7383,966 kgcm 2 = 73,83966 kgmm 2 . Sehingga tegangan yang diizinkan adalah : 2 1 max 586 , 2953 004 , 2541 966 , 7383 . 4 , cm kg t      Maka desain cakram ini sudah memenuhi.

4.5 Perhitungan Ukuran Poros

Universitas Sumatera Utara Pada perancangan ini poros mempunyai fungsi sebagai penghubung yang memindahkan daya dan putaran turbin serta tempat pemasangan cakram dan sudu, sehingga beban yang akan dialami poros ini adalah : 1. Beban lentur yang berasal dari berat sudu-sudu dan cakram. 2. Beban puntir yang berasal dari cakram Untuk poros putaran sedang dan beban berat, maka pada perancangan ini digunakan bahan Alloy steels S55C Lampiran IV dengan tegangan tarik = 98 kgmm 2 . Sehingga tegangan geser yang diizinkan untuk bahan poros ini [Menurut lit. 8, hal. 8] dapat dihitung berdasarkan persamaan : 2 1 Sf Sf b a     Dimana 2 Sf =faktor keamanan karena berat poros, untuk baja paduan = 6 2 Sf =faktor keamanan karena adanya pasak, untuk poros bertingkat dengan konsentrasi tegangan 1,3 ÷3,0, diambil = 2,2 maka : 2 2 459 , 7 2 , 2 6 98 mm kg mm kg a     Daya nominal N yang ditransmisikan pada perancangan ini = 73,69 MW pada putaran n = 3000 rpm. Maka besarnya momen torsi poros Mt Menurut lit. 5, hal. 7 dapat dihitung dengan persamaan : n N M t 5 10 . 74 , 9  Universitas Sumatera Utara 3000 690 . 73 10 . 74 , 9 5  t M mm kg M t . 10 96 , 295 5   Diameter poros dp [Menurut lit. 8, hal. 8] dapat dihitung dengan persamaan :   3 1 . . . 1 , 5 a t b t p M c K d   Dimana : Kt = faktor pembebanan 1,5 ÷ 3,0, maka untuk beban kejutan dan ÷ tumbukan yang besar diambil = 2,5 cb = faktor pembebanan lentur 1,2 ÷ 2,3, maka diambil = 2,2 Maka : 3 1 5 459 , 7 10 . 96 , 295 . 2 , 2 . 5 , 2 . 1 , 5      p d mm d p 012 , 281  Dari standarisasi poros [Lit.8, hal.9], maka dipilih diameter poros yang dipakai pada perancangan ini d p sebesar 300 mm. Berat poros akibat masa poros pada diameter 30 cm lit. 7 hal. 315 : kg l d W p 12 , 1220 220 4 00785 , 30 14 , 3 . 4 2 1 2 1         Maka berat poros = 1120,12 kg

4.6 Perhitungan berat cakram

Putaran kritis adalah putaran permenit yang secara numerik berimpit dengan frekuensi alami getaran getaran poros. Secara teoritis putaran kritis Universitas Sumatera Utara menyebabkan lendutan poros cenderung untuk memperbesar sampai ke takhingga. Jadi pengoperasian pada putaran kritis haruslah dihindari, untuk menghitung putaran kritis harus menghitung terlebih dahulu pembebanan yang terjadi pada poros. Pembebanan yang dimaksud adalah pembebanan statis yang disebabkan berat cakram dan berat poros itu sendiri. Berat cakram pada tingkat terakhir ke-10 dapat dihitung melalui persamaan berikut ini Sumber : lit, 5 hal. 364:                    2 . . . 1 2 1 2 2 2 2 1 y y r r y r r W as ck                      2 7 2 8 , 36 81 , 63 14 . 30 09 , 31 . . 00785 , 2 2 2 2  ck W kg W ck 4 , 324  Untuk berat cakram dari tingkat pengaturan sampai tingkat ke-10 dihitung dengan cara yang sama dan hasilnya ditabelkan pada tabel 5.4 berikut ini. Tabel 4.4 ukuran dan masa cakra N o hal Tingkat ke- Tingkat Tingkat impulus neka tingkat I II 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Universitas Sumatera Utara 1 d cm 101.911 111.96 116.05 117.43 118.79 119.52 121.03 124,15 125,67 127,62 2 r2 cm 50.955 50.955 55.98 58.029 58.715 59.398 59.760 60,572 61,473 62,057 63,81 3 r1 cm 25.477 25.477 27.99 29.014 29.354 29.698 29.880 31,544 32.867 34,042 36,8 4 ro cm 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 5 y1 cm 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 6 yo cm 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 7 y cm 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 8 Wcr kg 141.18 167,73 190,23 206,75 225,86 253,43 285,34 297,04 302,32 324,4

4.7 Bantalan dan Pelumasan

Bantalan merupakan bagian utama dari elemen mesin sehingga dalam pemilihannya harus dipertimbangkan peranannya. Bantalan yang dipakai pada rancangan ini adalah bantalan luncur, karena beban yang dialami cukup besar dan putaran yang tinggi. Gambar 5.6 berikut ini menunjukkan gambar bantalan luncur yang didesain. Gambar 4.6 Bantalan Luncur Universitas Sumatera Utara Pendesainan bantalan ini dilaksanakan menurut metode yang disarankan oleh M.I. Yanovsky untuk bantalan luncur 1800. Jenis bantalan yang digunakan adalah bantalan radial journal bearing. Untuk bantalan radial, dalam hal ini menerima beban dalam arah tegak lurus dengan poros dan gaya radial dari poros ditentukan dengan persamaan Sumber : lit 7. Hal 317 :   kg e y m F r 2    Dengan y = lendutan e = jarak pusat massa poros dengan sumbu geometri poros dan ditetapkan y + e = 5 x 10 -4 m = massa beban = massa poros + massa cakram = 2393,4 + 1120,12 = 3513,52 kg  = kecepatan sudut putaran poros = 60 3000 2   = 314,159 rpm Sehingga besar gaya radial adalah : 81 , 9 159 , 314 10 . 5 52 , 3513 2 4   r F kg F r 08 3 , 17674  Tabel 4.5. Ruang bebas yang diperlukan untuk bantalan luncur Universitas Sumatera Utara Sumber : Lit.7, hal.277 Ruang bebas a dipilih sesuai dengan diameter poros dari Tabel 5.6 diatas. Dengan ekstrapolasi didapat harga a untuk diameter 300 mm yang dipilih untuk bantalan dengan lapisan logam putih. a = 0,62 mm dan nilai dl Menurut lit. 7, hal. 278-279 diambil = 1,2 maka : l = ld x d = 11,2 x 300 = 250 mm Dimana : l = panjang permukaan bantalan = 250 mm Gambar 4.6 Kedudukan poros pada bantalan pada berbagai kecepatan Universitas Sumatera Utara Koefisien kriteria beban bantalan [Menurut lit. 7, hal. 278] diperoleh dengan persamaan :     . . 2 u l d a F r v  Dimana : F r = beban bantalan = 17674,308 kg l = panjang permukaan bantalan = 25 cm u = kecepatan keliling permukaan poros = det 4710 60 . . cm n d   = viskositas rata-rata minyak pelumas jenis TZOUT GOST 32-53 = 2 6 det . 10 3 , cm kg   maka :   63 , 21 10 3 , 4710 25 30 62 , 308 , 17674 6 2       v  lit.7, hal 278 Besar harga koefisien x diperoleh dari gambar 5.8 berikut ini. Dan untuk bantalan luncur θ = 180 dan harga ε = dl = 1,2 diperoleh x = 0,962. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.7 Grafik kriteria beban koefisien φv Lit 7 hal. 278 Sedangkan koefisien gesek f untuk bantalan dapat dihitung dengan menggunakan data-data pada gambar 5.11 berikut ini. Dan untuk bantalan luncur θ = 180 dan harga ε = 1,2 dan x = 0,962, diperoleh φs = 15,16. Gambar 4.8 Grafik untuk Menentukan φs Lit. 7 hal. 279 Maka, dari lit. 7, hal. 279, didapat nilai koefisien gesek f : Universitas Sumatera Utara v s d a f   . .  001490 , 63 , 21 300 16 , 15 62 ,     f Dan besarnya kerja untuk melawan gesekan, yaitu : 100 . . u F f A r   det . 365 , 1240 100 4710 308 , 17674 001490 , m kg A      Sehingga ekivalensi kalor kerja ini adalah : det 4 , 12 427 365 , 1240 427 kal k A Q      Dengan mengabaikan kerugian akibat radiasi, maka jumlah minyak yang dibutuhkan untuk menyerap kalor yang timbul akibat gesekan pada bantalan akan sebesar adalah :   1 2 . . t t C Q q pl x     Dimana :  pl  massa jenis pelumas = 0,92 kgltr = 920 kgm 3  C kapasitas termal rata-rata minyak pelumas = 0,45 kkalkg C  1 t temperatur minyak pada sisi masuk, diandaikan 35 ÷ 45 C, untuk perancangan ini diambil = 40 C.  2 t temperatur minyak pada sisi keluar = t 1 + 10 ÷ 15 C ; t2 = 52 C   s ltr q 4 , 1 40 52 . 45 , . 92 , 4 , 12     = 0,0014 m 3 s Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari perhitungan-perhitungan yang dilakukan, maka dapatlah dibuat beberapa kesimpulan dalam perancangan turbin uap penggerak generator listrik dengan daya 65 MW pada sebuah instalasi PLTU, antara lain :

5.1.1 Spesifikasi turbin uap untuk PLTU

1. Tekanan masuk uap turbin = 90 bar 2. Temperatur uap masuk turbin = 500 C 3. Tekanan uap keluar turbin = 0,1 bar Universitas Sumatera Utara 4. Total daya netto turbin = 73,69MW 5. Laju aliran massa uap = 83,44 kgs 6. Jumlah ekstraksi = 4 ekstraksi Daya yang dihasilkan dari setiap ekstraksi adalah:  Dari masuk turbin hingga ekstraksi pertama sebesar : 19625,088 kW  Dari masuk turbin hingga ekstraksi ke dua sebesar : 16569,8 kW  Dari masuk turbin hingga ekstraksi ke ketiga sebesar : 14469,83 kW  Dari masuk turbin hingga ekstraksi ke ke empat sebesar : 10674,936 kW  Dari masuk turbin hingga ekstraksi ke ke kondensor sebesar : 12715,3 kW  Total daya adalah 74054,96 kW atau 74,05496 MW 7. Daya siklus adalah : 71,898 MW 8. Tingkat turbin = 10 tingkat Daya yang dihasilkan dari setiap tingkat adalah: - Tingkat pengaturan : 19304,15 kW - Tingkat ke-6 : 5912,009 kW - Tingkat ke-2 : 6654,2 kW - Tingkat ke-7 : 5732,54 kW - Tingkat ke-3 : 6272,223 kW - Tingkat ke-8 : 5665,21 kW - Tingkat ke-4 : 6153,58 kW - Tingkat ke-9 : 5554,85 kW - Tingkat ke-5 : 6078,83 kW - Tingkat ke-10 : 5032,7 kW Total daya yang dihasilkan 10 tingkat adalah : 72359,69 kw = 72,35969 kW 9. Daya keluaran generator = 65 MW Universitas Sumatera Utara

5.1.2 Dimensi bagian utama turbin uap untuk PLTU 1. Poros

a. Diameter = 300 mm b. Bahan = S55C-D

2. Nosel

Adapun jenis nosel yang dipakai pada turbin uap ini mulai dari tingkat pengaturan sampai tingkat ke-10 adalah jenis nosel konvergen, dengan dimensi hasil perhitungan sebagai berikut : 1.Jumlah Nosel : - Tingkat pengaturan : - Tingkat ke-5 : 50 buah Tingkat I : 50 buah - Tingkat ke-6 : 55 buah Tingkat II : 65 buah - Tingkat ke-7 : 55 buah - Tingkat ke-2 : 50 buah - Tingkat ke-8 : 55 buah - Tingkat ke-3 : 50 buah - Tingkat ke-9 : 50 buah - Tingkat ke-4 : 50 buah - Tingkat ke-10 : 50 buah 2. Tinggi Nosel : - Tingkat pengaturan : - Tingkat ke-5 : 53,18 mm Tingkat I : 20,17 mm - Tingkat ke-6 : 69,68 mm Universitas Sumatera Utara Tingkat II : 27,2 mm - Tingkat ke-7 : 86,03 mm - Tingkat ke-2 : 29,5 mm - Tingkat ke-8 : 102,03 mm - Tingkat ke-3 : 32,87 mm - Tingkat ke-9 : 120,37 mm - Tingkat ke-4 : 41,34 mm - Tingkat ke-10 : 166,46 mm 3. Lebar Nosel : - Tingkat pengaturan : - Tingkat ke-5 : 17,51 mm Tingkat I : 12,32 mm - Tingkat ke-6 : 14,60 mm Tingkat II : 19,17 mm - Tingkat ke-7 : 15,01 mm - Tingkat ke-2 : 17,01 mm - Tingkat ke-8 : 13,91 mm - Tingkat ke-3 : 18,33 mm - Tingkat ke-9 : 14,47 mm - Tingkat ke-4 : 17,40 mm - Tingkat ke-10 : 17,89 mm 3 . Sudu Gerak Adapun dimensi dari sudu gerak pada perancangan Turbin uap ini adalah : 1. Jumlah Sudu Gerak : - Tingkat pengaturan : - Tingkat ke-5 : 141 buah Tingkat I : 107 buah - Tingkat ke-6 : 166 buah Tingkat II : 116 buah - Tingkat ke-7 : 170 buah - Tingkat ke-2 : 133buah - Tingkat ke-8 : 176 buah - Tingkat ke-3 : 138 buah - Tingkat ke-9 : 178 buah - Tingkat ke-4 : 140 buah - Tingkat ke-10 : 180 buah 2. Tinggi Sisi Masuk : - Tingkat pengaturan : - Tingkat ke-5 : 55,18 mm Universitas Sumatera Utara Tingkat I : 17,00 mm - Tingkat ke-6 : 71,68 mm Tingkat II : 22,17 mm - Tingkat ke-7 : 88,03 mm - Tingkat ke-2 : 27,25 mm - Tingkat ke-8 : 104,03 mm - Tingkat ke-3 : 34,87 mm - Tingkat ke-9 : 122,37 mm - Tingkat ke-4 : 43,34 mm - Tingkat ke-10 : 168,46 mm 3. Tinggi Sisi Keluar : - Tingkat pengaturan : - Tingkat ke-5 : 59,93 mm Tingkat I : 19,33mm - Tingkat ke-6 : 78,86 mm Tingkat II : 21,7 mm - Tingkat ke-7 : 94,42 mm - Tingkat ke-2 : 32,87 mm - Tingkat ke-8 : 110,72 mm - Tingkat ke-3 : 40,68 mm - Tingkat ke-9 : 128,83 mm - Tingkat ke-4 : 47,63 mm - Tingkat ke-10 : 172,51 mm 4. Lebar sudu Adapun lebar dari pada sudu gerak mulai tingkat pengaturan sampai tingkat terakhir adalah 40 mm.

4. Cakra