HASIL PENELITIAN Perbedaan Celah Mikro Pasak Glass Prefabricated Fiber Reinforced Dan Pasak Pita Polyethylene Fiber Reinforced Dengan Menggunakan Sistem Adhesif Total- Etch (Penelitian In Vitro).

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan terhadap 20 buah sampel gigi premolar pertama mandibula yang dibagi kedalam dua kelompok dengan perlakuan yang berbeda yaitu 10 sampel untuk kelompok I yang dilakukan perawatan saluran akar dan pemasangan pasak glass fiber reinforced dengan sistem adhesif total-etch, dan 10 sampel untuk kelompok II yang dilakukan perawatan saluran akar dan pemasangan pasak pita polyethylene fiber reinforced dengan sistem ahesif total-etch. Uji celah mikro dilakukan terhadap sampel dengan melihat penetrasi zat warna methylene blue dengan menggunakan stereomikroskop dengan pembesaran 20 x. Hasil yang diperoleh berupa penetrasi zat warna methylene blue 2 ,melalui permukaan interface pasak, semen luting dan dentin yang dikategorikan dalam skor kebocoran 0- 4,dimana skor 0 untuk tidak ada penetrasi zat warna, skor 1 untuk penetrasi zat warna kurang dari 0,5 mm, skor 2 untuk penetrasi zat warna 0,5-1 mm, skor 3 untuk penetrasi zat warna 1-2 mm, dan skor 4 untuk penetrasi zat warna sampai 2 mm. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. SKOR CELAH MIKRO DENGAN PENETRASI ZAT WARNA PADA KEDUA KELOMPOK PERLAKUAN Kelompok Perlakuan Bagian Skor kebocoran 1 2 3 4 I Pasak glass fiber + sistem adhesif total -etch Coronal 1 2 4 2 1 Middle 2 2 6 - - Apical 9 1 - - - II Pasak pita polyethylene fiber + sistem adhesif total -etch Coronal 3 5 2 - - Middle 9 1 - - - Apical 10 - - - - Tabel 2 diatas menunjukkan hasil pengamatan terhadap celah mikro pada kelompok I dengan pemasangan pasak glass fiber dengan sistem adhesif total-etch pada bagian coronal diperoleh 1 sampel berskor 0, 2 sampel berskor 1, 4 sampel berskor 2, 2 sampel berskor 3, dan 1 sampel berskor 4, pada bagian middle diperoleh 2 sampel berskor 0, 2 sampel berskor 1, dan 6 sampel berskor 2, pada bagian apical diperoleh 9 sampel berskor 0 dan 1 sampel berskor 1. Pada kelompok II dengan pemasangan pasak pita polyethylene fiber dengan menggunakan sistem adhesif total - etch, pada bagian coronal diperoleh 3 sampel berskor 0, 5 sampel berskor 1, dan 2 sampel berskor 2, pada bagian middle diperoleh 9 sampel berskor 0 dan 1 sampel berskor 1, pada bagian apical diperoleh 10 sampel berskor 0. Universitas Sumatera Utara Kemudian dilakukan pengambilan foto dari setiap bagian pada masing – masing kelompok perlakuan sebanyak 2 sampel. Dua sampel untuk bagian coronal dari kelompok I dan II ditunjukkan pada gambar 35a dan 35b, dua sampel untuk bagian middle dari kelompok I dan II ditunjukkan pada gambar 36a dan 36b, dan dua sampel untuk bagian apical dari kelompok I dan II ditunjukkan pada gambar 37a dan 37b. Gambar 35a. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian coronal. A pada pasak glass prefabricated fiber reinforced terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar, sedangkan antara pasak glass prefabricated fiber GPF dengan semen luting LS tidak terdapat celah mikro, B.pasak pita polyethylene fiber reinforced terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar dan juga terdapat celah mikro diantara pasak polyethylene fiber reinforced PFR dengan semen luting LS. A A B B LS CM GP CM PFR LS GPF LS CM PFR LS CM Universitas Sumatera Utara Gambar 35b. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian coronal. A. pasak glass prefabricated fiber reinforced terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar, sedangkan antara pasak GPF dengan semen luting LS tidak terdapat ceah mikro. B. pasak pita polyethylene fiber reinforced terlihat adanya celah mikro CM hanya diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar, sedangkan antara pasak PFR dengan semen luting LS tidak terdapat celah mikro. Gambar 36a. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian middle. A. pasak glass prefabricated fiber reinforced, terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dentin saluran akar, sedangkan antar pasak GPF dengan semen luting tidak terdapat celah mikro CM. B. Pasak pita polyethylene fiber reinforced terlihat tidak adanya celah mikro B A B A CM LS GPF CM GPF LS CM PFR LS Universitas Sumatera Utara Gambar 36b. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian middle. A. pasak glass prefabricated fiber reinforced, terlihat adanya celah mikro CM diantara pasak GPF dengan semen luting LS dan semen luting LS dengan dentin saluran akar, B. pasak pita polyethylene fiber reinforced terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting LS dengan dinding saluran akar. Gambar 37a. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian apical. A. pasak glass prefabricated fiber reinforced, terlihat adanya celah mikro CM diantara semen luting dengan dentin saluran akar, sedangkan antara pasak GPF dengan semen luting LS tidak terlihat adanya celah mikro CM. B. pasak pita polyethylene fiber reinforced terlihat tidak ada celah mikro. Gambar 37b. Hasil foto stereomikroskop pembesaran 20 x bagian apical. A. pasak glass prefabricated fiber reinforced terlihat tidak ada celah mikro baik diantara pasak GPF dengan semen luting LS maupun antara semen luting LS dengan dentin saluran akar. B, pasak pita polyethylene fiber reinforced terlihat tidak adanya celah mikro. B A B A LS CM GPF SL GPF Universitas Sumatera Utara Hasil pengamatan celah mikro dengan stereomikroskop pembesaran 20x dianalisa dengan Kruskal-Wallis Test untuk melihat perbedaan diantara seluruh kelompok perlakuan terhadap celah mikro. Hasil uji statistik dengan Kruskal-Wallis Test dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 3. RASIO CROSS-SECTIONAL PADA DAERAH INFILTRASI ZAT WARNA Kelompok Bagian Gigi Coronal Middle Apical Mean Median SD Mean Median SD Mean Median SD I 2.0000 2.0000 1.15470 1.4000 2.0000 0.84327 0.1000 0.0000 0.31623 II 0.9000 1.0000 0.73786 0.1000 0.0000 0.31623 0.0000 0.0000 0.0000 Tabel 4. HASIL UJI STATISTIK KRUSKAL-WALLIS TEST Skor Celah Mikro Chi-square test Df Asymp.Sig 6.951 1 .008 menunjukkan perbedaan signifikan pada p= .05 Dari tabel diatas terlihat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan p 0,05 diantara kedua kelompok perlakuan terhadap celah mikro. Kemudian analisis statistik dilanjutkan dengan menggunakan Mann-Whitney Test untuk melihat perbedaan diantara bagian coronal kelompok I dengan bagian coronal kelompok II, bagian middle kelompok I dengan bagian middle kelompok II, dan Universitas Sumatera Utara bagian apical kelompok I dengan bagian apical kelompok II. Hasil uji statistik dengan Mann- Whitney Test dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. HASIL UJI STATISTIK DENGAN MANN – WHITNEY TEST Skor Celah Mikro Bagian Gigi Coronal Middle Apical I II I II I II Mann- Whitney U Wilcoxon W Z Asymp.sig. 2-tailed Exact Sig. 21-tailed Sig.  21.500 76.500 -2.242 .025 .029 12.000 67.000 -3.201 .001 0.03 45.000 100.000 -1.000 .317 .739 menunjukkan perbedaan signifikan pada p 0.083 Dari hasil uji statistik dengan Mann-Whitney Test diperoleh hasil bahwa pada bagian coronal antara kelompok I II terdapat perbedaan yang signifikan p 0, 083, pada bagian middle antara kelompok I II terdapat perbedaan yang signifikan p 0,083, dan pada bagian apical antara kelompok I II tidak terdapat perbedaan yang signifikan p 0,083 Universitas Sumatera Utara

BAB 6 PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Perbedaan Fracture Resistance Sistem Pasak Customized dari Bahan Polyethylene Fiber Reinforced dengan Menggunakan Bentuk Anyaman Pita Braided dan Locked-Sticthed Threads pada Restorasi Pasca Perawatan Endodonti

1 149 134

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator Pada Sistem Adhesif Untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced Terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 51 109

Pengaruh Sistem Pasak Customised Dari Pita Polyethylene Reinforced Fiber Dengan Dan Tanpa Preparasi Ferrule Pada Terhadap Ketahanan Fraktur Dan Pola Fraktur Secara In Vitro

1 80 80

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 4 109

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 2

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 6

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 20

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 4

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

1 1 20

Pengaruh Penambahan Self Cure Activator pada Sistem Adhesif untuk Pemasangan Pasak Customized Pita Polyethylene Fiber Reinforced terhadap Celah Mikro (Penelitian In Vitro)

0 0 14