PELUANG PEMANFAATAN LIMBAH REAKTOR BIOGAS (Bio-slurry) PADA BUDIDAYA TANAMAN CAISIM (Brassica juncea L.)

(1)

SKRIPSI

Oleh : Ahmad Fathoni

20110210057

Program Studi Agroteknologi

Kepada

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2016


(2)

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

INTISARI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Limbah Bio-slurry ... 5

B. Tanaman Caisin ... 11

C. Hipotesis ... ...12

III. TATA CARA PENELITIAN ... ...13

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... ...13

B. Penyiapan Bahan Bio-slurry ... ...13

C. Bahan dan Alat Penelitian ... 13

D. Metode Penelitian ... 13


(3)

A. Tinggi Tanaman ... 19

B. Jumlah Daun ... 22

C. Berat Segar Tanaman ... 24

D. Panjang Akar ... 25

E. Berat Segar Akar...27

F. Luas Daun (cm2) ... 29

G. Berat kering tanaman ... ...30

H. Berat kering akar ... 32

I. Berat Ekonomi ... 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... .35

A. KESIMPULAN ... 35

B. SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 36


(4)

(5)

The research was done in expeminental method, arranged in randomized, completly design consist of 5 treatments and 5 replikacion per each treatments.

The treatments are :

A = 10 ton/hectare of manure B = 5 ton/hectare of bio-slurry C = 7.5 ton/hectare of bio-slurry D = 10 ton/hectare of bio-slurry E = 12.5 ton/hectare of bio-slurry

The result showed that (1) bio-slurry was abble to substitute manure on Caisim cultivation,(2) Application of 12,5 ton/hectare gave the higher yield of Caisim


(6)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menentukan dosis yang sesuai dari bio - slurry pada pertumbuhan dan hasil Caisim (Brassica juncea L.)

Penelitian ini dilakukan dalam metode expeminental , dengan rancangan acak lengkap terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan pada setiap perlakuan.

Perlakuannya adalah :

A = 10 ton / hektar pupuk kandang

B = 5 ton / hektar bio - slurry C = 7,5 ton / hektar bio - slurry D = 10 ton / hektar bio - slurry

E = 12,5 ton / hektar bio - slurry

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ( 1 ) bio - slurry mampu menggantikan pupuk pada budidaya Caisim , ( 2 ) Penerapan 12,5 ton / ha memberikan hasil yang lebih tinggi dari Caisim


(7)

1

Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman sayuran yang tumbuh di iklim sub-tropis, namun mampu beradaptasi dengan baik pada iklim tropis. Caisim pada umumnya banyak ditanam di dataran tinggi, namun dapat pula di dataran rendah. Caisim tergolong tanaman yang toleran terhadap suhu tinggi (panas). Caisim merupakan komoditi yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia. Konsumen menggunakan daun Caisim baik sebagai bahan pokok maupun sebagai pelengkap masakan tradisional dan masakan cina. Kandungan yang terdapat pada Caisim adalah protein 6,3 %, karbohidrat 11,2 %, Vitamin A 84,9 %, Vitamin B 12,3 %, dan Vitamin C 59 %. Selain sebagai sayuran, daun Caisim berkhasiat untuk peluruh air seni, akarnya berkhasiat sebagai obat batuk, obat nyeri pada tenggorokan dan peluruh air susu, bijinya berkhasiat sebagai obat sakit kepala (Abas, 2015).

Tanaman Sawi merupakan salah satu tanaman sayur yang sudah populer di masyarakat dan termasuk komoditi yang digemari terutama varietas sawi hijau sehingga permintaan jenis sayur ini sangat besar. Menurut Direktorat Jenderal Pertanian (2014) produksi Caisim tahun 2009-2013 cenderung meningkat yaitu 562,838 ton; 583,770 ton; 580,969 ton; 594,911 ton; 600,949 ton. Selanjutnya Adiyoga (2009) menyebutkan bahwa estimasi pertumbuhan konsumsi sayuran 2003-2006 menunjukkan adanya peningkatan rerata konsumsi per kapita sayuran adalah 0,7% pertahun, sehingga pada tahun 2050 konsumsi perkapita sayuran diperkirakan akan mencapai 0,4963 kwintal/kapita. Berdasarkan proyeksi jumlah


(8)

penduduk Indonesia pada tahun 2050 sebesar 400 juta orang, maka akan dibutuhkan 198.520.000 kwintal sayur untuk memenuhi permintaan konsumsi. Berdasarkan tingginya angka produksi dan kebutuhan Caisim tersebut maka Caisim dapat diusahakan sebagai salah satu sumber pendapatan ekonomi masyarakat, disamping teknik budidaya yang mudah, masa panen yang singkat, serta mudah dijangkau oleh masyarakat untuk diusahakan merupakan salah satu daya tarik untuk mengusahakan Caisim. Daya tarik lainnya adalah harganya yang relatif stabil bagi semua kalangan konsumen. Daerah pusat penyebaran sawi antara lain Cipanas (Bogor), Lembang, Pengalengan, Malang dan Tosari. Terutama daerah yang mempunyai ketinggian di atas 1.000 meter di atas permukaan laut. Semenjak ditanam di Indonesia tanaman ini sangat poluler di masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari permintaan konsumen terhadap pasar, dengan harga yang relatif lebih murah, sehingga segala kalangan masyarakat dapat mengkonsumsinya. Caisim juga merupakan mata dagangan ekspor di berbagai negara, baik dikawasan Asia ataupun Eropa. Memperhatikan pasar yang begitu luas dan kesukaan masyarakat terhadap Caisim, memiliki peluang binis yang baik, sehingga apabila diusahakan dengan baik akan memberikan keuntungan yang besar (Sabki, 2014). Untuk mendapatkan produksi Caisim yang tinggi agar dapat memenuhi angka permintaan pasar tersebut, maka perlu memperhatikan pada teknik budidayanya. Penggunaan pupuk dalam salah satu teknik budidaya Caisim merupakan hal penting yang harus diperhatikan agar diperoleh kualitas Caisim yang baik dan produksi tinggi.

Bio-slurry maupun kompos bio-slurry sebagai pupuk organik mempunyai kandungan bahan organik yang cukup tinggi yang bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah. Menurut Yunnan Normal University (2010) Biogas bio-slurry atau


(9)

limbah biogas merupakan produk dari hasil pengolahan biogas berbahan kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerob) di dalam ruang tertutup, berujud cair cenderung padat, berwarna coklat terang atau hijau dan cenderung gelap, sedikit atau tidak mengeluarkan gelembung gas, tidak berbau dan tidak mengundang serangga. Apabila sudah memadat dan mengering, warnabio-slurry berubah menjadi coklat gelap, bertekstur lengket, liat dan tidak mengkilat, berbentuk tidak seragam dan berkemampuan mengikat air yang baik.

Mathur Riady (2006) dalam Adi (2014) dinyatakan bahwa produksi kotoran ternak untuk kompos bio-slurry per hari pada tahun 2006 di Indonesia sekitar 314.161,260 ton, dan campuran bahan biogas 737.590,316 ton. Sementara menurut Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia (2010) menyatakan kotoran ternak segar dari seluruh populasi ternak di Indonesia tahun 2009 sebanyak 88,715 ton/tahun, apabila diproses menjadi biogas (asumsi secara keseluruhan) akan menghasilkan biogas yang setara dengan minyak tanah sebanyak 4.331 juta liter/tahun dan menghasilkan pupuk organik kering sebanyak 34,6 juta ton/tahun. Tingginya angka limbah biogas yang dapat dijadikan pupuk organik tersebut merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pertumbuhan tanaman atau merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kekurangan kebutuhan pupuk kandang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil survei di daerah Pantai Baru, Pandansimo, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, di daerah tersebut masih terdapat banyak limbah biogas yang biasa disebut dengan bio-slurry dari kotoran sapi yang belum dimanfaatkan penduduk sekitar. Sejauh ini limbah di lokasi tersebut tidak dimanfaatkan (dibuang), menjadi


(10)

tumpukan limbah yang mengganggu kesehatan lingkungan. Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa pupuk bio-slurry dapat digunakan sebagai pupuk dasar yang dapat meningkatkan hasil produksi tanaman. Berdasarkan hal tersebut, maka dengan dilaksanakannya penelitian ini diharapkan pada jangka waktu kedepannya penelitian ini dapat menjadi referensi bagi masyarakat untuk memanfaatkan limbah produksi biogas di daerah tersebut sehingga bisa memberikan keuntungan berupa peningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

C. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh pupuk bio-slurry terhadap Pertumbuhan dan Hasil Caisim. 2. Mendapatkan perlakuan biogas bio-slurry yang terbaik bagi pertumbuhan dan hasil


(11)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah Bio-slurry

Mitranikasih (2010) menyatakan bahwa biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Menurut Yunnan Normal University (2010) bio-slurry atau limbah biogas merupakan produk dari hasil pengolahan biogas berbahan campuran kotoran ternak dan air melalui proses tanpa oksigen (anaerobik) di dalam ruang tertutup. Salah satu hasil proses fermentasi anaerob pada instalasi biogas adalah terbentuknya limbah cair yang disebut bio-slurry. Limbah biogas cair maupun padat dikelompokkan sebagai pupuk organik karena seluruh bahan penyusunnya berasal dari bahan organik yaitu kotoran ternak dan telah berfermentasi. Limbah dari sebuah instalasi biogas yang biasa kita sebut sebagai bio-slurry dapat kita manfaatkan sebagai pupuk organik. Bio-slurry mengandung nutrisi yang sangat penting untuk pertumbuhan tanaman. Nutrisi makro menurut Agus (2013) yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak seperti Nitrogen, Phospor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), dan Sulfur (S), serta nutrisi mikro yang hanya diperlukan dalam jumlah sedikit seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), dan Seng (Zn). Bio-slurry biogas mengandung bahan organik 68,59%, C-org 17,87%, N 1,47 %, P 0,52%, K 0,38%, dan C/N 9,09 % yang sangat diperlukan oleh tanaman. Ini menjadikan bio-slurry sangat baik untuk menyuburkan lahan dan meningkatkan produksi tanaman budidaya.


(12)

Bahan keluaran dari sisa proses pembuatan biogas dapat dijadikan pupuk organik walaupun bentuknya berupa lumpur (bio-slurry). Pemanfaatan lumpur keluaran biogas Bio-slurry ini dapat memberikan keuntungan yang hampir sama dengan penggunaan kompos. Sludge telah mengalami fermentasi anaerob sehingga langsung dapat digunakan untuk memupuk tanaman. Sludge yang berasal dari biogas sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai mineral yang dibutuhkan tanaman. Pupuk yang didapat dari limbah biogas (bio-slurry) dapat berupa cair maupun padat. Pembuatan pupuk dari bio-slurry biogas sangat mudah yaitu hanya dengan memisahkan antara padatan dan cairan dari bio-slurry biogas. Padatan bio-slurry kemudian dijemur dan atau di angin-anginkan hingga kering untuk mendapatkan pupuk padat. Sedangkan untuk menghasilkan pupuk cair, cairan bio-slurry dikontakan dengan udara menggunakan pompa udara seperti yang digunakan dalam aquarium selama 24 jam untuk menghilangkan gas dan menstabilkan cairan. Pupuk organik dari limbah biogas memiliki manfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur karakteristik tanah, dan meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah, meningkatkan aktivitas mikroba tanah, meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen), menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah (Sudrajat, 2014). Pada teknik aplikasinya, bio-slurry cair digunakan dengan menyiramkan ke pot/polybag atau tanah. Bio- slurry padat digunakan dengan cara disebar saat pengolahan tanah dan pertengahan musim tanam. Hal yang sama dapat dilakukan di kebun dengan menggunakan bio-slurry cair atau padat atau kombinasi keduanya (1) saat olah lahan, (2) dengan cara disiramkan per lubang bila menggunakan


(13)

mulsa atau (3) disiramkan di antara tanaman. Agus (2013) berpendapat Bio-slurry

kering memiliki tampilan lengket, liat, dan tidak mengkilat. Biasanya berwarna lebih gelap jika dibandingkan warna kotoran segar dan berukuran tidak seragam. Bio-slurry

kering memiliki kemampuan mengikat air yang baik dan memiliki kualitas lebih baik dari pupuk kandang. Penelitian Risnawaty (2015) memberikan informasi bahwa aplikasi 20 ton bio-slurry/hektar menghasil tanaman Caisim dengan tinggi yaitu 44,00 cm, jumlah daun 20,40 helai, indek luas daun 2,556 dan berat kering 799,80 gram. Selanjutnya penelitian menurut Uum Sumpena (2015) memberikan hasil bahwa dengan pemupukan dasar menggunakan pupuk kandang sebanyak 10 ton/hektar menghasilkan jumlah produksi Caisim sebanyak 1-2 ton.

Peran bahan organik menurut Yunnan Normal University (2010) terhadap sifat fisik tanah diantaranya merangsang granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air. Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga mempengaruhi serapan hara oleh tanaman. Dengan seluruh manfaat diatas maka pupuk organik dari limbah instalasi biogas sangat baik untuk digunakan menggantikan pupuk kimia. Kandungan unsur hara pupuk kotoran sapi hasil dari biogas (Bio-slurry) dan pupuk kandang kotoran sapi disajikan dalam tabel berikut :


(14)

Tabel 1. Kandungan Pupuk Bio-slurry

No. Jenis

Bio-slurry

Analisis Berbasis Basah Bahan Organik (%) C-org (%) N-Tot (%) C/N (%)

P2O5

(%) K2O (%) 1. Bio-slurry

Babi - 52,28 2,72 21,43 0,55 0,35 2. Bio-slurry

Sapi - 47,99 2,92 15,77 0,21 0,26

No. Jenis

Bio-slurry

Analisis Berbasis Kering Bahan Organik (%) C-org (%) N-Tot (%) C/N (%)

P2O5

(%) K2O (%)

1. Bio-slurry Babi 65,88 15,60 1,57 9,97 1,92 0,41

2. Bio-slurry Sapi 68,59 17,87 1,47 9,09 0,52 0,38

1.

Kompos

Bio-slurry

Sapi

54,50 14,43 1,60 10,20 1,19 0,27 Sumber : Biogas Rumah (2015)

Tabel 2. Kandungan Pupuk Kandang Kotoran Sapi

Kandungan Jumlah (%)

N 0,24

P 0,76

K 0,82

Ca 1,29

Mg 0,48

C/N 20-25

Mn 52,80

Fe 25,97

Cu 56,00

Zn 23,90

Sumber : Organikilo (2014)

Bio-slurry bermanfaat bagi keremahan tanah, menjaga nutrisi tidak mudah tercuci atau hilang dengan kandungan asam humatnya di dalam bio-slurry yang berkisar dari 10 – 20% (Anonymous, 2009 dalam Agus, 2013). Kajian yang sama dilakukan oleh


(15)

Profesor Satyawati Sharma (2012) dalam Agus (2013) dimana kandungan asam humat di dalam bio-slurry berkisar 8,81 – 21,61%.

Disamping cukup tingginya kandungan asam humat yang dimiliki, Agus (2013) bio-slurry memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan kotoran hewan atau pupuk kandang biasa, diantaranya : bermanfaat menyuburkan tanah pertanian dengan kemampuannnya menetralkan tanah yang asam dengan baik, menambah kadar humus untuk kesuburan tanah sebanyak 10-12% sehingga tanah lebih bernutrisi dan mampu menyimpan air, mendukung aktivitas perkembangan cacing dan mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman. Kandungan nutrisi bio-slurry terutama nitrogen (N) lebih baik jika dibandingkan dengan pupuk kandang/kompos atau kotoran segar. Kandungan nitrogen dalam bio-slurry lebih banyak dan lebih mudah diserap oleh tanaman. Disamping itu, bakteri yang terkandung dalam bio-slurry bersifat bebas bakteri pembawa penyakit bagi tanaman. Adanya proses fermentasi Kohe didalam reaktor biogas mampu membunuh organisme yang menyebabkan penyakit tanaman dan bersifat berlawanan dengan kohe segar (pupuk kandang)

Agus (2013) menyatakan bahwa bio-slurry yang digunakan dengan benar mampu memperbaiki kesuburan tanah dan meningkatkan produksi tanaman rata-rata sebesar 10-30% lebih tunggu dibandingkan dengan pupuk kandang biasa. Berikut merupakan beberapa ciri fisik bio-slurry yang terfermentasi anaerob sempurna dan memiliki kualitas baik untuk digunakan sebagai pupuk :

1. Tidak berbau seperti kotoran segarnya

2. Tidak atau sedikit mengeluarkan gelembung gas 3. Berwarna lebih gelap bila dibandingkan kotoran segar


(16)

4. Tidak menarik lalat atau serangga di udara terbuka

Bio-slurry sebagai pupuk organik telah banyak digunakan di areal pertanian di Indonesia untuk komoditi sayur-sayuran daun dan buah (tomat, cabai, labu siam, timun, dll), umbi (seperti wortel, kentang, dll), pohon buah-buahan (buah naga, mangga, kelengkeng, jeruk, pepaya, pisang, dll), tanaman pangan (padi, jagung, singkong, dll), dan tanaman lain (kopi, coklat, dan kelapa). Sementara penelitian di luar negri memperlihatkan pemakaian bio-slurry pada padi, gandum, dan jagung dapat meningkatkan produksi masing-masing sebesar 10%, 17%, dan 19%. Dengan pemakaian bio-slurry, produksi meningkat sebesar 21% pada kembang kol, 19% pada tomat, dan 70% pada buncis.

Berbagai hasil penelitian, menunjukan bahwa pengunaan limbah bio-slurry

dapat meningkatkan produksi tanaman Caisim, seperti diantaranya penelitian Risnawaty (2015) dengan hasil perlakuan terbaik yaitu perlakuan bio-slurry 20 ton/hektar dengan tinggi tanaman Caisim 44,00, indeks luas daun Caisim 2,556, jumlah daun Caisim 20,40, dan berat basah Caisim 799,80 gram. Selanjutnya penelitian Uum (2015) memberikan hasil bahwa pemupukan dasar pupuk kandang sebanyak 10 ton/hektar menghasilkan Caisim sebanyak 1-2 ton. Tingginya produksi pupuk bio-slurry dan kotoran sapi pada hasil penelitian tersebut, maka pada penelitian ini penulis akan meneliti bagaimana pengaruh pemberian pupuk bio-slurry sebagai pengganti pupuk dasar dengan berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman Caisim.


(17)

B. Tanaman Caisim

Caisim (Brassica juncea L.) merupakan tanaman semusim, berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat. Daun Caisim berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih. Daun Caisim ketika masak bersifat lunak, sedangkan yang mentah rasanya agak pedas. Pola pertumbuhan daun mirip tanaman kubis, daun yang muncul terlebih dahulu menutup daun yang tumbuh kemudian hingga membentuk krop bulat panjang yang berwarna putih. Susunan dan warna bunga seperti kubis (Hendro Sunarjono, 2004).

Pada dasarnya tanaman Caisim dapat tumbuh dan beradaptasi pada hampir semua jenis tanah, baik pada tanah mineral yang bertekstur ringan sampai pada tanah-tanah bertekstur liat berat dan juga pada tanah-tanah organic seperti gambut.Kemasaman (pH) tanah yang optimum 5-6,5. Sedangkan suhu optimum yang dianjurkan adalah 15-200C (Uum Sumpena, 2014).

Di Indonesia dikenal tiga jenis sawi yaitu: sawi putih atau sawi jabung, sawi hijau dan sawi huma. Sawi putih (B. Juncea L. Var. Rugosa Roxb. &Prain) memiliki batang pendek, tegap, dan daun lebar berwarna hijau tua,tangkai daun panjang dan bersayap melengkung ke bawah. Sawi hijau,memiliki ciri-ciri batang pendek, daun berwarna hijau keputih-putihan, serta rasanya agak pahit, sedangkan sawi huma memiliki ciri batang kecil-panjang dan langsing, daun panjang-sempit berwarna hijau keputih-putihan, serta tangkai daun panjang dan bersayap (Rukmana, 1994).

Varietas Caisim yang digunakan yaitu Tosakan. Pertumbuhan tanaman tegak, produktif, dan tidak cepat berbunga. Bentuk daun oval, agak bulat, tebal dan agak berserat. Warna daun hijau, sedangkan tangkai daun hijau muda. Tanaman bisa dipanen


(18)

pada umur 30 - 35 HST, dengan potensi produksi 20 - 25 ton per hektar. (http://repository.usu.ac. id/bitstream/ 123456789/42463/ 5/Chapter%20I.pdf. Diakses November 2015).

C. Hipotesis

Perlakuan 12,5 ton bahan bio-slurry per hektar dapat menggantikan penggunaan 10 ton pupuk kandang/hektar.


(19)

13

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016.

B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

Penyiapan bio-slurry biogas dilakukan dengan memisahkan antara padatan dan cairan dari bio-slurry . Padatan bio-slurry kemudian dijemur atau di angin-anginkan hingga kering untuk mendapatkan pupuk padat.

C. Bahan dan Alat Penelitian

Bahan-bahan yang akan digunakan adalah bio-slurry, Urea 187 kg/hektar, Sp-36 300 kg/hektar, KCl 112 kg/hektar, dan benih Caisim. Alat-alat yang akan digunakan adalah cangkul, polybag, gembor, sabit, mistar dan alat penulis.

D. Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode percobaan yang disusun dalam Rancangan Acak Lengakap (RAL). Berikut merupakan perlakuan yang akan diujikan:

A. Pupuk Kandang 10 ton/hektar B. Pupuk Bio-slurry 5 ton/hektar C. Pupuk Bio-slurry 7,5 ton/hektar D. Pupuk Bio-slurry 10 ton/hektar E. Pupuk Bio-slurry 12,5 ton/hektar


(20)

Pada penelitian ini terdapat 5 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang 3 kali sehingga terdapat 15 unit perlakuan, setiap ulangan terdapat 5 tanaman sehingga keseluruhan ada 75 tanaman. Perhitungan kebutuhan pemupukan pada setiap perlakuan dapat dilihat pada lampiran 1.

E. Cara Penelitian 1. Pesemaian

Menebarkan benih secara merata di atas media tanah halus yang ditempatkan dalam wadah selama 2 sampai 5 hari hingga benih telah tumbuh menjadi kecambah. Selanjutnya menjaga kelembaban media semai dengan melakukan penyiraman 2 x sehari pagi dan sore. Sekitar 1 minggu bibit-bibit siap dipindahkan.

2. Persiapan Media Tanam

Media tanam dipersiapkan dengan mencampur sebayak 5 kg sempel tanah dengan berat dosis bio-slurry atau pupuk kandang denagan sesuai perlakuan yang diberikan. Setelah itu media tanam dimasukan dalam polybag dan diinkubasi selama 1 minggu.

3. Penanaman

Bibit Caisim hasil penyemaian selanjutnya ditanam dalam polybag dengan membuat lubang tanam sedalam 5 cm, panjang dan lebarnya 6 x 4 cm. Jumlah daun dari bibit siap untuk ditanam tersebut berjumlah 3-4 helai dengan umur 1 minggu.

4. Pemeliharaan

a. Penyiraman dilakukan 1 kali sehari di sore hari

b. Penyiangan dilakukan jika ada tanaman yang mati sampai dengan batas tanaman berumur 2 minggu.


(21)

c. Pemupukan susulan

Pemupukan susulan diberikan di setiap polybag dengan dosis pupuk Urea 1,70 gram, SP36 2,70 gram, dan KCl 1 gram. Pupuk susulan diberikan setelah berumur 1 minggu setelah tanam.

d. Pengendalian Hama

Pada teknik perawatannya, setiap hari dilakukan pemantauaan terhadap tanaman. Teknik pengendalian hama di awal dilakukan secara manual jika jumlah serangan hama masih sedikit, yaitu dengan cara mengambil hama tersebut menggunakan alat atau media bantu yang diperlukan. jika terjadi serangan hama dalam jumlah cukup banyak maka kemudian akan dilakukan pengendalian hama secara kimia yaitu menggunakan Insektisida. Beberapa contoh jenis Insektisida yang dapat digunakan yaitu diantaranya Insektisida dengan merk Brantas 25, Chix 25. Teknik penggunaan insektisida pada aplikasinya yaitu sesuai dengan petunjuk penggunaan yang tertera pada label kemasan. Jenis hama yang sering menyerang tanaman Caisim diantaranya adalah sejenis kutu dan walang sangit yang bisanya menyebabkan daun Caisim bolong-bolong. Hal tersebut dikendalikan dengan penggunaan Insektisida sesuai petunjuk penggunaan yang tertera pada kemasan. Sebagai contoh, untuk serangan hama berupa kutu daun dapat dikendalikan dengan Insektisida merk Brantas 25 dengan dosis 0,75-1 ml/L. Sementara Insektisida Brantas 25 untuk serangan walang sangit digunakan dengan dosis 0,25-0,5 ml/L.

5. Pemanenan

Pemanenan dilakukan dengan kriteria tanaman Caisim yaitu daun paling bawah berwarna kuning dan belum berbunga atau sudah berumur 4 minggu. Panen dilakukan


(22)

dengan caramenyobek secara hati-hati plastik polibag kemudian menghancurkan tanah secara hati-hati pada polibag tersebut hingga tersisa tanaman Caisim yang dikehendaki yang terdiri dari daun batang dan akar, kemudian mencuci hingga bersih untuk selanjutnya dilakukan uji parameter pengamatan.

F. Parameter Pengamatan

Pada pengamatan tanaman Caisim yang perlu dilihat dan diukur adalah:

1. Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman di lakukan mulai umur satu minggu setelah tanam sampai minggu ke 4. Pengukuran dilakukan seminggu sekali dimulai dari satu minggu setelah tanam sampai minggu ke 4 dengan cara mengukur tinggi tanaman mulai dari pangkal batang bawah sampai bagian titik tumbuh tanaman.

2. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung dengan menghitung jumlah daun tanaman.Daun yang dihitung yaitu daun yang sudah terbentuk sempurna. Penghitungan dilakukan setiap satu minggu sekali sampai minggu ke 4 pada akhir penelitian (panen).

3. Berat Segar Tanaman (g)

Pengukuran berat segar tanaman dilakukan setelah panen. Pengukuran dilakukan dengan cara menyobek polybag kemudian media tanam digemburkan dibawah pancuran air sambil dibilas sampai bagian akar bersih. Setelah sampel tanaman dibersihkan baru dilakukan penimbangan. Tanaman yang ditimbang merupakan tanaman yang utuh meliputi daun, batang, dan akar.


(23)

Panjang akar dilakukan setelah panen dengan mengukur panjangnya akar dari pangkal atas sampai pangkal bawah menggunakan penggaris.

5. Berat Segar Akar (g)

Pengukuran berat segar akar tanaman dilakukan setelah panen. Pengukuran berat segar akar dilakukan dengan cara memotong tanaman pada bagian akarnya kemudian ditimbang.

6. Luas Daun (cm2)

Luas daun dilakukan setelah menimbang berat segar tanaman dan berat ekonomi diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter. Daun yang diukur diletakkan pada bidang ukur LAM setelah itu dilakukan proses scaning dan dicatat data yang muncul. Data yang muncul arus dikonversi menjadi luasan daun dengan satuan (cm2)

7. Berat Kering Tanaman (g)

Tanaman yang sudah dikering anginkan dimasukkan dalam bungkusan kertas dan dioven pada suhu 65ºC kemudian ditimbang hingga mencapai berat konstan.

8. Berat Kering Akar (g)

Pengukuran berat kering akar tanaman dilakukan setelah panen dengan cara setelah selesai mengukur berat segar akar tanaman, akar setiap tanaman tersebut dimasukkan dalam bungkusan kertas dan dioven hingga mencapai berat konstan. Setelah selesai, ditimbang sebagai berat kering tanaman.

9. Berat Ekonomi (ton/hektar)

Pengukuran berat ekonomi tanaman dilakukan setelah panen pada minggu ke 4 dengan menimbang berat tanaman tanpa akar, dengan rumus :


(24)

G. Analisis Data

Hasil pengamatan yang diperoleh kemudian di sidik ragam pada taraf nyata 5%. Apabila hasil sidik ragam terdapat pengaruh perlakuan yang berbeda nyata, maka pengujian dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan’s 5%.


(25)

19

Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap pengambilan Bio-slurry dilakukan pada bulan Febuari di Pantai Baru Pandansimo Desa Poncosari Kec. Srandakan Kab. Kulon Progo. Dari penelitian yang telah dilakukan didapat hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Hasil uji jarak berganda Duncan 5 % terhadap, Tinggi tanaman, Jumlah daun dan Luas Daun

Perlakuan Parameter

Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai) Berat segar tanaman (g)

A 23,09 a 8,81 a 94,16 bc

B 16,53 b 6,68 b 84,51 c

C 17,37 b 6,96 ab 77,90 c

D 20,01 a 7,57 ab 94,54 ab

E 21,10 a 8,08 a 113,85 a Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama dalam

satu kolom menunjukkan tidak ada berbeda nyata berdasarkan hasil DMRT pada taraf 5 %.

A : Pupuk Kandang 10 ton/hektar B : Pupuk Bio-slurry 5 ton/hektar C : Pupuk Bio-slurry 7,5 ton/hektar D : Pupuk Bio-slurry 10 ton/hektar E : Pupuk Bio-slurry 12,5 ton/hektar

A. Tinggi Tanaman

Tinggi tanaman merupakan salah satu parameter pertumbuhan tanaman yang menunjukkan terjadi pembelahan dan pembesaran sel secara terus menerus. Pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, fisiologi dan genetik tanaman. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan dalam tabel 3 dapat dilihat bahwa pada perlakuan pupuk kandang tidak berbeda nyata dengan


(26)

perlakuan Bio-slurry (10 dan 12,5) ton/hektar, tetapi berbeda nyata dengan pelakuan yang lainya. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari unsur N yang diserap oleh tanaman Caisim. Menurut Biogas Rumah (2015) Kompos Kering Bio-slurry Sapi memiliki N-total 1,60%. Sementara pada Pupuk Kandang Kotoran Sapi menurut

Organic Vegetable Cultivation in Malaysia dalam Organikilo (2014), memiliki N-total 0,24%. Menurut Setyamidjaja (1986), menyatakan bahwa unsur N dalam pupuk kandang berperan dalam merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman. Menurut Hakim dkk., (1986) terjadinya pertumbuhan tinggi dari suatu tanaman karena adanya dukungan oleh hormon auksin yang mempengaruhi peristiwa pembelahan dan perpanjangan sel yang didominasi pada ujung pucuk tanaman tersebut. Proses ini merupakan sintesa protein yang di peroleh tanaman dari lingkungan seperti bahan organik dalam tanah. Penambahan bahan organik yang mengandung N akan mempengaruhi kadar N total dan membantu mengaktifkan sel-sel tanaman dan mempertahankan jalannya proses fotosintesis yang pada akhirnya pertumbuhan tinggi tanaman dapat dipengaruhi. Suatu tanaman akan menyerap unsur hara untuk pertumbuhan sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut sehingga apabila unsur hara yang tersedia lebih tinggi dibandingkan dengan kebutuhan tanaman, maka unsur hara tersebut akan tetap berada pada media tanaman.

Grafik pertumbuhan tinggi tanaman dari minggu ke-1 minggu ke-4 disajikan pada gambar 1.


(27)

Gambar 1. Pertumbuhan tinggi tanaman tiap minggunya pada masing-masing perlakuan Keterangan:

A.Pupuk Kandang 10 ton/hektar B.Pupuk Bio-slurry 5 ton/hektar C.Pupuk Bio-slurry 7,5 ton/hektar D.Pupuk Bio-slurry 10 ton/hektar E. Pupuk Bio-slurry 12,5 ton/hektar

Berdasarkan gambar 1 grafik rerata tinggi tanaman Caisim menunjukkan bahwa semua perlakuan mengalami peningkatan tinggi tanaman dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4. Perlakuan Pupuk Kandang 10 ton/hektar memiliki tinggi tanaman tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya, dilihat dari pupuk Bio-slurry 10 ton/hektar dan Bio-slurry 12,5 ton/hektar untuk pertumbuhan tinggi tanaman minggu ke- 1 sampai minggu ke- 4 cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan Bio-slurry yang lain. Menurut Setyamidjaja (1986), menyatakan bahwa unsur N dalam pupuk kandang berperan dalam merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman. Menurut Hakim dkk., (1986) terjadinya pertumbuhan tinggi dari suatu tanaman karena adanya hormon auksin yang menstimulasi peristiwa pembelahan dan perpanjangan sel yang didominasi pada ujung pucuk tanaman tersebut. Proses ini merupakan sintesa protein yang di peroleh tanaman dari lingkungan seperti bahan organik dalam tanah. Penambahan bahan organik yang mengandung N akan mempengaruhi kadar N total dan

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00

1 2 3 4

T in g g i t a n a m a n ( cm ) Minggu ke- A B C D E


(28)

membantu mengaktifkan sel-sel tanaman dan mempertahankan jalannya proses fotosintesis yang pada akhirnya pertumbuhan tinggi tanaman dapat dipengaruhi. Pertumbuhan merupakan salah satu aspek perkembangan tanaman yang dapat diartikan sebagai perubahan secara kuantitatif (bisa diukur) yang bersifat tak terbalikan yang biasanya disertai dengan perubahan ukuran sel, jaringan dan organ pertumbuhan (Gardner et al., 1991). Dalam melangsungkan hidupnya setiap tanaman membutuhkan air, unsur hara dan sinar matahari untuk membantu proses fotosintesis tanaman, hasil fotosintesis (fotosintat) selanjutnya diangkut oleh tanaman secara fasikuler melalui pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh kulit (floem). Pengangkutan terjadi melalui pembuluh kayu, membentuk aliran air (benang air) menuju daun. Setelah mencapai daun, sebagian dimanfaatkan oleh sel-sel daun untuk memasak makanan. Sebagian air dan garam mineral yang lain dipindah ke floem dan menyatu dengan aliran sukrosa (asimilat) (Al, 2006).

B. Jumlah Daun

Daun merupakan organ tanaman yang sangat peting terutama pada tanman sayuran. Selama pertumbuhanya jumlah daun suatu tanaman sampai menjelang panen mengalami penambahan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Daun meupakan organ utama terhadap fotosintesis berlangsung (Sitompul dan Guritno, 1995). Jumlah dan ukuran daun dipengaruhi oleh genotip dan lingkungan, daun yang disokong oleh batang dan cabang merupakan penghasil karbohidrat bagi tanaman budidaya (Gardner at al., 1991). Jika daun tidak terbentuk secara optimum baik ukuran maupun jumlahnya maka fotosintesis tidak dapat berjalan, sehingga fotosintat pada tanaman tidak optimal karena tidak memperoleh ketersediaan bahan dasar seperti unsur


(29)

hara, sinar matahari sebagai sumber energi dan karbohidrat dari hasil fotosintat yang cukup (Fitner dan Hay, 1994).

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa semua perlakuan memberikan hasil yang sama kecuali pada perlakuan B ( pupuk Bio-slurry 5 ton/hektar). Hal tersebut dikarenakan pupuk kandang dan Bio-slurry dapat diserap dengan baik oleh tanaman. Dengan demikian perlakuan pupuk kandang memiliki pengaruh yang sama terhadap tanaman terutama pada jumlah daun sehingga dapat dikatakan sementara bahwa pengaruh pupuk kandang dapat digantikan oleh pupuk Bio-slurry. Salah satu unsur hara yang dibutuhkan untuk pembentukan daun adalah N, ketika unsur N tercukupi maka pembentukan daun lebih maksimal. Pertambahan jumlah daun pada tiap perlakuan dari minggu ke-1 sampai minggu ke-4 disajikan pada gambar 2.

Gambar 2. Pertumbuhan jumlah daun tiap minggunya pada masing-masing perlakuan

A. Pupuk Kandang 10 ton/hektar B. Pupuk Bio-slurry 5 ton/hektar C. Pupuk Bio-slurry 7,5 ton/hektar D. Pupuk Bio-slurry 10 ton/hektar E. Pupuk Bio-slurry 12,5 ton/hektar

Berdasarkan gambar 2 menunjukkan bahwa pada minggu ke-1 sampai minggu ke-2 tiap perlakuan mengalami pertambahan jumlah daun. Pada minggu ke-2 hingga minggu ke-3 perlakuan B (Bio-slurry 5 ton/hektar) dan C (Bio-slurry 7,5 ton/hektar)

0,00 5,00 10,00 15,00

1 2 3 4

hela i Minggu ke- Jumlah Daun A B C D E


(30)

mengalami penurunan jumlah daun karena sebagian daun mati. Selanjutnya, pada minggu ke-3 hingga minggu ke-4 tiap perlakuan mengalami pertambahan jumlah daun. Perlakuan A (pupuk kandang 10 ton/hektar) memiliki jumlah daun cenderung lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Sedangkan jumlah daun terendah ditunjukan pada perlakuan B (Bio-slurry 5 ton/hektar). Pupuk kandang dengan dosis 10 ton/hektar dan slurry 12,5 ton/hektar pertumbuhan jumlah daun pada minggu ke- 3 sampai minggu ke- 4 cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis yang lainya. Hal ini diduga karena pupuk kandang dan pupuk Bio-slurry 12,5 ton/hektar mampu memberi asupan unsur hara organik secara kontinyu. Sesuai dengan pendapat Wijaya (2008) bahwa pemberian pupuk organik yang bayak mengandung unsur hara nitrogen pada tanaman akan mendorong pertumbuhan organ-organ yang berhubungan denagan fotosintesis yaitu daun.

C. Berat Segar Tanaman

Berdasarkan hasil sidik ragam berat segar tanaman pada tabel 3 menunjukan bahwa perlakuan pupuk kandang dosis 10 ton/hektar dan Bio-slurry 12,5 ton/hektar pengaruhnya berbeda nyata dengan perlakuan lain, tingginya berat segar tanaman dipengarui oleh kandungan air dalam tubuh tanaman hasil asimilasi yang diproduksi oleh jaringn hijau distranslokasikan ke bagian tubuh tanaman untuk pertumbuhan, perkembangan, cadangan makanan dan pengelolaan sel. Tingginya berat segar tanaman diduga juga karena faktor jumlah dan luas daun, serta berat segar akar yang relatif tinggi.

Menurut Hasibuan (2004) kandungan air pada tanah merupakan faktor yang paling penting dalam menentukan keberhasilan pertumbuhan dan produksi tanaman.


(31)

Pengaruh pemberian pupuk anorganik sebagai tambahan unsur hara makro di dalam tanah terutama unsur hara N sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam pembentukannya, terutama dalam pertumbuhan vegetatif tanaman. Sehingga apabila pertumbuhan vegetatif tanaman optimal maka akan diperoleh kondisi tanaman yang optimal pula. Pertumbuahan tanaman yang optimal akan menghasilkan berat segar tanaman yang tinggi.

Kegiatan fisiologi tanaman dalam penyerapan unsur hara melalui akar selama pertumbuhan yang tergatung pada ketersediaan air yang menyebabkan daya serap akar tinggi sehingga tanaman dapat menyerap air lebih bayak selain itu dapat juga disebabkan tanaman sudah dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan untuk mendukung proses pertumbuhan tanaman dari unsur hara yang telah ada, juga berat segar tanaman dapat dipengarui oleh kandungan air yang terdapat dalam tubuh tanaman (Dwidjoseputro, 1983).

D. Panjang Akar

Akar merupakan organ dari tanaman yang berperan penting dalam penyerapan air dan unsur hara dari tanah atau media tanam ke daun yang kemudian akan di fotosintesiskan dan disebarkan ke seluruh bagian tanaman. Dengan semakin banyak dan panjang akar tanaman maka akan semakin besar cakupan akar untuk menyerap air dan unsur hara dalam media tanam. Pengukuran panjang akar dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh akar didalam perkembanganya sesuai dengan peran akar bagi pertumbuhan tanaman. Pengukuran panjang akar dilakukan dengan mengukur panjangnya akar dari leher akar sampai ke ujung akar dengan menggunakan penggaris dan dinyatakan dalam satuan (cm).


(32)

Hasil rerata pada panjang akar tanaman menunjukan bahwa semua perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang sama. Pada hasil rerata menunjukan bahwa perlakuan pupuk dasar slurry dengan berbagai macam doses tidak pengaruh nyata terhadap control yaitu perlakuan pupuk kandang 10 ton/hektar (tabel 4).

Tabel 2. Rerata Panjang Akar, Berat Segar Akar, Luaas Daun, Berat Kering Tanaman, Berat Kering Akar

Keterangan:

A : Pupuk Kandang 10 ton/hektar B : Pupuk Bio-slurry 5 ton/hektar C : Pupuk Bio-slurry 7,5 ton/hektar D : Pupuk Bio-slurry 10 ton/hektar E : Pupuk Bio-slurry 12,5 ton/hektar

Adanya pengaruh yang sama antara perlakuan pada parameter panjang akar ini dapat diduga pupuk dasar yang digunakan pada setiap perlakuan didalam polybag

sehingga cakupan akar dan jangkauan akar tanaman Caisim hanya berada pada media tanam polybag tersebut. Selain itu adanya hasil sidik ragam yang tidak beda nyata ini dapat dikarenakan pada semua perlakuan pupuk dasar dapat memenuhi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman dan pupuk dasar bio-slurry sudah mencapai kematangan sehingga bio-slurry dapat terurai dalam media tanam. Pada penelitian yang telah dilakukan dengan berbagai macam dosis pupuk dasar memberikan pengaruh yang sama terhadap panjang akar.

Perlakuan Parameter Panjang Akar (cm) Berat segar Akar (g) Luas daun (cm2)

Berat kering akar (g) Berat kering tanaman (g) Berat Ekonomi (ton/hektar) A 25,91 3.63 969,93 1,64 5,24 8,95 B 22,63 3.59 886,13 1,91 4,70 7,83 C 26,67 3.62 860,58 0,98 3,52 7,54 D 27,79 3.98 888 1,74 5,45 8,70 E 31,32 4.18 1094,1 1,86 5,52 10,63


(33)

Marsono dan Sigit (2002) menyatakan bahwa pembentukan akar distimulasi oleh adanya kandungan bahan-bahan makanan, apabila pertumbuhan akar dibatasi oleh persediaan zat makanan yang kurang maka pertumbuhan tanaman yang lain menjadi terhambat, sedangkan fungsi dari akar adalah untuk mengasupsi kebutuhan unsur-unsur hara yang untuk pertumbuhan. Semakin panjang akar pada tanaman maka akan semakin tinggi pula dalam penyerapan unsur hara dan semakin banyak unsur hara yang tersedia di lingkungan perakaran maka semakin tinggi pula unsur hara yang diserap oleh akar tanaman.

E. Berat Segar Akar

Berat segar akar menunjukan bayaknya akar yang dihasilkan oleh tanaman untuk menyerap air dan unsur hara pada media tanam, dengan semakin banyaknya akar pada tanaman maka cakupan tanaman dalam memperoleh air dan unsur hara pada media tanam akan semakin tinggi.

Hasil sidik ragam terhadap berat segar akar tanaman menunjukan bahwa semua pelakuan yang diberikan memberi pengaruh yang sama pada tanaman Caisim (lampiran 3), hasil rerata berat segar akar dapat dilihat pada tabel 4. Penggunaan media tanam pupuk kandang dan Bio-slurry menghasilakan volume akar yang tidak berbeda. Hal ini dikarnakan, penggunaan berbagai macam dosis tidak memberikan hasil yang signifikan terhadap berat segar akar. Jenis akar pada tanaman Caisim tergolong kedalam jenis akar serabut. Sistem perakaran serabut terbentuk pada waktu akar primer membentuk cabang sebayak-bayaknya. Cabang akar yang tumbuh tidak menjadi besar tetapi tumbuh menjadi akar lagi. Kemudian akar primer selanjutnya mengecil, sehingga bentuknya mirip dengan serabut. Pertumbuhan akar serabut dipengaruhi oleh suhu, kelembaban


(34)

dan oksigen (Silvi, 2011). Berat segar akar menunjukan banyaknya akar yang dihasilkan oleh tanaman untuk menyerap air dan unsur hara pada media tanaman, dengan semakin banyaknya akar pada tanaman maka cakupan tanaman dalam memperoleh air dan unsur hara pada media tanam akan semakin tinggi. Adanya hasil sidik ragam yang tidak berbeda nyata ini menunjukan bahwa tanaman memiliki perakaran yang hampir sama pada masing perlakuan sehingga penyerapan air dan unsur hara pada masing-masing perlakuan tidak beda nyata. Adanya pengaruh yang sama antar perlakuan yang diujikan ini menunjukan bahwa pupuk kandang dan Bio-slurry dapat memberikan unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman. Adanya hasil tersebut dikarenakan tanaman Caisim hanya menyerap unsur hara yang tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman Caisim tersebut. Penggunaan berbagai macam dosis pupuk dasar Bio-slurry

diduga memiliki kesamaan terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan akar, sehingga berat segar akar yang dihasilkan tidak memiliki perbedaan yang signifikan.

F. Luas Daun (cm2)

Daun secara umum merupakan organ penghasil fotosintat utama. Pengamatan luas daun sangat diperlukan sebagai salah satu indikator pertumbuhan yang dapat menjelaskan proses pertumbuhan tanaman selama hidupnya. Luas daun menjadi salah satu perameter utama karena laju fotosintesis pertumbuhan per satuan tanaman dominan ditentukan oleh luas daun. Fungsi utama daun adalah sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis.


(35)

Hasil sidik ragam terhadap berat segar akar tanaman menunjukan bahwa semua pelakuan yang diberikan memberi pengaruh yang sama pada tanaman Caisim (lampiran 3), hasil rerata berat segar akar dapat dilihat pada tabel 4.

Penggunaan media tanam pupuk kandang dan pupuk Bio-slurry menghasilkan luas daun yang tidak berbeda. Hal ini dikarenakan, penambahan luas daun tidak dipengaruhi oleh penggunaan berbagai macam media tanam. Pertumbuhan lusa daun merupakan proses pembelahan dan pembesaran sel (Rizqanna, 2015). Proses tersebut memerlukan nutrisi yang kaya akan protein dan karbohidrat. Sumber protein dan karbohidrat sebagian besar diperoleh pada penggunaan nutrisi yang kaya akan unsur makro. Jumlah unsur makro yang terkandung pada berbagai macam media tanam belum mampu menunjukan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan luas daun. Selain itu, penyerapan cahaya matahari yang tinggi menyebabkan proses fotosintesis menjadi lebih besar, sehingga menghasilkan fotosintat yang dapat menambah luas daun dan berat daun tanaman Caisim.

Terjadinya pengaruh yang sama diduga Kandungan unsur hara N pada pupuk Bio-slurry dapat meningkatkan terbentuknya klorofil pada daun, karena daun merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat fotosintesis. Laju fotosintesis setiap tanaman umumnya dipengaruhi oleh luas daun. Penambahan luas daun merupakan proses pembelahan dan pembesaran sel. Untuk melakukan proses ini, selain unsur hara yang terdapat dalam media tanam juga memerlukan nutrisi yang kaya akan karbohidrat dan protein. Unsur hara N yang dikandung oleh media pupuk kandang 10 ton/hektar dan Slurry 12,5 ton/hektar dapat meningkatkan terbentuknya klorofil pada daun, karena daun merupakan organ tanaman yang berfungsi sebagai tempat


(36)

fotosintesis. Laju fotosintesis setiap tanaman umumnya dipengarui oleh luas daun. Penambahan luas daun merupakan proses pembelahan dan pembesaran sel. Menurut (Sarief, 1986) menyatakan bahwa unsur hara N merupakan penyusun pokok dari semua protein dan asam nukleat, dengan demikian jika N tersedia lebih banyak dari unsur yang lainnya maka dapat dihasilkan protein lebih banyak dan daun akan tumbuh lebih besar.

G. Berat kering tanaman

Berdasarkan hasil sidik ragam menunjukan hasil pengaruh yang sama antar perlakuan yang diberikan (lampiran 3), adanya pengaruh yang sama pada semua perlakuan yang dicobakan ini dapat dikarnakan pupuk kandang dan Bio-slurry yang diberikan pada tanaman Caisim telah mencukupi kebutuhan unsur hara yang diperlukan tanaman Caisim. Suatu tanaman akan menyerap unsur hara dari media tanaman atau tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut, apabila jumlah unsur hara yang disediakan media tanam lebih dari kebutuhan tanaman maka tanaman akan menyerap unsur hara yang dibutuhkan.

Berat kering suatu tanaman pada dasarnya juga dipengarui oleh tinggi tanaman dan jumlah daun yang mengalami fotosintesis (Sitompul dan Guritno), 1995). Organ tanaman utama yang dapat menyerap radiasi matahari adalah daun. Dwidjoseputro (1983) menyatakan bahwa berat kering dapat juga terjadi akibat efisiensi pemanfaatan dan penyerapan radiasi sinar matahari sepanjang musim pertumbuhan oleh tajuk tanaman budidaya. Berat kering juga dapat dipengarui oleh sifat sekulen yang dimiliki oleh tanaman Caisim, sehingga menimbunan asimilat pada tubuh tanaman hanya sedikit dari pada akhirnya menurunkan berat kering tanaman. semakin tinggi berat kering suatu


(37)

tanaman dapat menunjukan bahwa semakin bayak pula unsur hara yang ditranslokasikan ke bagian batang dan daun.

Menurut Gardner et al., (1991) hasil tanaman pertanian merupakan hasil akumulasi fotosintesis secara visual beruapa pertumbuhan tanaman yaitu bertambahnya berat kering tanaman. Produk fotosintesis digunakan untuk cadangan makanan, respirasi, struktur dan pertumbuhan tanaman. Seberapa efisien tumbuahan membagikan hasil fotosintesisnya ke bagian-bagian yang berbeda itu mempunyai pengaruh penting terhadap hasil panen terutama pada berat kering tanaman. Bahan kering total merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi selama masa pertumbuhan tanaman. Sebagian besar hasil berat kering berasal dari hasil fotosintesis. Hal ini sesuai pendapat Dwidjoseputro (1983) yang menyatakan bahwa bila hasil fotosintesis bayak maka akan meningkatkan akumulasi bahan organik dan ini akan berpengaruh terhadap berat kering. Bertambahnya berat kering mencerminkan bertambahnya protoplasma, baik dari segi ukuran maupaun dari segi jumlah selnya.

H. Berat kering akar

Hasil sidik ragam terhadap berat kering akar tanaman menunjukan bahwa semua pelakuan yang diberikan memberi pengaruh yang sama antar perlakuan pupuk kadang maupun pupuk bio-slurry yang diberiakan pada tanaman Caisim (lampiran 3). Rerata berat kering akar dapat dilihat pada tabel 4.

Berdasarkan hasil sidik ragam berat kering akar menunjukan bahwa antar perlakuan yang diuji cobakan tidak berpengaruh secara nyata pada berat kering akar tanaman Caisim sehingga dapat dikatakan bahwa pupuk bio-slurry tidak beda nyata dengan pupuk kandang. Adanya hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pemberian pupuk


(38)

dasar kandang dan bio-slurry dengan berbagai macam dosis tidak memberikan pengaruh yang nyata pada berat kering akar tanaman Caisim. Berat kering akar ini dapat dipengarui oleh penjang akar, luasnya jangkauan akar dan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Dengan adanya akar yang panjang dan jangkauan akar yang lebar atau menyeluruh serta unsur hara yang diserap tinggi maka secara otomatis akar tanaman akan memiliki berat yang lebih tinggi. Hasil berat kering akar yang tidak berpengaruh secara nyata ini sebanding dengan hasil sidik ragam pada panjang akar dan berat segar akar yang juga memiliki pengaruh tidak berbeda nyata antar perlakuan. Adanya pengaruh yang sama pada semua perlakuan yang diberikan ini dapat disebabkan semua perlakuan yang diujicobakan sudah memenuhi tingkat kematangan sehingga pupuk kandang maupun pupuk bio-slurry dapat terurai dan dapat menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Selain itu adanya pengaruh yang sama pada semua perlakuan dapat dikarenakan semua perlakuan dapat memenuhi unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman. Suatu tanaman akan menyerap unsur hara dari media tanam atau tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut, apabila jumlah unsur hara yang disediakan media tanam lebih dari kebutuhan tanaman maka tanaman hanya menyerap unsur hara yang dibutuhkan. Adanya hasil tersebut maka dapat dikatakan dengan penggunaan pupuk kandang dan dengan dosis bio-slurry yang tinggi belum tentu dapat menghasilkan berat kering akar yang lebih baik pada tanaman Caisim.

I. Berat Ekonomi

Berdasarkan hasil terhadap berat ekonomi tanaman menunjukan bahwa semua perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh yang sama. Rerata berat ekonomi pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada tabel 4. Berdasarkan luas dan jumlah daun


(39)

menunjukan bahwa dengan adanya pembentukan pada organ daun secara optimal yang ditunjukan dengan terbentuknya daun dengan ukuran dan jumlah daun yang optimal sehingga dapat menyebabkan tanaman Caisim mempunyai potensi yang besar untuk melakukan proses fotosintesis dan mempunyai kemampuan fotosintesis yang lebih tinggi. Terbentuknya ukuran daun yang lebih besar mempunyai potensi tinggi untuk menerima energi matahari dibandingkan dengan ukuran daun yang lebih kecil, sehingga berpengaruh terhadap berat segar daun tanaman Caisim serta berpengaruh terhadap berat segar daun tanaman Caisim serta berpengaruh terhadap berat segar yang dikonsumsi, sehingga hasil panen tanaman budidaya dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan berat kering total yang dihasilkan dilapangan atau meningkatkan proporsi hasil panen ekonomi.

Serangan hama yang terjadi pada tanaman Caisim jugaa dapat mempengaruhi berat hasil ekonomi. Semakin bayak tanaman yang terserang oleh hama maka nilai berat ekonomi semakin sedikit karena banyak tanaman yang dibuang. Tingkat kerusakan yang diakibatkan oleh adanya hama bisa diantisipasi sedini mungkin dengan cara penyemprotan peptisida.


(40)

35

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah didapat, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Bio-slurry dapat menggantikan penggunaan pupuk kandang pada budidaya tanaman Caisim.

2. Aplikasi 12,5 ton/hektar kompos bio-slurry/hektar cenderung menghasilkan panen Caisim lebih baik.

B. SARAN

Berdasarkan penelitihan yang dilakukan dalam skala polybag maka perlu dilakukan penelitihan lebih lanjut dalam skala lapangan untuk mengetahuhi apakah hasilnya akan sama dengan skala polybag.


(41)

36

Adiyoga. 2009. Estimasi Pertumbuhan Konsumsi Sayuran. repository.usu.ac.id. Diakses tanggal 19 November 2015.

Agus S. 2013. Pengelolaan dan Pemanfaatan Biobio-slurry. https:// www. academia.edu/10389621/Pengelolaan_dan_Pemanfaatan_Biobio-slurry. Diakses tanggal 31 Desember 2015.

Al. 2006. Jaringan Floem. https://books.google.co.id/books? id=dek_ Hq1LJBAC&pg=PA25&lpg=PA25&dq=Jaringan+floem+oleh+Al+2006& source=bl&ots=w74jYb6GSx&sig=MLt2DZyBx1RWpGnzgzW9IcwTxw &hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjayJDgzvfMAhUKE5QKHXG1DTQQ6A EIJzAC#v=onepage&q=Jaringan%20floem%20oleh%20Al%202006&f=f alse. Diakses tanggal 20 November 2016.

Abas. 2015. http://eprints.ung.ac.id/4437/2/2013-1-54211-613409099-bab1-30072013070842.pdf. Diakses tanggal 1 November 2015.

Biogas Rumah. 2015. Manfaat berbagai Biogas Rumah. http://www.biru. or.id/ index.php/news/2016/05/02/212/berbagai-manfaat-biogas-rumah.html. Diakses tanggal 20 November 2015.

Direktorat Jenderal Pertanian. 2014. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun 2009 – 2013. http://horti.pertanian.go.id/node/253. Diakses tanggal 19 November 2015.

Direktorat Budidaya Ternak Ruminansia. 2010. Pedoman Umum Integrasi Ternak Sapi. https://www.scribd.com/doc/64084538/2010-Ped-Tek-Integrasi-Sapi-Tanaman-All. Diakses tanggal 20 Januari 2015.

Dwidjoseputro, D. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gremedia. Jakarta. Fittner, A. H. dan R. K. M. Hay, 1994. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gadjah

Mada University press. Yogyakarta.

Gardner, F.D., R. D. Pearce, dan R. L. Mitchel. 1991. Sawi dan selada. Penebar Swadaya. Jakarta.

Haryanto, E., T. Suhartini, dan E. Rahayu. 2001. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.


(42)

35

Hasibuan, B. E. 2004. Pupuk dan Pemupukan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara-Press, Medan.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Soul, M. A Dhina, Goban Hong & H. H Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Universitas Lampung. Lampung.

Marsono dan P. Sigit, 2002. Pupuk Akar dan Aplikasinya. Penebar Swadaya Jakarta. Mitranikasih, L. 2010. Pemanfaatan Biogas Sebagai Sumber Energi Alternatif.

https://www.academia.edu/9547353/Pemanfaatan_Biogas_Sebagai_Sumber_E nergi_Alternatif. Diakses tanggal 31 Desember 2015.

Organikilo.2014. Kandungan Unsur Hara Kambing, Sapi, Ayam, dan Domba. http://www.organikilo.co/2014/12/kandungan-unsur-hara-kotoran-sapi.html. Diakses tanggal 22 Februari 2016.

Risnawaty, M. 2015. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Caisim (Brassica Rapa

L.) ) Akibat Pemberian Pupuk Kotoran Sapi Olahan Biogas. http:// eprints.ung.ac.id/4437/1/2013-1-54211-613409099-abstraksi 3007201 3 0 70836.pdf. Diakses tanggal 1 November 2015.

Rizqanna, A. 2015. Penggunaan Berbagai Macam Nutrisi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Selada Hidroponik. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta

Rukmana, R. 1994. Bertanam Petsai dan Sawi. Kanisius. Yogyakarta.

Sabki, N. 2014. Teknik Budidaya Sawi Sistem Mulsa Hitam Perak. http://sabkinatuna.blogspot.co.id/2014/02/teknik-budidaya-sawi-brassica-juncea-l.html. Diakses tanggal 9 Januari 2016.

Sarief, H. S. 1986. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung

Setyamidjaja. 1986. Pupuk dan Pemupukan Tanah Pertanian. CV. Simplex. Jakarta. Silvi. 2011. Pengaruh Lingkungan Terhadap Perkembangan Akar.

http://www.silvikultur.com/pengaruh_lingkungan_pertumbuhan_akar.html Diakses Pada Tanggal 31 Mei 2016

Sudrajat, Pita. 2014. Pengkajian pemanfaatan limbah biogas slurry dan sludge pada bibit tanaman kopi.


(43)

36

https://www.academia.edu/7134552/Pengkajian_pemanfaatan_limbah_biogas_B io-slurry_dan_Sludge_pada_bibit_tanaman_kopi. Di akses tanggal 22 Desember 2014.

Sunarjono, H. 2004. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Syukur Makmur Sitompul dan Bambang Gurtno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.

Uum Sumpena, 2014. Budidaya Caisim. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Uum, S. 2015. Budidaya Caisim. http://balitsa. litbang. pertanian. go.id/ind/ images/Isi%20poster/MP-13%20Budidaya%20Caisim.pdf. Diakses tanggal 1 November 2015.

Wijaya, K. A. 2008. Nutrisi Tanaman Sebagai Penentu Kualitas Hasil danResistensi Alami Tanaman. Prestasi Pustaka. Jakarta

Yunnan Normal University. 2010. Tentang Bio-Slurry. http://www.biru. or.id/ index.php/bio-bio-slurry/. Diakses tanggal 1 November 2015.


(44)

39

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan pemupukan

Jarak tanam tanaman Caisim : 30 x 30 cm Jumlah tanaman/ hektar = ektar

� c =

. .

= 111.111 tanaman

a. Perlakuan pupuk kandang 10 ton/ha

Dosis per tanaman = �

. =

. . ���

. = 90,00 gram

= 90,00 gram

b. Perlakuan pupuk Bio-slurry 5 ton/ ha

Dosis pertanaman = 5 t

. =

5. . ra

. = 45,50 gram

= 45,50 gram

c. Perlakuan pupuk Bio-slurry 7,5 ton/ ha

Dosis pertanaman = ,5 t

. =

.5 . ra

. = 67,50 gram

= 67,50 gram

d. Perlakuan pupuk Bio-slurry 10 ton/ ha

Dosis pertanaman = �

. =

. . ���

. = 90,00 gram

= 90,00 gram

e. Perlakuan pupuk Bio-slurry 12,5 ton/ ha

Dosis pertanaman = ,5 t

. =

.5 . ra

. =112,50 gram


(45)

40

 Kebutuhan pupuk susulan perpolibag

1. Dosis pupuk Urea = 187 kg/hektar Dosis pertanaman = ��

. =

. ���

. = 1,68 gram

2. Dosis pupuk SP36 = 300 kg/hektar Dosis pertanaman = ��

. =

. ���

. = 2,70 gram

3. Dosis pupuk KCl = 112 kg/hektar Dosis pertanaman = ��

. =

. ���


(46)

41

Lampiran 2. Lay out penelitian

Keterangan :

A1, A2, A3 = Perlakuan pupuk kandang 10 ton/hektar B1, B2, B3 = Perlakuan pupuk bio-slurry 5 ton/hektar C1, C2, C3 = Perlakuan pupuk bio-slurry 7,5 ton/hektar D1, D2, D3 = Perlakuan pupuk bio-slurry 10 ton/hektar E1, E2, E3 = Perlakuan pupuk bio-slurry 12,5 ton/hektar

Setiap ulangan terdiri dari 5 tanaman

U

A1 D3 D2

A2

A3 B1

C2

B2 C1

E1 D1

C3 E2

B3

E3

2


(47)

42

Lampiran 3. Tabel Sidik Ragam

a. Tabel 1. Sidik ragam tinggi tanaman (transformasi akar)

Sumber Db jk kt F hitung Pr>f Model 4 1.35017333 0.33754333 7.66 s 0.0043

Galat 10 0.44086667 0.04408667 Total 14 1.79104000

Keteranagan : s : significant (ada beda nyata) b. Tabel 2. Sidik ragam jumlah daun (transformasi akar)

Sumber Db jk kt F hitung Pr>f Model 4 0.19169333 0.04792333 4.43 s 0.0182

Galat 10 0.09646667 0.00964667 Total 14 0.28816000

Keteranagan : s : significant (ada beda nyata)

c. Tabel 3. Sidik ragam berat segar tanaman (transformasi akar)

Sumber Db jk kt F hitung Pr>f Model 4 25.76742667 6.44185667 5.09 s 0.0169

Galat 10 12.65793333 1.26579333 Total 14 38.42536000

Keteranagan : s : significant (ada beda nyata) d. Tabel 4. Sidik ragam panjang akar (transformasi akar)

Sumber db jk kt F hitung Pr>f Model 4 1.24110667 0.31027667 1.39 ns 0.3068

Galat 10 2.23886667 0.22388667 Total 14 3.47997333

Keteranagan : ns : Non significant (Tidak ada beda nyata) e. Tabel 5. Sidik ragam berat segar akar (transformasi akar)

Sumber db jk kt F hitung Pr>f Model 4 0.85850667 0.21462667 0.40 ns 0.8058

Galat 10 5.39146667 0.53914667 Total 14 6.24997333

Keteranagan : ns : Non significant (Tidak ada beda nyata) f. Tabel 6. Sidik ragam luas daun (transformasi akar)

Sumber db Jk kt F hitung Pr>f Model 4 47.1273733 11.7818433 0.42 ns 0.7876

Galat 10 277.3642000 27.7364200 Total 14 324.4915733

Keteranagan : ns : Non significant (Tidak ada beda nyata) g. Tabel 7. Sidik ragam berat kering tanaman (transformasi akar)

Sumber db Jk kt F hitung Pr>f Model 4 8.28542667 2.07135667 1.01ns 0.4477

Galat 10 20.53746667 2.05374667 Total 14 28.82289333


(48)

43

h. Tabel 8. Sidik ragam betat kering akar (transformasi akar)

Sumber db jk kt F hitung Pr>f Model 4 1.69457333 0.42364333 1.11 ns 0.4058

Galat 10 3.83020000 0.38302000 Total 14 5.52477333

Keteranagan : ns : Non significant (Tidak ada beda nyata) i. Tabel 9. Sidik ragam betat ekonomi (transformasi akar)

Sumber db jk kt F hitung Pr>f Model 4 5.21649333 1.30412333 0.62 ns 0.6590

Galat 10 21.06020000 0.38302000 Total 14 26.27669333 2.10602000 Keteranagan : ns : Non significant (Tidak ada beda nyata)


(49)

44

Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

1. Hasil pemotretan Bio-slurry dan pupuk kandang

Pupuk bio-slurry


(50)

45

2. Pertumbuhan tanaman Caisim

Tanaman Caisim umur 2 minggu


(51)

46

Tanaman Caisim umur 4 minggu


(1)

41 Lampiran 2. Lay out penelitian

Keterangan :

A1, A2, A3 = Perlakuan pupuk kandang 10 ton/hektar B1, B2, B3 = Perlakuan pupuk bio-slurry 5 ton/hektar C1, C2, C3 = Perlakuan pupuk bio-slurry 7,5 ton/hektar D1, D2, D3 = Perlakuan pupuk bio-slurry 10 ton/hektar E1, E2, E3 = Perlakuan pupuk bio-slurry 12,5 ton/hektar

Setiap ulangan terdiri dari 5 tanaman

U

A1 D3 D2

A2 A3 B1 C2 B2 C1 E1 D1 C3 E2 B3 E3 2


(2)

42 Lampiran 3. Tabel Sidik Ragam

a. Tabel 1. Sidik ragam tinggi tanaman (transformasi akar)

Sumber Db jk kt F hitung Pr>f

Model 4 1.35017333 0.33754333 7.66 s 0.0043 Galat 10 0.44086667 0.04408667

Total 14 1.79104000

Keteranagan : s : significant (ada beda nyata) b. Tabel 2. Sidik ragam jumlah daun (transformasi akar)

Sumber Db jk kt F hitung Pr>f

Model 4 0.19169333 0.04792333 4.43 s 0.0182 Galat 10 0.09646667 0.00964667

Total 14 0.28816000

Keteranagan : s : significant (ada beda nyata)

c. Tabel 3. Sidik ragam berat segar tanaman (transformasi akar)

Sumber Db jk kt F hitung Pr>f

Model 4 25.76742667 6.44185667 5.09 s 0.0169 Galat 10 12.65793333 1.26579333

Total 14 38.42536000

Keteranagan : s : significant (ada beda nyata) d. Tabel 4. Sidik ragam panjang akar (transformasi akar)

Sumber db jk kt F hitung Pr>f

Model 4 1.24110667 0.31027667 1.39 ns 0.3068 Galat 10 2.23886667 0.22388667

Total 14 3.47997333

Keteranagan : ns : Non significant (Tidak ada beda nyata) e. Tabel 5. Sidik ragam berat segar akar (transformasi akar)

Sumber db jk kt F hitung Pr>f

Model 4 0.85850667 0.21462667 0.40 ns 0.8058 Galat 10 5.39146667 0.53914667

Total 14 6.24997333

Keteranagan : ns : Non significant (Tidak ada beda nyata) f. Tabel 6. Sidik ragam luas daun (transformasi akar)

Sumber db Jk kt F hitung Pr>f

Model 4 47.1273733 11.7818433 0.42 ns 0.7876 Galat 10 277.3642000 27.7364200

Total 14 324.4915733

Keteranagan : ns : Non significant (Tidak ada beda nyata) g. Tabel 7. Sidik ragam berat kering tanaman (transformasi akar)

Sumber db Jk kt F hitung Pr>f

Model 4 8.28542667 2.07135667 1.01ns 0.4477 Galat 10 20.53746667 2.05374667

Total 14 28.82289333


(3)

43

h. Tabel 8. Sidik ragam betat kering akar (transformasi akar)

Sumber db jk kt F hitung Pr>f

Model 4 1.69457333 0.42364333 1.11 ns 0.4058 Galat 10 3.83020000 0.38302000

Total 14 5.52477333

Keteranagan : ns : Non significant (Tidak ada beda nyata) i. Tabel 9. Sidik ragam betat ekonomi (transformasi akar)

Sumber db jk kt F hitung Pr>f

Model 4 5.21649333 1.30412333 0.62 ns 0.6590 Galat 10 21.06020000 0.38302000

Total 14 26.27669333 2.10602000 Keteranagan : ns : Non significant (Tidak ada beda nyata)


(4)

44 Lampiran 4. Dokumentasi penelitian

1. Hasil pemotretan Bio-slurry dan pupuk kandang

Pupuk bio-slurry


(5)

45 2. Pertumbuhan tanaman Caisim

Tanaman Caisim umur 2 minggu


(6)

46

Tanaman Caisim umur 4 minggu