ANALISIS MINAT BELI MASYARAKAT TERHADAP BARANG BEKAS (STUDI KASUS PASAR KLITHIKAN PAKUNCEN)
THE ANALYSIS OF THE CONSUMER PURCHASE INTEREST ON THE USED GOODS
(A CASE STUDY OF PAKUNCEN KLITHIKAN)
Oleh:
WIWIN YULIA HARDIANTI 20120430279
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016
(2)
(3)
goods at Pakuncen Klithikan Market. Subject of this research are the consumer who have visited the Pakuncen Klithikan Market. The total number of sample are 100 respondents who selected by using simple random sampling where all of the people can be the respondent. The analysis tool used is qualitative multiple regression that is converted into quantitative. The reseracher examined three aspects of purchase interest that are translated into twenty points statements on the open-ended questionnaire. The result is processed by using SPSS version 22 to calculate wheter the quality of the products, prices, and service affecting the consumer purchase interest toward the used goods at Klithikan Pakuncen Market, Sub. Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Result simultaneously indicate that the quality of the products, prices, and service variables affecting the consumer purchase interest toward the used goods at Klithikan Pakuncen Market, Sub. Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
While the result partially indicate that the quality of the products, prices, and service affecting the consumer purchase interest on the used goods at Klithikan Pakuncen Market, Sub. Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Based on the result, the quality of the product is the most dominating variable because it is highly influential to the consumer in buying the used goods or new goods which are offered at Klithikan Pakuncen Market, Sub. Kasihan, Bantul, Yogyakarta. Key words: Cunsumer purchase interesr, the quality of product, price and service.
(4)
1 A. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 5,2 persen, sedikit di bawah proyeksi Bank Dunia yang dirilis Juli 2014 lalu, yaitu sebesar 5,6 persen yang di akibatkan melemahnya pertumbuhan investasi dan ekspor. Pertumbuhan ekonomi tahun 2015, berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi yang mencatat pertumbuhan tinggi. Sementara dari sisi penawaran, penyumbang utama pertumbuhan ekonomi adalah beberapa sektor, diantaranya yaitu sektor industri, sektor perdagangan, dan sektor pertanian.
Dalam persaingan yang sangat ketat ini, dimana konsumen dihadapkan pada berbagai alternatif pilihan produk yang ditawarkan, maka produsen dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan pasar sebagai dasar penetapan keputusan. Keberhasilan suatu keputusan memerlukan pemahaman tentang perilaku konsumen.
Sikap adalah fungsi dari harapan dan setelah itu merupakan fungsi dari sikap sebelumnya dengan tingkat kepuasan saat ini. Keinginan dalam pembelian merupakan fungsi sikap individual terhadap produk barang dan jasa. Kepuasan pelanggan merupakan tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan harapannya. Sedangkan Enggel (1994) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan
(5)
evaluasi penjual setelah alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan.
Banyak pengusaha yang tidak hanya menawarkan suatu sistem konsumsi yaitu penawaran yang ditandai dengan subsistem produk dan pelayanan yang saling terkait atau dikonsumsi selama periode tertentu. Secara konseptual ada tiga elemen yang membentuk sistem konsumen yaitu atribute level, kepuasan, dan minat berperilaku. Sistem komunisme terdiri dari beberapa subsistem dengan sistem produk dan pelayanan sebagai subsistem.
Perspektif sistem konsumsi mengakui bahwa subsistem produk dan subsistem pelayanan saling berpengaruh, dampak dari saling berpengaruh ini mempunyai implikasi bahwa kepuasan akan produk mempengaruhi minat berperilaku ke arah penyedia pelayanan dan kepuasan akan pelayanan dapat mempengaruhi minat berperilaku ke arah manufaktur produk.
Sebagai kota yang menyandang banyak predikat, mulai dari Kota Gudeg, Kota Budaya, Kota Wisata sampai Kota Pelajar. Keberadaan dari Kota Yogyakarta tidak hanya telah diketahui oleh masyarakat lokal, namun juga masyarakat internasional. Beberapa potensi wisata yang telah lama dikembangkan di kota ini antara lain “Keraton Yogyakarta, Malioboro, Pantai Parangtritis, Candi Prambanan, Istana Air Tamansari, dan masih banyak lagi”. Adanya berbagai daerah tujuan wisata yang ditawarkan oleh Kota Yogyakarta, tentunya banyak dimanfaatkan oleh sebagian besar warga baik dari daerah Yogyakarta maupun dari luar daerah Kota Yogyakarta untuk mencari rejeki dengan mendirikan usaha di kota ini.
(6)
Pedagang Kaki Lima (PKL) merupakan salah satu usaha yang banyak ditemui di Yogyakarta. Salah satunya usaha dalam bidang transaksi jual-beli barang-barang second atau yang sering disebut dengan nama Klithikan. Pasar Klithikan ini merupakan salah satu ciri khas yang telah melekat pada Kota Yogyakarta. Pasar ini dapat dijumpai di kawasan jalan Mangkubumi, Jalan Asem Gede dan Alun-alun Selatan Yogyakarta. Pada dasarnya pasar Klithikan di Mangkubumi sendiri telah tumbuh dan berkembang seiring dengan terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998. Para pedagang tersebut berusaha bertahan menjaga akses ekonominya, bahkan pada perkembangan selanjutnya pedagang Klithikan Mangkubumi justru menjadi salah satu sentral ekonomi di Yogyakarta. Awalnya pasar ini dikenal sebagai pusat penawaran dan penjualan barang bekas pakai (second). Tetapi saat ini pasar Klithikan telah berkembang sangat pesat. Terbukti, bahwa di pasar ini tidak hanya menjual bermacam barang bekas pakai, tetapi banyak juga yang telah menawarkan barang-barang baru.
Jenis pasar ini memang unik, kreatifitas dan inisiatif penjual dalam menggelar dagangannya sangat kental dirasakan ketika menginjakkan kaki di area pasar ini. Barang dagangannya pun sangat bervariatif, mulai dari barang elektronik, telepon seluler, onderdil kendaraan bermotor, pakaian, sepatu dan sandal dapat ditemui disana. Keinginan masyarakat untuk mengunjungi pasar Klithikan ini pun bisa dibilang cukup tinggi. Dari yang sekedar jalan-jalan untuk melihat-lihat barang yang digelar disana sampai yang benar-benar berniat membeli barang bagus dengan harga relatif murah.
(7)
Seiring dengan perkembangan Pasar Klithikan di Yogyakarta, rupanya berbagai masalah yang ditimbulkan dari aktifitas pedagang kaki lima disana semakin hari semakin terasa. Walaupun menarik untuk dikunjungi, tetapi tumpah ruahnya pedagang di trotoar jalan-jalan utama Kota Yogyakarta ini menyebabkan gangguan yang cukup berarti bagi ketertiban dan keindahan kota. Pada akhirnya, sejak tanggal 11 November 2007, ramainya pemandangan transaksi jual-beli di tiga kawasan tersebut (Jalan Mangkubumi, Jalan Asem Gede, dan Alun-alun Selatan) tidak dapat disaksikan lagi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2002 tentang pengelolaan Pedagang Kaki Lima (PKL), maka Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan solusi bagi pedagang Klithikan Mangkubumi, Jalan Asem Gede, dan Alun-alun Selatan untuk direlokasi ke Pasar Klithikan Pakuncen, bekas pasar hewan Pakuncen di jalan HOS. Cokroaminoto, Yogyakarta. Lokasi Pasar Klithikan Pakuncen dinilai sangat strategis, kawasan kota di bagian barat ini dari waktu ke waktu trendnya semakin berkembang. Selain itu, keberadaan dari pasar Klithikan ini akan dapat lebih meningkatkan perkembangan kawasan Pakuncen itu sendiri.
Yogyakarta bisa disebut dengan kawasan yang mayoritas penduduknya berada pada ekonomi menengah ke bawah. Sehingga dengan keberadaan pasar Klithikan akan sangat membantu mereka. Karena harga yang di tawarkan di pasar Klithikan bisa dikatakan sangat murah. Sehingga sangat terjangkau bagi masyarakat menengah ke bawah.
(8)
Meskipun hal-hal tersebut diatas sangatlah kontra dengan kenyataan yang ada saat ini. Pada saat ini di Yogyakarta sendiri sudah sedikit maju. Dapat kita lihat di setiap sudut-sudut kota sudah banyak terdapat mall-mall atau toko-toko besar. Bahkan tidak jarang kita menemukan suatu mall atau toko-toko yang menawarkan barang-barangnya dengan harga yang relatif murah. Mulai dari kebutuhan pokok sampai dengan barang-barang elektronik.
Dengan kondisi seperti ini, apakah masyarakat masih berminat membeli barang-barang di pasar “Klithikan”? hal seperti itulah yang perlu diteliti lebih lanjut.
Berdasarkan alasan tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul : “Analisis Minat Beli Konsumen Terhadap Barang Bekas (Studi Kasus Pasar Klithikan Pakuncen)”.
B. Batasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan yang dibahas, dan untuk menghindari timbulnya salah pengertian dan peninjauan yang terlalu luas perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Kualitas Produk 2. Harga
(9)
C. Rumusan Masalah
1. Sejauhmana Kualitas Produk mempengaruhi minat beli konsumen terhadap barang bekas di pasar Klithikan Pakuncen?
2. Sejauhmana Harga mempengaruhi minat beli konsumen terhadap barang bekas di pasar Klithikan Pakuncen?
3. Sejauhmana Pelayanan mempengaruhi minat beli konsumen terhadap barang bekas di pasar Klithikan Pakuncen?
4. Sejauhmana Kualitas Produk, Harga dan Pelayanan mempengaruhi Minat Beli konsumen terhadap barang bekas di pasar Klithikan Pakuncen?
D. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh kualitas produk terhadap minat beli konsumen dalam pembelian barang bekas di Pasar Klithikan Pakuncen.
2. Menganalisis pengaruh harga terhadap minat beli konsumen dalam pembelian barang bekas di Pasar Klithikan Pakuncen.
3. Menganalisis pengaruh pelayanan terhadap minat beli konsumen dalam pembelian barang bekas di Pasar Klithikan Pakuncen.
4. Menganalisis pengaruh kualitas produk, harga dan pelayanan terhadap minat beli konsumen dalam pembelian barang bekas di Pasar Klithikan Pakuncen.
(10)
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pedagang
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan pertimbangan dalam menyusun strategi bertahan pedagang Klithikan, dan memperoleh langkah yang tepat dalam menarik pembeli sebanyak-banyaknya.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian akan memberikan tambahan pengetahuan dalam menerapkan ilmu yang di dapat dalam bentuk lembar kerja skripsi yang mengangkat masalah minat beli konsumen.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai bahan wacana refrensi untuk keperluan dalam hal perkuliahan maupun penelitian lebih lanjut, dan dapat memberikan wacana baru mengenai pasar Klithikan kepada masyarakat yang belum mengenal dekat dengan pasar Klithikan.
(11)
8 A. Landasan Teori
1. Teori Ekonomi Mikro
Manusia sebagai Homoeconomicus, yaitu suatu makhluk yang berusaha untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Diantara sekian banyak makhluk yang ada di muka bumi ini, manusia termasuk makhluk yang beruntug karena untuk memenuhi kebutuhan tersebut telah dibekali dengan alat pembantu yang sangat berharga berupa pikiran, sehingga di dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan dapat melakukan tindakan pilihan dari berbagai alternatif yang mungkin dengan pertimbangan untuk memperoleh keuntungan atau manfaat yang sebesar-besarnya bagi dirinya.
Kebutuhan manusia tidak terbatas sementara alat pemuas kebutuhan manusia relatif terbatas dan hal tersebut yang menimbulkan masalah yang disebut masalah ekonomi. Jadi, masalah ekonomi adalah bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya yang relatif tidak terbatas dihadapkan dengan adanya kenyataan bahwa alat pemuas kebutuhan manusia relatif terbatas. Akibat dari masalah di atas, maka timbul pilihan yang ada pada akhirnya akan menciptakan opportunity cost.
Denagan kemampuan pikir yang dimilikinya, manusia berusaha untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. Para ekonomi menyebut
(12)
tindakan ini sebagai tindakan ekonomi. Jadi, tindakan ekonomi dilakukan untuk mencapai alternatif terbaik yang dapat dilakukan oleh manusia dalam rangka mencapai kemungkinan yang ada di dasari oleh suatu motif, sering disebut motif ekonomi, yaitu memperoleh keuntungan (Tati Suharti. J., Fathorrozi, M., 2003: 1)
Motif ekonomi biasanya didasari oleh suatu prinsip yang membandingkan antara biaya yang disebut prinsip ekonomi, yaitu suatu prinsip yang membandingkan antara biaya yang dikeluarkan dengan keuntungan yang diharapkan akan diperoleh. Jelasnya prinsip ekoonomi menyatakan bahwa “dengan biaya sekecil-kecilnya diharapkan akan diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya”.
Ilmu yang mempelajari bagaimana manusia melakukan tindakan pemilihan terhadap berbagai alternatif yang mungkin disebut dengan ilmu ekonomi. Selanjutnya, ilmu ekonomi dibagi menjadi 3 kelompook, yaitu :
Ilmu ekonomi deskriptif, yang bertugas mengumpulkan keterangan-keterangan faktual tentang suatu masalah.
Teori ekonomi, yang bertugas menjelaskan mekanisme kegiatan ekonomi.
Teori ekonomi ini dibagi menjadi dua, yaitu : a. Teori ekonomi mikro
(13)
Ilmu ekonomi terapan yaitu dengan menggunakan kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari teori ekonomi untuk menjelaskan keterangan-keterangan atau masalah-masalah yang dikumpulkan oleh ekonomi deskriptif (Tati Suharti. J., Fathorrozi, 2003: 2)
Sumber: Tati Suharti. J., Fathorrozi (Teori Ekonomi Mikro 2003: 2)
Gambar 2.1
Arus Barang dan Jasa Serta Faktor Produksi dari Rumah Tangga ke Perusahaan
Berdasarkan gambar 2.1 ada beberapa variabel yang bersifat menyeluruh (aggregate) seperti investasi, pendapatan nasional, dan tabungan, tetapi terdapat pula yang bersifat unit-unit ekonomi, seperti konsumen, produsen, dan pasar. Ilmu eonomi mikro mempelajari perilaku unit-unit ekonomi tersebut sedangkan ilmu ekonomi makro mempelajari unit ekonomi secara menyeluruh. Untuk membedakan antara ilmu ekonomi
(14)
mikro dan makro dapat dilihat dari aspek harga, tujuan analisis dan unit analisis sebagai berikut:
a. Aspek harga
Dalam teori ekonomi mikro yang dimaksud dengan harga ialah harga dari suatu komoditi suatu barang tertentu, sedangkan dalam teori ekonomi makro, dihubungkan dengan tingkat harga secara keseluruhan.
b. Unit analisis
Dilihat dari unit analisisnya, teori ekonomi mikro hanya membahas tentang tingkahlaku (behavior) dari pelaku ekonomi tertentu(perilaku konsumen dan produsen), sedangkan teori ekonomi makro lebih banyak menganalisis tentang kegiatan ekonomi secara keseluruhan, tetapi ada yang harus digaris bawahi bahwa unit analisis teori ekonomi makro bukan merupakan gabungan dari teori ekonomi mikro.
c. Tujuan analisis
Tujuan analisis ekonomi mikro lebih mengedepankan pencarian pemecahan terhadap bagaimana mengalokasikan sumbera daya agar dicapai kombinasi yang tepat, sedangkan teori ekonomi makro lebih bangak menganalisis tentang pengaruh kegiatan ekonomi terhadap perekonomian secara menyeluruh (Tati Suharti. J., Fathorrozi, 2003: 3).
(15)
Teori ekonomi mikro sering dinamakan teori harga (price theory) karena teori ekonomi mikro menganalisis mengenai:
a. Kegiatan-kegiatan ekonomi dari satuan ekonomi individual. Misalnya konsumen, pemilik sumber daya, pengusaha individual.
b. Arus barang dan jasa dari perusahaan-perusahaan ke konsumen, dan komposisi arus serta penilaian barang-barang yang membentuk arus tersebut.
c. Arus sumber-sumber produksi atau jasa dari pemiliknya ke pengusaha dengan penilaian dan alokasi dari penggunaannya (Tati Suharti. J., Fathorrozi, 2003: 4).
Teori ekonomi menggunakan model yang abstrak untuk menjelaskan fakta yang terjadi secara empirik. Perlu disadari bahwa tidak semua gambaran teoritis tadi sesuai dengan fenomena dalam dunia nyata. Dengan demikian, teori ekonomi dapat digunakan untuk menjelaskan masalah empirik yang dihadapi melalui langkah awal mengaitkan masalh tersebut dengan sekian banyak fakta yang telah dihimpun oleh teori ekonomi.
Peranan ilmu ekonomi mikro dapat dipergunakan sebagai dasar untuk membuat ramalan (basic for predication), tetapi tidak dapat dijadikan sebagai teori untuk meramalkan sesuatu yang akan datang, melaikan sebagai ramalan bersyarat. Kita sering mengetahui bahwa apabila ada suatu kebijaksanaan, maka beberapa akibat akan terjadi. Disitulah Ilmu Ekonomi mikro dapat dipergunakan. Sebagai contoh dapat ditemukan disini, dalam
(16)
model permintaan kita dapat menjelaskan bahwa apabila terjadi penurunan harga suatu barang maka permintaan terhadap barang tersebut mengalami perubahan (Tati Suharti. J., Fathorrozi, 2003: 5)
Masalah ekonomi timbul karena disatu sisi kebutuhan manusia relatif tidak terbatas berhadapan dengan alat pemuas kebutuhan manusia yang relatif terbatas. Karena adanya kelangkaan ini, kemudian manusia melakukan tindakan mengadakan pemilihan terhadap berbagai alternatif yang ada untuk mendapatkan keuntungan. Timbulnya perilaku konsumen adalah sama-sama disebabkan oleh keterbatasan.
2. Pasar (Market)
Pada mulanya, istilah pasar berarti tempat pertemuan pembeli dan penjual untuk menukarkan barang-barang mereka, seperti alun-alun desa. Ekonomi menggunakan istilah pasar untuk mengartikan kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi dalam tipe produk tertentu, seperti pasar perumahan atau pasar beras. Akan tetapi pemasar memandang penjual sebagai industri dan pembeli sebagai pasar (Kotler, dan Armstrong, 2001:1).
Tujuan pemasaran adalah memahami kebutuhan dan keinginan suatu pasar tertentu dan memilih pasar yang dapat mereka layani dengan baik. Selanjutnya, mereka dapat mengembangkan produk dan jasa yang akan menciptakan nilai dan kepuasan bagi pelanggan dalam pasar tersebut, yang kemudian menghasilkan penjual dan laba bagi pearusahaan (Kotler, dan Armstrong, 2001: 2).
(17)
Peran pasar sangat penting dalam perekonomian karena mampu menunjang pembangunan negara. Kotler (2005) menjelaskan bahwa pasar merupakan kumpulan seluruh pembeli dan potensial atas tawaran pasar tertentu. Pasar dapat membantu pembangunan dengan menyediakan barang dan jasa bagi produsen, konsumen maupun pemerintah. Pasar dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara yang berasal dari pajak dan retribusi. Penyerapan tenaga kerja dapat mengurangi pengangguran yang merupakan keuntungan lainnya yang diperoleh negara dengan keberadaan pasar (Kotler, dan Armstrong, 2001: 3).
Peraturan Presiden RI No. 112 Tahun 2007, menyebutkan bahwa pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar tradisional, pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Kesimpulan penting dari definisi pasar yang harus dicermati adalah :
1. Tempat bertemunya penjual dan pembeli 2. Penjual dan pembeli saling membutuhkan dan
3. Terjadi interaksi dan dan kesepakatan antara penjual dan pembeli 3. Perilaku Konsumen
Menurut James F. Engel (Freddy Rangkuti, 2002: 1), perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut.
(18)
Dalam perkembangan konsep pemasaran mutakhir, konsumen ditempatkan sebagai sentral perhatian. Para praktisi maupun akademisi berusaha mengkaji aspek-aspek konsumen dalam rangka mengembangkan strategi pemasaran yang diharapkan maupun meraih pangsa pasar yang tersedia setidaknya ada dua alasan mengapa perilaku konsumen perlu dipelajari, yaitu :
1. Seperti sudah dikatakan diatas, konsumen sebagai titik sentral perhatian pemasaran. Mempelajari apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen pada saat ini merupakan hal yang sangat penting. Memahami konsumen akan menuntun pemasar pada kebijakan pemasaran yang tepat damn efisien. Misalnya saja ketika pemasar mengetahui bahwa konsumen yang menginginkan produknya hanya sebagian kecil saja dari suatu populasi, dan dengan karakteristik yang khusus, maka upaya-upaya pemasaran produk bisa diarahkan dan difokuskan pada kelompok tersebut. Untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen, maka aspek-aspek yang mempengaruhi konsumen secara individu seperti persepsi, cara memperoleh inforrmasi, sikap, demografi, keperibadia dan gaya hidup perlu dianalisis.
2. Perkembangn perdagangan pada saat ini menunjukkan bahwa lebih banyak produk yang ditawarkan daripada permintaan. Kelebihan penawaran ini menyebabkan banyak produk yang tidak terjual atau tidak dikonsumsi oleh konsumen. Kelebihan penawaran tersebut bisa disebabkan oleh faktor seperti kualitas barang tidak layak, memenuhi
(19)
keinginan dan kebutuhan konsumen, atau mungkin konsumen tidak mengetahui keberadaan produk tersebut. Dari tiga faktor penyebab kelebihan penawaran diatas, dua faktor pertama berhubungan langsung dengan konsumen dan faktor yang ketiga disebakan oleh kurangnya produsen dalam mengkomunikasikan produk kepada konsumen. Oleh karena itu sudah selayaknya perilaku konsumen menjadi perhatian penting dalam pemasaran (Sutisna, 2002: 1).
Sumber: Sutisna (Perilaku Konsumen dan Komunukasi Pemasaran, 2002) Gambar 2.2
Model Perilaku Konsumen
Gambar 2.2 mennunjukkan adanya interaksi antara pemasar dengan konsumennya. Komponen pusat dari model ini adanya pembuatan keputusan konsumen yang terdiri atas proses merasakan dan mengevaluasi informasi merek produk, mempertimbangkan bagaimana alternatif merek
(20)
dapat memenuhi kebutuhan konsumen, dan pada akhirnya memutuskan merek apa yang akan dibeli.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen. Faktor pertama adalah konsumen individual. Artinya, pilihan untuk membeli sesuatu produk dengan merek tertentu dipengaruhi oleh hal-hal yang ada pada diri konsumen.
Faktok kedua yaitu lingkunagn yang mempengaruhi konsumen. Pilihan-pilihan konsumen terhadap merek dipengaruhi oleh lingkungan yang mengitarinya.
Faktor yang ketiga yaitu stimulasi pemasaran atau juga disebut strategi pemasaran. Strategi pemasaran yang banyak dibahas adalah satu-satunya variabel dalam model ini yang dikendalikan oleh pemasar (Susinta, 2002: 2)
4. Faktor Utama yang Mempengaruhi Perilaku Pembelian
Para konsumen membuat keputusan tidak dalam sebuah tempat yang terisolasi dari lingkungan sekitar. Perilaku pembelian mereka sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a. Faktor Kebudayaan
Faktor-faktor kebudayaan memberikan pengaruh paling luas pada keinginan dan perilaku konsumen. Adapun komponen dari faktor kebudayaan adalah sebagai berikut:
(21)
Budaya (Culture)
Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Perilaku manusia dipelajari secara luas. Ketika tumbuh dalam suatu masyarakat, seorang anak mempelajari nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku dari keluarga dan institusi penting lainnya.
Subkebudayaan
Setiap budaya terdiri dari subbudaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri dan sosialisasi khusus anggota-anggotanya. Subbudaya terdiri dari bangsa, agama, kelompok, ras, dan daerah geografis. Banyak subbudaya yang membentuk segmen pasar penting dam pemasar sering merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Kelas Sosial
Adalah sebuah kelompok yang relatif lebih lebih homogen dan bertahan lama dalam dalam sebuah masyarakat, yang sama (Freddy Rangkuti, 2002: 1).
b. Faktor Sosial
Perilaku seseorang konsumen juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial. Seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran dan status.
Kelompok Acuan
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok. Kelompok acuan (reference groups) berfunsi sebagai titik banding/referensi
(22)
langsung (tatap muka) atau tidak langsung yang membentuk sikap maupun perilaku seseorang.
Keluarga
Keluarga adalah organisasi (kelompok kecil pembeli) yang paling penting dalam masyarakat. Anggota keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.
Peran dan status
Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang. Setiap peran memiliki status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat. Seseorang seringkali memilih produk yang menunjukan status mereka dalam masyarakat (Freddy Rangkuti, 2002: 2).
c. Faktor Pribadi
Kepuasan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi yang meliputi:
Usia dan tahap siklus hidup
Seseorang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama hidup mereka. Selera berupa makanan makanan, mabel, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan usia. Pembelian juga dibentuk oleh tahap siklus keluarga. Tahap-tahap yang mungkin dilalui keluarga sesuai dengan kedewasaan anggotanya.
(23)
Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi pola konsumsinya. Sebuah perusahaan bahkan dapat mengkhususkan produknya untuk kelompok pekerjaan tertentu.
Keadaan Ekonomi
Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produknya. Pemasar barang yang peka terhadap pendapatan (income sensitive goods) mengamati tren pendapatan, tabungan pribadi dan tingkat bunga. Jika indikator-indikator ekonomi menunjukkan datangnya resesi, orang pemasaran dapat mengambil langkah-langkah untuk merancang ulang, mereposisi, dan menetapkan kembali harga produk mereka dengan cepat.
Gaya Hidup
Adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berintraksi dengan lingkungannya.
Kepribadian dan Konsep diri
Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang mempengaruhi perilaku pembeliannya. Keperibadian adalah karakteristik psikologis yang unik, yang menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten dan menetap (lasting) terhadap lingkungan seseorang.
(24)
Banyak orang pemasaran menggunakan konsep yang berhubungan dengan kepribadian dan konsep diri seseorang. Dasar pemikiran konsep diri adalah bahwa apa yang dimiliki seseorang memberi kontribusi dan mencerminkan identitas mereka; bahwa “kita adalah apa yang kita punya”. Jadi, untuk memahami perilaku konsumen, orang pemasaran pertama kalinya harus memahami hubungan antara konsep diri konsumen denagn apa yang dimilikinya (Freddy Rangkuti, 2002: 3).
d. Faktor Psikologis
Pilihan seseorang untuk membeli dipengaruhi oleh empat faktor psikologis utama, yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan/pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.
Motivasi
Merupakan alasan yang mendasari seseorang untuk melakukan suatu tindakan. Sebuah motif (motive) atau dorongan adalah kebutuhan yang cukup dirangsang untuk mengarahkan seseorang dalam mencari kepuasan.
Presepsi
Adalah proses bagaimana individu memilih mengorganisasikan menginterpretasikan masukan serta informasi untuk menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Seseorang yang memotivasi siap dipengaruhi oleh persepsinya atas situasi tertentu. Persepsi ini tidak
(25)
hanya tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan individu yang bersangkutan.
Pengetahuan/pembelajaran
Pada saat seseorang bertindak, mereka belajar. Belajar menggambarkan perubahan perilaku seseorang individu. Perubahan yang bersumber dari pengalaman.
Keyakian dan Sikap
Keyakinan adalah pemikiran deskriptif tentang suatu hal yang dianut oleh seseorang.
Sikap adalah evaluasi, perasaan emosional, dan kecendrungan tindakan atas beberapa obyek atau gagasan (Freddy Rangkuti, 2002: 4).
5. Teori Perilaku Konsumen
Secara historis, teori niali guna (utility) merupakan teori yang terlebih dahulu dikembangkan untuk menerangkan kelakuan individu dalam memilih barang-barang yang akan dibeli dan dikonsumsinya. Dapat dilihat bahwa analisis tersebut telah memberikan gambaran yang cukup jelas tentang prinsip-prinsip pemaksimum kepuasan yang dlakukan oleh orang-orang yang berfikir secara rasional dalam memilih berbagai barang keperluan. Akan tetapi, telah lama orang melihat suatu kelemahan penting dalm teori tersebut, yaitu: menyatakan kepuasan dalam angka-angka adalah sesuatu yang tidak mudah diukur. Untuk menghindari kelemahan ini Sir
(26)
John R Hick telah mengembangkan suatu pendekatan baru untuk mewujudkan prinsip memaksimuman kepuasan oleh seorang konsumen yang mempunyai pendapatan terbatas. Analisis ini dikenal sebagai analisis kurva kepuasan sama, yang meliputi penggambaran dua macam kurva, yaitu kurva kepuasan sama dan garis anggaran pengeluaran (Sadono Sukirno, 2005: 1)
Pada prinsip yang dibicarakan dalam perilaku konsumen adalah bagaimana fungsi permintaan itu dibentuk. Dalam hal ini ada empat pendekatan yang membicarakan bagaimana fungsi permintaan itu terbentuk, yaitu: pendekatan kardinal (cardinal approach), pendekatan ordinal (ordinal approach), pendekatan preference, dan pendekatan atribute.
a. Pendekatan Kardinal
Menurut pendekatan ini, daya guna dapat diukur dengan satuan uang, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna bergantung pada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, makaakan semakin diminati. Asumsi dari pendekatan ini adalah :
1. Konsumen rasional. Konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
2. Diminishing marginal utility, artinya tambahan utilitas yang diperoleh konsumen semakin menurun dengan bertambahnya konsumsi dari komoditas tersebut.
(27)
3. Pendapatan konsumen tetap.
4. Constan marginal utility of money, artinya uang mempunyai nilai subyektif yang tetap.
5. Total utility adalah additive dan independent. Additive artinya daya guna dari sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan independent mengandung pengertian bahwa daya guna � tidak dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang � , � , � ,... �� dan sebaliknya.
b. Pendekatan Ordinal
Dalam pendekatan ini daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang.
1. indifference curve
Pilihan konsumen tersebut banyak sekali. Sehingga dapat dibangun indifferences curve yang tidak terhingga banyaknya. Seperti pada gambar berikut ini. Titik kepuasan konsumen yang paling tinggi adalah titik T (Bliss Point) yang menggambarkan bahwa konsumen telah mengkonsumsi jumlah barang X dan Y tidak terhingga.
Gambar 2.3 berikut mendeskrifsikan bahwa indifferences curve mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
(28)
a. Turun dari kiri atas ke kanan bawah. Implikasinya apabila konsumen ingin menambah konsumsi barang X harus mengurangi barang Y apabila kepuasan yang diperoleh tetap sama. Jadi, antar barang harus terjadi trade off atau saling meniadakan.
b. Cembung ke arah titk origin. Hal ini disebabkan oleh adanya MRS (Marginal Rate Of Subtitutions), yakni kesedaan konsumen untuk melepaskan satu-satuan barang X untuk mendapatkan satu-satuan barang Y dengan tingkat kepuasan yang sama. � = �� /�� = � /� .
Sumber : Sadono Sukirno (Teori Ekonomi Mikro 2005) Gambar 2.3
Indifferance Curve
Indifference curve cembung ke arah titik origin (titik nol) mempunyai implikasi bahwa semakin lama penggantiannya semakin
(29)
banyak, artinya semakin langka suatu barang maka semakin banyak barang lain yang ditukarkan untuk memdapatkan barang tersebut.
2. Garis Anggaran ( Budget Line)
Keterbatasan pendapatan konsumen digambarkan dengan Budget Line, atau garis yang menunjukan berbagai kombinasi dari dua macam barang yang berbeda yang dapat dibeli oleh konsumen dengan pendapatan yang terbatas.
Sumber : Sadono Sukirno (Teori Ekonomi Mikro, 2005) Gambar2.4
Budget Line
Berdasarkan gambar 2.4 diatas dijelaskan bahwa semakin dekat dengan titik origin, berarti semakin kecil pengeluaran yang harus
(30)
dikeluarkan oleh konsumen. Perubahan pada harga dan pendapatan akan menyebabkan perubahan pada budget line. Perubahan pada budget line bergeser apabila harga X naik maka semakin sedikit barang X yang dapat dibeli dengan anggaran yang sama, sehingga budget line akan berputar searah jarum jam.
Apabila pendapatan yang berubah akan menyebabkan pergeseran pada budget line. Budget line bergeser ke kiri bila pendapatan semakin kecil berarti semakin sedikit barang X dan Y yang dapat dibeli.
c. Pendekatan Atribut
Pendekatan ini mempunyai pandangan bahwa konsumen dalam membeli produk tidak hanaya karena daya guna dari produk tersebut, tetapi karena karakteristik atau atribut-atribut yang disediakan oleh produk tersebut. Apabila terjadi perubahan pendapatan, maka ada dua kemungkinan yang terjadi tergantung dari produk yang dibeli apakah barang normal atau superrior atau barang inferior.
Jika pendapatan meningkat barang yang dibeli juga meningkat jumlahnya, bila barang yang dbeli barang normal atau superior. Tetapi jika yang dibeli barang inferior, maka konsumen akan beralih ke merek lain.
Pengaruh pendapatan bisa positif bisa juga negatif tergantung dari daya guna marginal relatif yang diperoleh konsumen dari atribut-atribut yang ada. Ketika daya guna marginal dari atribut mendekati 0, maka atribut
(31)
menjadi inferior dan produk berisi rasio yang relatif tinggi dari atribur-atribut yang menjadi inferior.
6. Kualitas Produk
Untuk berhasil dalam merebut pangsa pasar perusahaan harus mengatahui seberapa besar kepuasan yang diperoleh konsumen. Kepuasan pelanggan (customer satisfaction) bergantung pada perkiraan kinerja produk dalam memberikan nilai, relatif terhadap harapan pembeli. Jika kinerja produk jauh lebih rendah dari harapan pelanggan (pembeli) tidak memuaskan. Jika kinerja sesuai dengan harapan, pembeli lebih senang. Perusahaan pemasaran terkemuka akan mencari cara sendiri untuk mempertahankan kepuasan pelanggannnya. Pelanggan yang merasa puas akan kembali membeli, dan mereka akan memberi tahu yang lain tentang pengalaman baik mereka dengan kinerja perushaan. Perusahaan yang pintar bermaksud untuk memuaskan kemudian memberikan memberikan lebih banyak dari yang mereka janjikan.
Kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kualitas. Beberapa tahun yang belakangan ini, banyak perusahaan yang mengadopsi program manajemen mutu total (total quality management/TQM), yang dirancang untuk perbaikan berkelanjutan produk, jasa, dan proses pemasaran mereka. Mutu mempunyai pengaruh langsung terhadap kinerja produk dan dengan demikian terhadap kepuasan pelanggan (Kotler, dan Armstrong, 2001:4).
(32)
7. Harga
Dalam arti yang paling sempit, harga ( price ) adalah jumlah uang yang dibebankan atas suatu produk dan jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah dari seluruh nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa tersebut. Dimasa lalu, harga telah menjadi faktor penting yang mempengaruhi pilihan pembeli. Hal ini masih berlaku dalam negara-negara miskin, diantara orang-orang miskin, dan pada produk-produk komoditas. Namun faktor-faktor nonharga telah menjadi lebih penting dalam perilaku memilih pembeli pada dasawarsa- dasawarsa terakhir ini (Kotler, dan Armstrong, 2001: 5).
Harga adalah satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan: semua elemen lainnya hanya mewakili harga. Harga juga salah satu elemen yang paling fleksibel dari bauran pemasaran. Tidak seperti sifat-sifat produk dan komitmen jalur distribusi, harga dengan baik. Kesalahan-kesalahan yang biasa terjadi adalah penempatan harga tidak cukup direvisi untuk merefleksikan perubahan pasar; penetapan harga yang tidak bervariasi untuk produk-produk, segmen pasar, dan tujuan pembelian yang berbeda (Kotler, dan Armstrong, 2001: 6).
(33)
8. Pelayanan
Tugas seorang pemasaran tidak berakhir ketika produknya dibeli orang. Setelah membeli produk tersebut, konsumen bisa puas bisa juga tidak puas dan dan akan terlibat dalam perilaku pasca pembelian (postpurchase bihaviour) yang tetap menarik bagi orang pemasaran. Jika produk gagal memenuhi harapan, konsumen kecewa; jika harapan terpenuhi, konsumen puas; jika harapan terlampaui, konsumen amat puas.
H3 : Pelayanan Berpengaruh Secara Positif Terhadap Minat Beli 9. Minat Beli Konsumen
Produsen sebagai pihak yang menawarkan barang atau jasa, saling bersaing untuk merebut konsumen. Maka apabila individu mempunyai minat membeli terhadap suatu barang atau jasa, menunjukkan bahwa individu itu memiliki suatu perhatian dan rasa senang pada barang atau jasa tersebut.
Dengan demikian minat adalah gejala psikologis yang menunjukkan adanya kepuasan motif yang mendorong individu untuk memusatkan perhatiannya dan bersifat aktif terhadap suatu obyek demi mencapai tujuan atau harapan yang disertai dengan perasaan senang (Kotler, dan Armstrong, 2001: 8).
(34)
B. Penelitian Terdahulu
Dari penelitian terdahulu di dapatkan hasil penelitian sebagai berikut, dimana masing-masing peneliti mempunyai sudut pandang yang berbeda dalam penelitian mereka.
1. Ezra Abraham Purba tahun 2012 Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Promosi dan Pelayanan Terhadap Minat Beli Konsumen Matahari Departemen Store Tunjungan Plaza”. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:
a. Dengan menggunakan program statistik ditemukan bahwa hasil dari analisis regresi, maka di dapat korelasi antara variabel pelayanan Iklan dan pelayanan secara bersama- sama dengan minat beli adalah 0.340, dengan signifikansi 0.003. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan antara iklan terhadap minat beli.
b. Uji signifikan yang menggunakan uji t, ditemukan bahwa pelayanan mendapatkan hasil 0.0003 dan promosi 0.000. Karena signifikansi pelayanan <0.005 maka Ho ditolak, yang berarti Ha diterima. Karena signifikansi pelayanan <0.05 maka Ho ditolak, yang berarti Ha diterima.Artinya koefiensi regresi pelayanan 0.000 sigifikan, karena sama-sama <0.05 berarti ada hubungan antara iklan dan pelayanan terhadap minat beli konsumen.
(35)
Persamaan penelitian saat ini dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh pelayanan terhadap minat beli, sedangkan perbedaannya yaitu terletak pada metode penelitiannya karena peneliti terdahulu meneliti 2 variabel bebas yaitu iklan dan brand image, peneliti saat ini meneliti 3 variabel bebas yaitu kualitas produk, harga, dan pelayanan.
2. Rizky Amalina Bachriansyah (2011) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Daya Tarik Iklan, dan Persepsi Harga Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Produk Ponsel Nokia (Studi Kasus Pada Masyarakat di Kota Semarang)“. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden dengan menggunakan teknik purposive sampling.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kualitas produk, daya tarik iklan, dan persepsi harga berpengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen. Penelitian ini memiliki kesamaan dalam menganalisis pengaruh kualitas Produk dan harga terhadap minat beli.
3. Lia Natalia (2010) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Faktor Persepsi Yang Mempengaruhi Minat Konsumen Untuk Berbelanja Pada Giant Hypermarket Bekasi”. Sampel yang diambil sebanyak 100 responden dengan menggunakan teknik accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, secara bersama-sama variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga, pelayanan, kenyamanan berbelanja dan promosi berpengaruh terhadap minat konsumen untuk
(36)
berbelanja. Secara parsial variabel lokasi, kelengkapan produk, kualitas produk, harga dan promosi berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja, sedangkan variabel pelayanan dan kenyamanan tidak berpengaruh terhadap minat konsumen untuk berbelanja. Penelitian ini memiliki kesamaan dalam menganalisis pengaruh kualitas produk, harga, dan pelayanan terhadap minat beli.
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pikir penelitian menggambarkan hubungan dari variabel independen, dalam hal ini adalah Kualitas Produk (X1), Harga (X2), dan Pelayanan (X3), terhadap variabel dependent yaitu Minat Beli (Y). Adapun kerangka pemikiran yang digunakan adalah sebagai berikut:
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
Kualitas Produk
Harga
Pelayanan
(37)
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara atau dugaan yang paling memungkinkan yang masih harus dicari kebenarannya. Berdsarkan rumusan masalah dan tujuan dalam penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga Kualitas Produk memberikan pengaruh piositif terhadap minat beli konsumen terhadap barang bekas di Pasar Klithikan Pakuncen. 2. Diduga Harga memberikan pengaruh piositif terhadap minat beli
konsumen terhadap barang bekas di Pasar Klithikan Pakuncen.
3. Diduga Pelayanan memberikan pengaruh piositif terhadap minat beli konsumen terhadap barang bekas di Pasar Klithikan Pakuncen.
4. Diduga Kualitas Produk, Harga, dan Pelayanan memberikan pengaruh piositif terhadap minat beli konsumen terhadap barang bekas di Pasar Klithikan Pakuncen.
(38)
35
A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005).
1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang menjadi pusat perhatian penelitian (Augusty Tae Ferdinand, 2006). Variabel dependen yaitu variabel yang nilainya tergantung dari variabel lain, dimana nilainya akan berubah jika variabel yang mempengaruhinya berubah. Variabel dependen sering pula disebut variabel respon yang dilambangkan dengan Y. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah minat beli konsumen (Y).
2. Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya negatif (Augusty Tae Ferdinand, 2006). Variabel independen sering disebut predikator yang dilambangkan dengan X. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
(39)
1. Kualitas Produk (X1) 2. Harga (X2)
3. Pelayanan (X3)
3. Definisi Operasional
Sementara definisi operasional variabel merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan memberi arti atau
menspesifikkan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Sugiyono, 2001 dalam Aldaan Faikar Annafik, 2012).
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional, yaitu: a. Minat Beli (Y)
Minat beli adalah perilaku konsumen dimana komsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk (Kotler dan Keller, 2003 dalam Aldaan Faikar Annafik, 2012).
b. Kualitas Produk
Nilai suatu produk (jasa) yang diberikan dalam pemenuhan kebutuhan dan kepuasan bagi yang menggunakannya (Kotler dan Amstrong, 2001).
(40)
c. Harga
Harga adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa (Kotler dan Amstrong, 2001).
d. Pelayanan
Posisi dimana dalam trading area tempat pedagang eceran beroperasi (Lewinson, 1994 dalam Aldaan Faikar Annafik, 2012).
B. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian, karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Augusty Tae Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini populasinya adalah calon konsumen yang berkunjung (atau pernah berkunjung) ke Pasar Klithikan Pakuncen di jalan HOS. Cokroaminoto No 34 Kec. Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
2. Sampel
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini di ambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu dibentuk sebuah perwakilan yang disebut sampel (Augusty Tae Ferdinand, 2006). Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang sedang berkunjung dan akan melakukan pembelian barang bekas di pasar Klithikan Pakuncen.
(41)
Metode pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Rao Purba dalam Widiyanto, 2008).
n =4 ����2 2 Dimana:
n = Jumlah Sampel
Z = Tingkat Distribusi Normal
Moe = Margin of Error Max, yaitu tingkat kesalahan maksimal pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi atau yang diinginkan.
Dengan menggunakan margin of error max sebesar 10%, maka jumlah sample minimal yang dapat diambil sebesar:
n =4 ,, 962 2
= 96,04 atau 96; dan dibulatkan menjadi 100
Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel yang akan digunakan sebanyak 96,04 responden dan dibulatkan menjadi 100 responden. Karena dasar itulah peneliti menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 responden.
(42)
3. Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik probability sampling, yaitu metode sampling yang tidak memberi kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap unsur atau populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2005). Sedangkan jenis non probability sampling yang digunakan adalah accidental sampling, yaitu teknik sampling berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data. Dalam penelitian ini konsumen yang dipilih sebagai responden adalah konsumen yang sedang berkunjung dan akan melakukan pembelian terhadap barang bekas di pasar “klithikan Pakuncen”.
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk menyusun skripsi ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1. Data Primer
Data Primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perseorangan langsung dari obyeknya. Data primer ini berupa data:
1. Identitas responden
2. Persepsi responden mengenai minat beli 3. Persepsi responden mengenai kualitas produk
(43)
4. Persepsi responden mengenai harga produk 5. Persepsi responden mengenai pelayanan
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung (ada perantara) baik berupa keterangan maupun literature yang ada hubungannya dengan penelitian ini, dari berbagai sumber bacaaan diantaranya adalah buku, jurnal dan media informasi lain. Data sekunder berupa kutipan yang diambil dari sumber- sumber yang diperoleh. Dalam penelitian ini data diperoleh dari pasar Klithikan Jalan HOS. Cokroaminoto No.34, Kec. Kasihan, Bantul, Yogyakarta.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner dibuat dengan menggunakan pertanyaan terbuka, yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan untuk menjelaskan identitas responden, dan pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang meminta responden untuk memilih salah satu jawaban yang tersedia dari setiap pertanyaan. Pertanyaan dalam kuesioner dibuat dengan menggunakan skala Likert dari pertanyaan yang diberikan kepada responden, yaitu:
STS = Sangat Tidak Setuju diberi skor 1
TS = Tidak Setuju diberi skor 2
(44)
S = Setuju diberi skor 4
SS = Sangat Setuju diberi skor 5
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan oleh seorang peneliti untuk mengetahui sejauh mana suatu variabel mempengaruhi variabel lain. Tujuan metode analisis data adalah untuk menginterpretasikan dan menarik kesimpulan dari sejumlah data yang terkumpul. Agar data yang telah dikumpulkan dapat bermanfaat bagi peneilitian, maka data yang diperoleh harus diolah dan dianalisis terlebih dahulu sehingga dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan.
1. Analisis Deskriptif
Analisis ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai jawaban responden terhadap variabel-variabel penelitian yang digunakan. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan nilai rata-rata, untuk menggambarkan persepsi responden atas item-item pertanyaan yang diajukan.
Teknik skoring yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan skala Likert dengan skor minimum 1 dan skor maksimum 5, maka perhitungan indeks jawaban responden dilakukan dengan rumus berikut:
(45)
Dimana:
F1 adalah frekuensi responden yang menjawab 1 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan.
F2 adalah frekuensi responden yang menjawab 2 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan.
F3 adalah frekuensi responden yang menjawab 3 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan.
F4 adalah frekuensi responden yang menjawab 4 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan.
F5 adalah frekuensi responden yang menjawab 5 dari skor yang digunakan dalam daftar pertanyaan.
Angka jawaban responden tidak berawal dari angka 0, tetapi mulai dari angka 1 hingga 5, maka penghitungan nilai indeks jawaban akan berawal dari angka 20 hingga 100 dengan rentang sebesar 80, tanpa angka 0. Dengan menggunakan kriteria tiga kotak (Three-box Method), maka rentang 80 dibagi tiga akan menghasilkan rentang sebesar 26,67. Rentang sebesar 26,67 tersebut yang digunakan sebagai dasar interpretasi nilai indeks sebagai berikut :
20,00 – 46,67 = Rendah
46,68 – 73,34 = Sedang
(46)
Dengan dasar ini, peneliti menentukan indeks persepsi responden terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantiatif adalah bentuk analisa yang menggunakan angka - angka dan perhitungan dengan metode statistik untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian yang telah diajukan sebelumnya. Metode analisis ini digunakan pada data yang diperoleh dari hasil jawaban kuesioner dan dilakukan untuk menganalisis data yang berbentuk angka-angka dan perhitungan dengan metode statistik. Data tersebut harus diklasifikasikan dalam kategori tertentu dengan menggunakan tabel-tabel tertentu untuk memudahkan dalam menganalisis, untuk itu akan digunakan program software SPSS (Statistical Package for Social Science) yang berfungsi untuk menganalisis data, melakukan perhitungan statistik baik untuk statistik parametrik maupun nonparametrik dengan basis windows (Imam Ghozali, 2005). Dalam penelitian ini akan menggunakan program SPSS for Windows version 22. Adapun alat analisis yang digunakan antara lain sebagai berikut :
1. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
(47)
Pengukuran validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan coefficient corelation pearson yaitu dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Imam Ghozali, 2005). Uji validitas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (Correlated Item Total Correlation) dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – k, dalam hal ini n adalah jumlah sampel k adalah jumlah variabel independen.
Hasil �ℎ� �� > r tabel (0,198) = valid
Hasil �ℎ� �� < r tabel (0,198) = tidak valid
Hasil validitas dapat dilihat pada output Alpha Cronbach pada kolom Corrected Item – Total Correlation. Bandingkan nilai Correlated Item – Total Correlation dengan hasil perhitungan r tabel. Jika r hitung > r tabel dan nilai positif, maka butir pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Imam Ghozali, 2005).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuisioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara one shot (pengukuran sekali saja). Disini pengukuran hanya dilakukan dengan pertanyaan lain atau
(48)
mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Alpha Cronbach.
Suatu variabel dikatakan reliabel, apabila (Imam Ghozali,2005):
Hasil Alpha Cronbach> 0,60 = reliabel
Hasil Alpha Cronbach < 0,60 = tidak reliable
2. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dalam penelitian ini digunakan dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari data sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari data normal. Sedangkan dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas data adalah (Imam Ghozali, 2005):
1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
(49)
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yanglain (Imam Ghozali, 2005). Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas (Imam Ghozali, 2005). Deteksi ada tidaknya problem heteroskedastisitas adalah dengan media grafik, apabila grafik membentuk pola khusus maka model terdapat heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2005).
Dasar pengambilan keputusan untuk uji heteroskedastisitas :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik yang ada membentuk pola tertentu teratur (bergelombang, melebur kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3. Uji Multikolinearitas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-variabel bebas (Imam Ghozali, 2005). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Jika variabel bebas saling
(50)
berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel bebas yang yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas sama dengan nol. Sebagai dasar acuannya dapat disimpulkan: 1. Jika nilai tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10, maka dapat disimpulkan
bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
2. Jika nilai tolerance < 0,1 dan nilai VIF > 10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
A.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas (terikat) atas perubahan dari setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas yang akan mempengaruhi variabel
terikat (Sugiyono,2005).
Rumus :
= + � + 2�2 + � + � Dimana:
Y : Minat Beli
(51)
, 2, : Koefisien Regresi
� : Kualitas Produk
�2 : Harga
� : Pelayanan
� : Likasi
e : error
pengujian hipotesis dilakukan melalui :
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Imam Ghozali, 2005).
b. Uji t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel independen (Imam Ghozali, 2005). Untuk menguji apakah masing-masing
(52)
variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat secara parsial dengan = 0.05 dan juga penerimaan atau penolakan hipotesa, maka cara yang dilakukan adalah :
1. jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima atau Ha ditolak, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen. 2. jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak atau Ha
diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen.
c. Uji F
Uji F menunjukan apakah variabel (bebas) yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh semuaa variabel indeenden yang dimasukkan ke dalam model regresi secara bersama-sama terhadap variabel dependen yang di uji pada tingkat signifikan 0.05 (Imam Ghozali, 2005).
Menurut (Santoso Singgih, 2004) dasar pengambilan keputusan adalah : 1. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka Ho diterima atau Ha
ditolak, ini berarti menyatakan bahwa semua variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara besama-sama terhadap variabel dependen.
(53)
2. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak atau Ha diterima, ini berarti menyatakan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh secara besama-sama terhadap variabel dependen.
(54)
51
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian
Pasar Klithikan Pakuncen berada di Jln Hos.Jokroatminoto. No. 34 Kec. Kasihan Bantul, Yogyakarta. Pasar ini menampung 718 pedagang, dan dibangun dengan 2 lantai, yang terdiri dari 6 blok. Luas lahan secara keseluruhan 6.842 meter persegi serta total luas bangunan 6.357 meter persegi. Pasar yang di bangun di atas luas lahan dasar 2130meter persegiini dibagi menjadi dua bagian, yaitu lantai pertama merupakan zona A1, B1, B2, C1, C2, dan D1. Lantai ini meruakan pusat dari Pasar Klithikan Pakuncen itu sendiri. Setiap zona mempunyai karakteristik barang dagangan yang berbeda-beda, mulai dari onderdil-onderdil motor atau mobil bekas, barang-barang kuno, tas, sepatu, pakaian (berada sisi timur), dan zona pendukung (makanan) di sisi timur ada di lantai 1. Sementara di lantai dua (zona A2) merupakan kawasan denga barang dagangan handpone dan alat-alat elektronik.
B.
Karakteristik RespondenPada bab ini disajikan mengenai karakteristik responden. Karakteristik respoden berguna untuk mengetahui jawaban atas responden dilihat dari sudut karakteristik responden. Hal ini terkait dengan ketepatan sasaran yang dituju. Informasi yang dapat diperoleh antara lain adalah bedasarkan jenis kelamin, usia dan pendidikan terakhir.
(55)
1. Karakteristik Responden Bedasarkan Jenis Kelamin
Karakteristik responden bedasarkan jenis kelamin dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Presentase
Laki-laki 73 73%
Perempuan 27 27%
Total 100 100%
Sumber: Data di olah (2016)
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin laki-laki berjumlah 73 responden, sedangkan responden perempuan berjumlah 23 responden. Hal ini menunjukan bahwa responden dalam penelitian ini kebanyakan berjenis kelamin laki-laki.
2. Karakteristik Responden Bedasarkan Usia
Karakteristik responden bedasarkan usia dapat diidentifikasi sebagai berikut : Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Usia (Tahun) Frekuensi Presentase (%)
18-25 Tahun 71 71 %
26-35 Tahun 24 24%
36-46 Tahun 5 5%
Total 100 100%
Sumber: Data di olah (2016)
Berdasarkan Tabel 4.2 data penelitian mengenai karakteristik responden bedasarkan usia dapat diketahui bahwa dari 100 responden terdapat responden pada usia 18-25 tahun berjumlah 71 responden, pada usia 26-35 tahun berjumlah 24 responden, pada usia 36-46 tahun berjumlah 5 responden. Hal ini menunjukan bahwa responden berdasarkan usia dalam penelitian ini kebanyakan berusia 18-25 tahun.
(56)
3. Kataretistik Responden Berdasarkan Pendidikan
Karakteristik responden bedasarkan pendidikan dapat diidentifikasi sebagai berikut:
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan Terakhir Frekuensi Presentase (%)
Lulus SD 12 12%
Lulus SMP 3 3%
Lulus SMU 72 72%
Lulus S1 9 9%
Lulus Pasca Sarjana (S2, S3)
4 4%
Sumber: Data di olah (2016)
Berdasarkan Tabel 4.3 kriteria responden berdasarkan pendidikan terakhir yaitu, SD berjumlah 12 responden, SMP berjumlah 3 responden, SMU berjumlah 72 responden, Sarjan (S1) berjumlah 9 responden dan Pasca Sarjana (S2, S3) berjumlah 4 responden. Hal ini menunjukan bahwa responden berdasarkan pendidikan terakhir kebanyakan lulusan SMU.
(57)
54 A. Uji Kualitas Instrumen dan Data
Penelitian yang dilakaukan pada variabel ini menggunakan data primer dengan menggunakan instrument salah satunya kuesioner, untuk itu harus dilakukan uji kualitas data. Uji kualiditas data melewati beberapa tahap yakni dengan uji validitas dan uji reliabilitas. Uji instrument yang dilakukan pada 100 responden dengan menggunakan SPSS versi 22. Hal itu untuk membuktikan apakah instrumen kuesioner yang digunakan valid dan reliabel atau tidak. Suatu kuisioner dikatakan valid apabila pertanyaan maupun pernyataan pada kuesioner mampu menggungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut.
1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut.
Metode pengambilan sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Rao Purba dalam Widiyanto, 2008).
(58)
Moe = Margin of Error Max, yaitu tingkat kesalahan maksimal pengambilan sampel yang masih dapat ditoleransi atau yang diinginkan.
Dengan menggunakan margin of error max sebesar 10%, maka jumlah sample minimal yang dapat diambil sebesar :
n =4 ,, 962 2
= 96,04 atau 96 dan dibulatkan menjadi 100
Berdasarkan hasil perhitungan, maka jumlah sampel yang akan digunakan sebanyak 96,04 responden dan dibulatkan menjadi 100 responden. Karena dasar itulah peneliti menentukan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 100 responden.
Pengukuran validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan coefficient corelationpearson yaitu dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor (Imam Ghozali, 2005). Uji validitas dapat dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung (Correlated Item Total Correlation) dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n – k, dalam hal ini n adalah jumlah sampel k adalah jumlah variabel independen.
Hasil �ℎ� �� > r tabel (0,198) = valid
(59)
Hasil validitas dapat dilihat pada output Alpha Cronbach pada kolom Corrected Item – Total Correlation. Bandingkan nilai Correlated Item – Total Correlation dengan hasil perhitungan r tabel. Jika r hitung > r tabel dan nilai positif, maka butir pernyataan atau indikator tersebut dinyatakan valid (Imam Ghozali, 2005).
Berdasarkan hasil uji dari data peneliti dengan menggunakan SPSS versi 22 diperoleh hasil uji validitas terhadap masing-masing pernyataan yang digunakan untuk mengukur varibel minat beli, kualitas produk, harga dan pelayanan.
a. Variabel Minat Beli
Tabel 5.1 Hasil Uji Validitas Item
pernyataan
r person
correlatin r tabel Signifikan Keterangan
Q1 0.738** 0.198 0.000 Valid
Q2 0.705** 0.198 0.000 Valid
Q3 0. 798** 0.198 0.000 Valid
Q4 0. 772** 0.198 0.000 Valid
Q5 0. 724** 0.198 0.000 Valid
Sumber: Data Primer, diolah dengan SPSS 22 (2016)
Hasil regresi uji validitas pada variabel minat beli menunjukan bahwa �ℎ� ��> r tabel (0.198), dan nilai signifikansi hasil uji validitas pada tabel 5.1 lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian dapat dinyatakan masing-masing pernyataan untuk variabel minat beli (Y) valid dan dapat digunakan pada uji instrument selanjutnya.
(60)
b. Variabel Kualitas Produk
Tabel 5.2 Hasil Uji Validitas Item
pernyataan r person correlatin r tabel Signifikan Keterangan
Q1 0. 730** 0.198 0.000 Valid
Q2 0. 706** 0.198 0.000 Valid
Q3 0. 695** 0.198 0.000 Valid
Q4 0. 703** 0.198 0.000 Valid
Q5 0. 569** 0.198 0.000 Valid
Sumber: Data Primer, diolah dengan SPSS 22 (2016)
Hasil regresi uji validitas pada variabel minat beli menunjukan bahwa �ℎ� ��> r tabel (0.198), dan nilai signifikansi hasil uji validitas pada tabel 5.2 lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian dapat dinyatakan masing-masing pernyataan untuk variabel kualitas produk (X1) valid dan dapat digunakan pada uji instrument selanjutnya.
c. Variabel Harga
Tabel 5.3 Hasil UjiValiditas Item
pernyataan
r person
correlatin r tabel Signifikan Keterangan
Q1 0.782** 0.198 0.000 Valid
Q2 0.795** 0.198 0.000 Valid
Q3 0. 702** 0.198 0.000 Valid
Q4 0. 704** 0.198 0.000 Valid
Q5 0. 670** 0.198 0.000 Valid
Sumber: Data Primer, diolah dengan SPSS 22 (2016)
Hasil regresi uji validitas pada variabel minat beli menunjukan bahwa �ℎ� ��> r tabel (0.198), dan nilai signifikansi hasil uji validitas pada tabel 5.3 lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian dapat dinyatakan masing-masing pernyataan untuk variabel harga (X2) valid dan dapat digunakan pada uji instrument selanjutnya.
(61)
d. Variabel Pelayanan
Tabel 5.4 Hasil Uji Validitas
Item pernyataan r person
correlatin r tabel Signifikan Keterangan
Q1 0.751** 0.198 0.000 Valid
Q2 0.721** 0.198 0.000 Valid
Q3 0.652** 0.198 0.000 Valid
Q4 0.619** 0.198 0.000 Valid
Q5 0.588** 0.198 0.000 Valid
Sumber: Data Primer, diolah dengan SPSS 22 (2016)
Hasil regresi uji validitas pada variabel minat beli menunjukan bahwa �ℎ� ��> r tabel (0.198), dan nilai signifikansi hasil uji validitas pada tabel 5.4 lebih kecil dari 0.05. Dengan demikian dapat dinyatakan masing-masing pernyataan untuk variabel pelayanan (X3) valid dan dapat digunakan pada uji instrument selanjutnya.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah pengujian untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan cara one shot (pengukuran sekali saja). Disini pengukuran hanya dilakukan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. Alat untuk mengukur reliabilitas adalah Alpha Cronbach.
(62)
Hasil Alpha Cronbach> 0,60 = reliabel
Hasil Alpha Cronbach < 0,60 = tidak reliable
Bila dari hasil uji instrument diperoleh nilai Cronbach Alpha > 0.60 maka instrument yang digunakan reliabel. Untuk tingkat interpretasi nilai hasil perhitungan cronbach Alpha disajikan pada tabel 5.5 berikut ini:
Tabel 5.5
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Variabel Cronbach Alpha keterangan
Minat Beli 0.802 Reliabel
Kualitas Produk 0.700 Reliabel
Harga 0.780 Reliabel
Pelayanan 0.687 Reliabel
Sumber: Data Primer, diolah dengan SPSS 22 (2016)
Dari hasil pengujian uji reliabilitas ke tiga variabel pada tabel 5.5 diperoleh hasil perhitungan koefisien Cronbach Alpha > 0.60. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua pernyataan baik varibel dependen adalah reliabel.
B. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) a. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji hipotesis dengan memakai uji t, uji F, dan R2 perlu dilakukan terlebih dahulu uji asumsi klasik yang terdiri dari uji data heteroskedastisitas, uji normalitas, dan uji multikoliniearitas. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap
(63)
asumsi klasik. Uji ini merupakan persyaratan yang harus dipenuhi pada anlisis regresi linear berganda yang berbasis ordinary least square (OLS). a. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah varian residual dalam model regresi tidak homogen.Uji untuk mendeteksi adanya gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glejser.Uji Gletser dilakukan dengan meregresikan absolut residual dengan variabel independen.Model regresi yang baik adalah yang memenuhi syarat homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011:139). Model dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas jika probabilitas lebih besar dari taraf signifikansi 5%. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut ini:
Tabel 5.6
Hasil Uji Heteroskedastisistas
Variabel Sig. Keterangan
Kualitas Produk 0.458 Non heteroskedastisitas
Harga 0.347 Non heteroskedastisitas
Pelayanan 0.316 Non heteroskedastisitas Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 22 (2016)
Dari hasil uji heteroskedastisitas yang menggunakan statistik uji glejser diperoleh nilai signifikan untuk semua variabel independen terhadap dependen lebih besar dari taraf kesalahan 5% (0,05) sehingga disimpulkan variabel penelitian bebas dari heteroskedastisitas.
(64)
b. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data pada masingmasing variabel penelitian berdistribusi normal atau tidak.Uji normalitas dilakukan untuk memenuhi persyaratan statistik parametris yang menghendaki data yang diambil dari populasi yang berdistribusi normal (Sugyiono, 2007: 171).Selain itu uji normalitas dilakukan untuk menghindari bias dalam perhitungannya. Uji asumsi normalitas dilakukan dengan mengunakan uji Kolmogorov Smirnov.
Kriteria penerimaan normalitas adalah jika nilai signifikansi hasil perhitungan lebih besar dari α = 0.05 maka distribusinya dinyatakan normal,sebaliknya jika lebih kecil dari α = 0.05 maka distribusi dinyatakan tidak normal (Imam Ghozali, 2011:163).Hasil penghitungan untuk semua variabel disajikan dalam Tabel 5.7 berikut ini:
Tabel 5.7
Hasil Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Unstandardized
Residual
.063 100 .200*
.983 100 .214 Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 22 (2016)
Hasil uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dikatakan normal apabila hasil uji sig > 0.05, dari hasil tabel tersebut nilai signifikan sebesar 0.200 artinya lebih besar dari 0.05. Dapat dinyatakan hasil tabel 5.7 residual berdistribusi normal.
(65)
c. Uji Multikoliniearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen (Ghozali,2011:105).Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance tidak kurang dari 0.10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independen yang nilainya lebih besar dari 95% atau sama dengan nilai VIF lebih kecil dari10. Hasil uji multikolonieritas dapat dilihat pada Tabel 5.8 berikut ini:
Tabel 5.8 Uji Mulitikolinearitas
Variabel Independen Tolerance VIF Keterangan Kualitas Produsi 0.473 2.115 Non multikoleniaritas
Harga 0.525 1.904 Non multikoleniaritas
Pelayanan 0.477 2.098 Non multikoleniaritas
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 22 (2016)
Dari hasil uji intrumen pada tabel 5.8 dapat dilihat bahwa setiap variabel independen yang memiliki nilai VIF dibawah 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas.
B. Uji Rerresi Berganda
Dalam pembahasan uji hipotesis dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen (X) yaitu kualitas produk, harga dan
(66)
pelayanan terhadap variabel dependen (Y) minat beli. Baik secara individual (uji T) maupun bersama-sama (uji F).
a. Uji T (Uji Parsial)
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan kriteria:
1) Jika nilai probabilitas βi > 0.05 artinya tidak signifikan. 2) Jika nilai probabilitas βi < 0.05 artinya signifikan. Atau bisa dilihat
1) Jika t hitung > t tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima
2) Jika t hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak
Dari hasil uji regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.9
Hasil Uji T
Modelm Model B Thitung Sig. Keterangan
Kualitas Produk (X1) 0.444 4.136 0.000 Positif dan signifikan Harga (X2) 0.188 2.165 0.033 Positif dan signifikan Pelayanan (X3) 0.288 2.841 0.005 Positif dan signifikan
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 22 (2016)
Berdasarkan tabel 5.9 dapat dilihat bahwa:
1) Pengujian hipotesis: Kualitas Produk (X1) berpengaruh terhadap minat beli konsumen.
(67)
Variabel kualitas produk (X1) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat belikonsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0.05 dengan nilai thitung (4.136) dan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0.444. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap minat beli”.
2) Pengujian hipotesis: Harga (X2) berpengaruh terhadap minat beli konsumen.
Variabel harga (X2) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat belikonsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0.033 lebih kecil dari 0.05 dengan nilai thitung (2.165) dan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0.188. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Harga berpengaruh positif terhadap minat beli”. 3) Pengujian hipotesis: Pelayanan (X3)berpengaruh terhadap minat beli
konsumen.
Variabel pelayanan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0.005 lebih kecil dari 0.05 dengan nilai thitung (2.888) dan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0.295. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “pelayanan berpengaruh positif terhadap minat beli”.
b. Uji F (Uji Serempak)
Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel kualitas produk, harga dan pelayanan secara sama-sama atau simultan mempunyai pengaruh
(1)
1) Pengujian hipotesis: Kualitas Produk (X1) berpengaruh terhadap minat beli konsumen.
Variabel kualitas produk (X1) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat belikonsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0,000 lebih kecil dari 0.05 dengan nilai thitung (4.136) dan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0.444. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Kualitas Produk berpengaruh positif terhadap minat beli”.
2) Pengujian hipotesis: Harga (X2) berpengaruh terhadap minat beli konsumen.
Variabel harga (X2) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat belikonsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0.033 lebih kecil dari 0.05 dengan nilai thitung (2.165) dan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0.188. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “Harga berpengaruh positif terhadap minat beli”. 3) Pengujian hipotesis: Pelayanan (X3)berpengaruh terhadap minat beli konsumen.
Variabel pelayanan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen, hal ini terlihat dari nilai signifikan 0.005 lebih kecil dari 0.05 dengan nilai thitung (2.888) dan koefisien regresi bernilai positif sebesar 0.295. Maka hipotesis yang menyatakan bahwa “pelayanan berpengaruh positif terhadap minat beli”.
2. Uji F (Uji Serempak)
Uji F dilakukan untuk menguji apakah variabel kualitas produk, harga dan pelayanan secara sama-sama atau simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat beli. Hasil Uji-F dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut ini:
(2)
Tabel 5.10 Hasil Uji-F Model Sum of
Squares
Df
Mean
Square F Sig.
Regression Residual Total 490.180 350.730 840.91 4 95 99 122.545 3.692
33.193 0.000 b
Sumber: Data Primer diolah dengan SPSS 22 (2016) Berdasarkan tabel 5.10 hasil uji-F dapat dilihat bahwa:
Variabel kualitas produk, harga dan pelayanan memiliki nilai F hitung sebesar 33.193 dengan nilai signifikan 0.000. Kriteria penerimaan hipotesis yaitu Ho ditolak apabila nilai signifikansi kurang dari 5% (0.05). Nilai signifikan pada variabel kualitas produk, harga dan pelayanan kurang dari 0,05 maka hipotesis yang menyatakan bahwa “kualitas produk, harga dan pelayanan secara bersama-sama (simultan) berpengaruh positif terhadap minat beli”.
3. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi (R2) antara nol dan satu.Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat di tabel 5.11 berikut ini:
Tabel 5.11
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model R R
Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .763a . 582 .569 1. 91354 2. 824
(3)
Dari hasil uji regresi linier berganda dengan jumlah sampel 100 responden dengan nilai R2 sebesar 0.582 yang dapat diartikan bahwa variabel kualitas produkmodal awal (X1), harga (X2) dan pelayanan (X3) menjelaskan variasi dari variabel dependen minat beli konsumen terhadap barang bekas di Pasar Klithikan Pakuncen, Kec. Kasihan, Bantul, Yogyakarta (Y) sebanyak 58.2% sisanya 41.8% minat beli konsumen terhadap barang bekas di Pasar Klithikan Pakuncen, Kec. Kasihan, Bantul, Yogyakarta (Y) dipengaruhi varibel lain yang belum diteliti dari penelitian ini.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada taraf signifikansi 5%, maka kesimpulan yang dapat dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Produk
Kualitas Produk (X1) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen. Ditunjukkan dari hasil uji t hitung sebesar 4.136 dengan signifikansi 0.000, dan koefisien regresi 0.444. Hal ini berarti kualitas produk yang baik sangat berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Pasar Klithikan Pakuncen.
2. Harga
Harga (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen. Ditunjukkan dari hasil uji t hitung sebesar 2.165 dengan signifikansi 0.033, dan koefisien regresi 0.188. Hal ini berarti pemberian harga yang sesuai dengan kualitas
(4)
produk sangat berpengaruh terutama untuk menjaga minat beli konsumen di Pasar Klithikan Pakuncen.
3. Pelayanan
Pelayanan (X3) berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen. Ditunjukkan dari hasil uji t hitung sebesar 2.888 dengan signifikansi 0.005, dan koefisien regresi 0.295. Hal ini berarti pelayanan yang baik sangat berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Pasar Klithikan Pakuncen.
4. Kualitas produk, harga dan pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat beli konsumen. Hal tersebut ditunjukkan dari hasil uji F hitung sebesar 33.193 dengan signifikansi 0.000. Hal ini dapat diartikan apabila penjual di Pasar Klithikan Pakuncen menyediakan (menawarkan) barang-barang yang berkualitas dan sesuai selera konsumen, dan penjual menawarkan harga yang sesuai dengan keadaan barang-barang yang ditawarkan, serta memberikan pelayanan yang ramah dan baik, maka akan turut meningkatkan minat beli konsumen di Pasar Klithikan Pakuncen.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian, berikut ini diberikan beberapa saran antara lain: 1. Bagi pihak Pasar Klithikan
a. Bagi pihak Pasar Klithikan disarankan untuk menyediakan (menawarkan) barang-barang yang berkualitas dan sesuai selera konsumen, dan memberikan penawaran harga yang sesuai dengan keadaan barang-barang yang ditawarkan, serta memberikan pelayanan yang ramah dan baik.
(5)
b. Memberikan kesan yang baik, terutama pada kebersihan lingkungan pasar, pajangan-pajangan (penataan barang) sangat berpengaruh pada minat beli konsumen, para penjual yang (bersih, cantik/gagah, rapi dan berpakaian sopan) mampu menjadi daya tarik pembeli, memberikan sedikit hiburan seperti musik yang nyaman dapat merangsang pengunjung untuk melakukan pembelian sehingga meningkatkan volume penjualan.
2. Bagi penelitian lain yang hendak melakukan penelitian sejenis agar dapat
mengembangkan penelitian serta menambah kekurangan yang ada pada penelitian ini, sehingga makin memperkaya pengetahuan tentang pengaruh kualitas produk, harga dan pelayanan terhadap minat beli.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian dalam penelitian ini adalah:
1. Obyek peneliti yang tidak terlalu besar yaitu hanya kawasan Pasar Klithikan.
2. Penelitian ini hanya mengambil sampel konsumen di Pasar Klitikan yang berjumlah 100 orang, sehingga hasil penelitian kurang dapat digeneralisasikan dalam lingkup yang lebih luas.
3. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, sehingga mungkin datanya bersifat subyektif, akan lebih baik bila ditambahkan metode wawancara sehingga hasil penelitian yang diperoleh lebih lengkap.
4. Penelitian ini hanya meneliti pengaruh suasana toko, promosi dan lokasi terhadap minat beli di Pasar Klithikan. Masih ada factor lain yang dapat mempengaruhi minat beli misalnya factor lokasi, persepsi merek, iklan dan budaya.
(6)
5. Hasil penelitian ini uji R2 diperoleh nilai 0.582 atau 0.582 persen dapat dikategorikan masih rendah karena nilai R2kurang dari 60 persen. Hal ini membuktikan faktor-faktor independen diluar penelitian tidak mampu di identifikasi dengan baik, maka diperhatikan kehati-hatian dalam penelitan variabel independen untuk memperoleh nilai R2 yang maksimal.