Diagnosis dan Klasifikasi Obesitas

dibandingkan tipe lain, karena kelebihan lemak yang ada adalah kelebihan lemak tidak jenuh serta sel lemak kecil dan lembek. Namun tipe ini lebih sulit menurunkan berat badan dibandingkan dengan tipe android, karena lemak yang berlebihan pada tipe ini lebih sukar mengalami proses metabolisme. 19

2.1.4 Etiologi Obesitas

Penyebab terjadinya obesitas sangat multifaktorial. 1,5,7,9 Terjadinya saling keterkaitan antara reaksi biokimia dalam tubuh, asupan makanan individu, dan kebiasaan hidup individu. Obesitas juga disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan dan genetik. 1 Penyebab obesitas antara lain adalah: a. Nutrisional Sejak dalam kandungan, jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dalam rahim dipengaruhi oleh berat badan ibu. Saat anak mendapat makanan padat pertama yang berkalori tinggi maka akan memungkinkan terjadinya kebiasaan untuk mengonsumsi makanan tinggi kalori pada kehidupan selanjutnya. Karena makanan dengan tinggi kalori dan lemak memiliki rasa yang lebih menarik dan bisa meningkatkan selera makan sehingga dapat mengakibatkan konsumsi makanan yang berlebih. b. Sosio-ekonomi Adanya perubahan pada pengetahuan, sikap, dan perilaku serta gaya hidup. ditambah dengan meningkatnya pendapatan yang dapat mempengaruhi jenis makanan yang akan dikonsumsi. Penggunaan transportasi serta pekerjaan yang menyababkan aktifitas fisik yang menurun juga dapat berujung pada obesitas. c. Psikologis Banyak yang menjadikan makan sebagai pelarian dari situasi yang sedang dihadapi. Pada kondisi tersebut, kegiatan mengatasi obesitas tanpa diikuti dengan pemecahan masalah malah akan mempersulit. 1,9 Adanya anggapan negatif serta perlakuan negatif dari lingkungan terhadap obesitas juga menjadi suatu masalah, dimana orang dengan obesitas akan cenderung menarik diri dari lingkungan yang mengakibatkan makin berkurangnya aktifitas fisik. 20 d. Genetik Sekitar 80 pasien obesitas memiliki riwayat keluarga obesitas. Adanya gangguan pada produksi leptin, neuropeptida Y, ghrelin, melanokortin, Karboksipeptidase E, protein tidak berpasangan mitokondria dan tubby protein merupakan faktor yang ditemukan dapat mengganggu berat badan. 21 e. Kurang Aktivitas Fisik Kurangnya aktifitas fisik menjadi faktor utama meningkatnya insidensi obesitas dan menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Dengan berkurangnya aktifitas fisik akan mengurangi energi ekspenditur dan berkontribusi juga pada meningkatnya asupan makanan. f. Kerusakan Otak Adanya kerusakan pada hipotalamus ventromedial pada hewan dapat menyebabkan obesitas, namun sangat jarang ditemui pada manusia. Ada yang menyatakan bahwa pada system saraf pusat, terutama pada bagian hipotalamus lateral dan ventromedial menentukan banyak tidaknya asupan makanan yang merupakan respon dari kebutuhan energi dan juga berfungsi untuk mengatur simpanan lemak yang ditentukan oleh set point tertentu yang berbeda pada setiap individu. g. Faktor Kesehatan Pada beberapa kasus obesitas diketahui berhubungan dengan penyakit, di antaranya penyakit genetik seperti sindrom prader-willi dan abnormalitas neuroendokrin. Kelainan pada hipotalamus ventromedial juga dapat menyebabkan obesitas. Adanya kelainan pada hipotalamus ventromedial bisa dikarenakan trauma, pembedahan, keganasan atau inflamasi. h. Penggunaan obat obatan psikotropika Penggunaan obat psikotropika berupa steroid jangka panjang berhubungan dengan penambahan berat badan yang sigifikan. Pada pasien gangguan psikotik dan penyakit bipolar biasanya barat badan akan bertambah 3 sampai 10 kg bahkan, bisa lebih berat pada penggunaan kronik dan dapat menyebabkan sindroma metabolik. 1,2,5

2.1.5 Patofisiologi Obesitas

Kejadian obesitas tidak terlepas dari asupan makan yang berlebih ke dalam tubuh yang nantinya akan tersimpan sebagai jaringan adiposa. Adanya rasa lapar yang mendorong manusia untuk makan dan rasa kenyang yang membuat manusia menghentikan asupan makan memegang peranan penting dalam regulasi makanan dalam tubuh. Baik rasa lapar maupun kenyang dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan sebagaimana dipengaruhi dan dikontrol secara kuat oleh sistem fisiologi tubuh yang berpusat di otak, yaitu hipotalamus. Beberapa bagian pada hipotalamus berperan untuk mengontrol rasa lapar dan rasa kenyang pada manusia. Bagian nukleus lateral hipotalamus berperan sebagai pusat stimulus untuk makan, jika ada stimulasi di daerah ini maka manusia akan cenderung makan lebih banyak dan nafsu makan meningkat. Sebaliknya, bagian nukleus ventromedial hipotalamus berperan memberikan sensasi kenyang atau puas, yang nantinya akan menginhibisi peran dari nukleus lateral untuk terus mendapatkan makanan. Jika terjadi kerusakan pada bagian nukleus ventromedial di hipotalamus maka tidak akan ada yang menginhibisi sensasi lapar manusia dan bisa menyebabkan obesitas. Selain nukleus lateral dan ventromedial, bagian hipotalamus lain juga memegang peranan penting dalam pengaturan lapar dan kenyang dalam tubuh. Nukleus paraventrikular, dorsomedial, dan nukleus arkuatus berperan dalam mengontrol intakae makanan. Lesi pada nukleus paraventrikular dapat menyababkan manusia makan berlebih, sedangkan nukleus dorsomedial akan menekan nafsu makan. Di dalam hipotalamus sendiri terjadi reaksi-reaksi kimia antar neuron yang menerima sinyal utama dari sistem pencernaan manusia tentang lapar dan kenyang, sinyal kimia dari nutrien yang sudah masuk peredaran darah, sinyal dari hormon pada sistem gastrointestinal, hormon yang dilepas oleh jaringan adiposa, dan juga sinyal dari korteks serebri. Nantinya akan terjadi mekanisme umpan balik dari sinyal-sinyal yang ada, yang kemudian akan turut serta meregulasi lapar dan kenyang pada diri manusia. Gambar 2.1. Mekanisme Feedback Pada Regulasi Lapar Kenyang Guyton, Arthur., and John E. Hall. Textbook of Medical Physiology Eleventh Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders. 2006 Pada nukleus arkuatus di hipotalamus terdapat dua neuron yang berperan penting. Proopiomelanocortin POMC yang nantinya menghasilkan amelanocyte-stimulating hormone a-MSH. Juga ada neuron yang memproduksi orexigenic substances neuropeptide Y NPY dan agouti-related protein AGRP. Aktivasi pada POMC akan menurunkan nafsu makan dan meningkatkan energi ekspenditur, sebaliknya aktivasi dari NPY-AGRP akan meningkatkan nafsu makan dan menurunkan energi ekspenditur. Neuron-neuron tersebutlah yang menjadi target utama aksi dari bermacam-macam hormon yang meregulasi nafsu makan, di antaranya leptin, insulin, kolesistokinin CCK dan ghrelin.