Etiologi depresi Depresi .1 Definisi Depresi

negatif terhadap diri sendiri dan orang lain disebut sebagai faktor risiko psikologis pada kejadian depresi. Faktor lainya adalah pengalaman kehidupan di masa lalu yang tidak diinginkan seperti kehilangan, perceraian dan mengalami kehidupan yang berat juga sulit, serta kurangnya suport dari lingkungan sekitar. Kemudian hati bisa menjadi risau dan gelisah, dan dapat memunculkan gejala depresi. Sesungguhnya jika manusia senantiasa mengingat Allah maka hatinya akan tenang dan tentram seperti yang telah disebutkan dalam ayat yang berbunyi: ْم ب لق ن مْطت نمآ نيذل ب لقْل ن مْطت َ رْكذب َأ ۗ َ رْكذب “yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram. ” QS Ar-Rad 13:28 Kurangnya hubungan yang intim anatara orangtua dan anak sebelum anak berusia 15 tahun menjadi faktor predisposisi depresi ketika diiringi dengan kejadian dalam kehidupan yang menakutkan dan stress social. 13 Gambar 2.6 Etiologi Depresi Baldwin, David J.,and Jon Birtwistle. An Atlas of Depression. London: The Parthenon Publising Group. University of Southampton. 2002.

2.3 Hubungan Obesitas Dengan Depresi

Terdapat empat kemungkinan hubungan antara obesitas dengan kejadian obesitas pada individu; pertama, obesitas meningkatkan risiko kejadian depresi. Kedua, depresi meningkatkan risiko kejadian obesitas. Ketiga, keduanya mempunyai hubungan yang saling berkaitan satu sama lain. Keempat, tidak terdapat sama sekali hubungan antara obesitas dengan depresi. 27 Obesitas dan depresi merupakan kondisi yang sering terjadi dan memiliki jangkauan yang luas terhadap masalah kesehatan. 28 Baik overweight maupun obesitas dapat meningkatkan distress psikologis. 27 Hubungan antara obesitas dan depresi bergantung pada derajat keparahan obesitas. Orang dengan obesitas mempunyai prevalensi depresi 1,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang memiliki berat badan normal. 28,29 Orang dengan obesitas memiliki kemungkinan dua kali lebih besar untuk mengalami depresi dan orang depresi mempunyai kemungkinan 1,8 kali lebih besar untuk mengalami obesitas. 27 Prevalensi depresi tertinggi didapatkan pada individu yang memiliki IMT 40. 28 Semakin tinggi derajat keparahan obesitas semakin banyak kejadian depresi. 27,28,29 Orang dengan overweight kejadian depresi lebih meningkat dibandingkan orang dengan berat normal pada orang yang berpendidikan tinggi, namun hasil yang sama tidak didapatkan pada subyek yang pendidikanya rendah. 27 Depresi lebih banyak didapatkan pada wanita dibandingkan pada pria. 1,3,27,28,29 Pada usia dewasa lebih dari 18 tahun, IMT yang tinggi memiliki hubungan yang berkebalikan dengan depresi dan percobaan bunuh diri pada laki- laki, sedangkan hubungan yang positif bermakna ditemukan pada wanita. 27 Pada pria ditemukan hasil prevalensi paling rendah pada obesitas derajat 2 dan tertinggi pada obesitas derajat 3. Pada wanita dengan obesitas 30 berhubungan dengan depresi dalam satu bulan terakhir, namun tidak didapatkan pada pria. Hasil berbeda pada obesitas derajat 3 baik pada wanita maupun pria didapatkan adanya hubungan antara obesitas dengan depresi. 27 Ada yang mendapatkan bahwa laki- laki usia dewasa sedikit yang mengalami depresi dan ada beberapa studi yang menunjukan bahwa tidak terdapatnya hubungan antara obesitas dengan kejadian depresi, kemungkinan karena keterkaitan jenis kelamin. 29 Pada usia remaja dengan obesitas cenderung mudah mengalami gangguan psikologis terutama depresi. Remaja dengan obesitas lebih cenderung mengalami depresi karena bentuk badan yang dimiliki cenderung menjadi bahan olok-olok teman sebaya dan cenderung mudah tersisih dalam pergaulan. Depresi karena bentuk tubuh yang dimiliki lebih sering terjadi pada remaja wanita dibandingkan remaja laki-laki. Remaja yang memiliki berat badan berlebih memiliki kecenderungan untuk menjadi orang dewasa yang obesitas dan mereka juga akan menjadi subjek risiko fisik, sosial, dan psikologis. 11 Studi tahun 1994 di Alameda County oleh Roberts et al ditemukan adanya depresi pada tahun berikutnya pada orang dengan obesitas setelah dolakukan kontrol terhadapt usia, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, lingkungan sekitar, adanya isolasi sosial dari sekitar, keadaan ekonomi, kondisi kesehatan kronis, dan disabilitas. Di dapatkan bahwa yang paling berperan sebagai faktor risiko dari depresi adalah kesehatan dan disabilitas fungsional. 27 Friedman dan Brwonnell mendapatkan hasil bahwa orang dengan obesitas yang memiliki keinginan untuk turun berat badannya jauh lebih depresi dibandingkan orang obesitas lainya. 27 Sedangkan kejadian depresi pada remaja obesitas terjadi karena adanya pertentangan batin antara keinginan mendapatkan bentuk tubuh yang ideal dengan bentuk tubuh yang dimiliki pada kenyataan. 11 Penjelasan secara biologis hubungan antara obesitas dan depresi sangat kompleks dan tidak dapat dijabarkan secara detail. Obesitas dapat dilihat sebagai derajat inflamasi karena didapati adanya kenaikan berat badan yang dapat mengaktivasi jalur inflamatori dan inflamasi itu sendiri berhubungan dengan depresi. Karena inflamasi berperan penting baik pada obesitas dan depresi, maka inflamasi dapat dikatakan sebagai mediator pada hubungan keduanya. 13 Hubungan antara hipotalamus - hipofisis – adrenal Hipothalamus – Pituitary – Adrenal axis mungkin mempunyai peran penting dalam hubungan obesitas dan depresi, karena obesitas mempengaruhi disregulasi HPA-aksis dan disregulasi HPA-aksis diketahui turut berpengaruh dalam depresi. Obesitas meningkatkan risiko diabetes melitus dan resistensi insulin, yang dapat menginduksi alterasi pada otak, dan meningkatkan risiko depresi. Sedangkan depresi yang menginduksi obesitas karena adanya aktivasi jangka panjang dari HPA-axis. Cortisol, dengan adanya insulin, dapat menginhibisi enzim lipid-mobilizing, proses ini dimediasi oleh reseptor glucocorticoid yang ada di jaringan lemak, khususnya di lemak intra-abdominal. Penggunaan obat-obat antidepresan diketahui dapat menginduksi pertambahan berat badan. 29 Studi tersebut juga mendapatkan hasil tidak adanya hubungan antara obesitas dengan depresi. Penelitian Lupinno tahun 2010 menuliskan bahwa dari review systematic dengan metode cross-sectional mendapati adanya hubungan yang lemah antara obesitas dan depresi dari studi kepustakaan yang dilakukan. 29 Sedangkan penelitian oleh Roberts et al, di dapati tidak adanya hubungan antara obesitas dengan kejadian depresi pada subyek laki-laki. 27 Sedangkan Palinkas et al. yang juga menpelajari obesitas dan depresi pada dewasa mendapatkan tidak terdapat hubungan antara obesitas dan depresi baik pada pria maupun pada wanita. 27 Kerangka Teori