2.3 Hewan Uji
Hewan Uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih berjenis Rattus novergicus galur Wistar Gambar 2.4 dikembangkan di Institut Wistar
pada tahun 1906 untuk digunakan dalam biologi dan penelitian medis.
Gambar 2.4 Tikus Wistar Dokterternak, 2010
Tikus putih atau dikenal tikus Wistar merupakan tikus yang paling sering digunakan sebagai hewan uji dalam laboratorium. Keunggulan tikus putih
dibandingkan tikus lainnya yaitu penanganan dan pemeliharaannya yang mudah karena tubuhya kecil, bersih, dan kemampuan reproduksi tinggi Pribadi, 2008.
Selama bertahun-tahun, tikus telah digunakan dalam banyak eksperimen, yang telah menambah pemahaman kita tentang genetika, penyakit, pengaruh obat-
obatan, dan topik lain dalam kesehatan dan kedokteran. Laboratorium tikus juga terbukti berharga dalam studi psikologis belajar dan proses mental lainnya.
Pentingnya sejarah spesies ini untuk riset ilmiah tercermin dengan jumlah literatur tentang itu, sekitar 50 lebih dari itu pada tikus. Konversi usia manusia ke tikus
adalah usia 10 tahun pada manusia sama dengan 1 bulan pada tikus wistar
Umami, 2012. Konversi dosis pada manusia dengan berat badan 70 kg ke tikus wistar dengan berat badan 200 gram adalah 0,018 Indrapraja, 2009.
2.4 Etanol
Konsumsi etanol adalah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang dapat mengakibatkan masalah sosial. Etanol dapat mengubah respon
terhadap obat yang diberikan bersamaan. Hal ini terjadi karena adanya interaksi antara etanol dan obat. Mekanisme interaksi farmakokinetik meliputi: absorbsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi. Etanol yang dikonsumsi diabsorbsi di usus halus sebesar 80. Kecepatan absorbsi tergantung pada jumlah dan konsentrasi
etanol dalam minuman yang mengisi lambung dan usus. Etanol dalam lambung yang kosong kadarnya dalam darah terdeteksi pada 30-90 menit setelah
mengkonsumsi Gugule et al., 2013. Distribusi etanol berjalan cepat, dalam jaringan mendekati kadar di dalam
darah. Volume distribusi dari etanol mendekati volume cairan tubuh total 0,5-0,7 Lkg. Sekitar 90-98 etanol yang diabsorbsi dalam tubuh akan mengalami
oksidasi. Metabolisme etanol terjadi di dalam hati. Etanol yang masuk ke dalam tubuh akan cepat diabsorpsi dalam lambung dan usus halus. Etanol diabsorpsi
langsung secara difusi dan akan didistribusikan secara bebas dalam jaringan dan cairan tubuh. Volume distribusi etanol berkisar antara 0,58-0,70 Lkg berat badan.
Kadar etanol dalam otak dicapai setelah absorpsi sempurna dalam darah. Faktor- faktor yang mempengaruhi absorpsi etanol adalah volume, pengenceran,
kecepatan pencernaan, dan makanan yang ada di dalam lambung. Di dalam hati, etanol akan dioksidasi oleh alkohol dehidrogenase menjadi asetaldehid.
Alkohol dehidrogenase
Aldehid dehidrogenase
Asetaldehid akan dioksidasi oleh aldehid dehidrogenase menjadi asam asetat atau asetil ko-enzim A. Asam asetat yang dihasilkan dari oksidasi asetaldehid akan
masuk ke dalam siklus kreb, sehingga terbentuk karbon dioksida dan air. Asetaldehid merupakan metabolit pertama dari etanol yang pada pasien alkoholis
terjadi proses metabolisme yang lambat sehingga mengakibatkan toksisitas jaringan dan ketergantungan etanol Wardjowinoto, 1998. Skema metabolisme
etanol dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Gambar 2.5 Metabolisme Etanol Wardjowinoto, 1998
2.5 Radikal Bebas