Kebiasaan merokok pada pekerja meningkatkan risiko penyakit paru akibat kerja PPAK. Studi patologis asbestosis menunjukkan merokok
meningkatkan retensi serat asbes di paru sehingga berpengaruh peningkatan risiko kanker paru. Ditemukan pengurangan fungsi faal paru pada perokok petambang
batu bara yang menderita pneumokoniosis. Risiko kanker paru meningkat pada perokok yang terpajan produk disel dan radon yang bersifat karsinogen ditempat
kerjanya Ross, 2004.
2.3. Mekanisme Paparan Asap Rokok pada Pengurangan Fungsi Paru
Asap rokok merupakan campuran kompleks antar 4700 bahan kimia, termasuk radikal bebas dan oksidan O2- dalam konsentrasi tinggi. Beban
oksidan bertambah dalam paru akibat pelepasan Reactive Oxygen Species ROS dari makrofag dan neutrofil. Di satu pihak peningkatan sekuestrasi neutrofil pada
sirkulasi mikro paru akibat paparan asap rokok dapat meningkatkan oksidan. Dipihak lain asap rokok juga mengurangi kapasitas antioksidan di plasma
berkaitan dengan penurunan protein sulfhydryl di plasma atau glutathione GSH. Penurunan GSH ini menyebabkan peningkatan lipid peroksidase dan transkripsi
gen sitokin proinflamasi yang berperan pada obstruksi paru Rodgman, 2000.
2 .4. Uji Fungsi Paru
Uji fungsi paru digunakan untuk mendeteksi disfungsi mekanik, menentukan derajat disfungsi, dan menentukan apakah jenis disfungsi obstruktif,
restriktif, atau gabungan keduanya. Uji fungsi paru juga berguna untuk pemantauan proses perjalanan penyakit dan menilai efek intervensi pengobatan
akut maupun jangka panjang Kaswandani, 2006. Peak Flow Meter, salah satu alat yang digunakan untuk menilai Arus
Puncak Ekspirasi APE atau Peak Expiratory Flow Rate PEFR dengan satuan liter per menit, mengetahui sedini mungkin adanya penurunan fungsi paru dan
penyempitan ataupun sumbatan saluran respiratorik Aditama, 2004. Sampai saat ini, alat baku yang dipakai untuk mengukur PEFR adalah
wright peak flow meter. Cara kerja alat ini berdasarkan asas mekanika, seperti
Universitas Sumatera Utara
yang terlihat pada Gambar 2.1. Deras arus udara diukur dengan gerakan piston yang terdorong oleh arus udara yang ditiupkan melalui pipa peniup. Piston akan
mendorong jarum penunjuk marker. Karena piston dikaitkan dengan sebuah pegas, maka setelah arus berhenti, oleh gaya tarik balik recoil piston tertarik ke
kedudukan semula dan jarum penunjuk tertinggal pada titik tunjuk jarum penunjuk Majalah Kedokteran Indonesia, 2002.
Gambar 2.1. Mekanika kerja Wright Peak Flow Meter Cara menggunakan Peak Flow Meter harus mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut: 1.
Tempatkan penanda di bagian bawah skala. 2.
Berdiri atau duduk. 3.
Mengambil napas dalam-dalam. 4.
Menempatkan alat di mulut dan menutup bibir sekitar corong. Tidak menempatkan lidah di dalam lubang. Tidak menutup lubang di ujung
belakang peak flow meter saat memegangnya. 5.
Meniup sekeras dan secepat mungkin. Jangan batuk ke dalam peak flow meter, karena ini akan memberikan pembacaan yang salah.
6. Menuliskan nomor dari meteran.
7. Ulangi langkah satu sampai enam, dua kali lagi.
8. Menulis nilai yang terbaik tertinggi dari tiga angka dalam peak flow.
Polgar,1979
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengukuran APE dalam bentuk angka dibandingkan dengan nilai APE prediksi anak sesuai jenis kelamin, usia, tinggi badan dan dipetakan
dengan sistem zona traffic light. Zona hijau bila nilai APE 80 sampai 100 dibandingkan nilai prediksi, mengindikasikan fungsi paru baik. Zona kuning
50 sampai 80, menandakan mulai terjadi penyempitan saluran respiratori, dan zona merah
≤ 50 berarti saluran respiratorik besar telah menyempit American Lung Association, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Pada penelitian ini, kerangka konsep pengaruh kebiasaan merokok terhadap Peak Expiratory Flow Rate pada mahasiswa laki-laki Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara angkatan 2010 diuraikan berdasarkan variabel- variabel di bawah:
Variabel Independen Variabel
Dependen
Gambar 3.1.
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota- anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang
lain. Berdasarkan hubungan fungsional antara variabel-variabel satu dengan yang lainnya, variabel dibedakan menjadi dua, yaitu variabel tergantung atau variabel
dependen, dan variabel bebas atau variabel independen. Dalam penelitian ini : i. Variabel independen x adalah merokok jumlah rokok yang dihisap, lama
menghisap rokok dan cara menghisap rokok. ii. Variabel dependen y adalah Peak Expiratory Flow Rate pada mahasiswa laki-
laki Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2010 yang merokok. Merokok
• Jumlah Rokok yang Dihisap
• Lama Menghisap Rokok • Cara Menghisap Rokok
Peak Expiratory Flow Rate
Universitas Sumatera Utara