Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK Kanker Paru Tuberkulosis Paru TB Paru

2.2.1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik PPOK

Penyakit paru obstruktif kronik adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan proses peradangan pada paru terhadap partikel atau gas yang beracun atau berbahaya Sarobe, 2008. Dewasa ini hampir 80 juta orang menderita PPOK. Setengah dari penderitanya akan meninggal dalam waktu 10 tahun kedepan. PPOK menempati urutan ketiga penyebab kematian, dan hampir setengahnya diakibatkan oleh rokok Rennard, 2008.

2.2.2. Kanker Paru

Secara statistik hampir 87 kasus kanker paru berhubungan dengan merokok. Risiko kanker paru sangat berhubungan dengan usia mulai merokok, lamanya merokok, jumlah rokok, jenis kelamin, jenis rokok dan dalamnya hisapan. Perokok mempunyai resiko yang sama pada semua tipe kanker paru, baik itu karsinoma sel skuamosa, karsinoma sel kecil, karsinoma sel besar ataupun adenokarsinoma PDPI, 2011. Senyawa polisiklik hidrokarbon aromatik dalam tar memberikan kontribusi paling besar terhadap agen penyebab kanker. Efek karsinogen terbesar adalah pada jaringan yang langsung terkena asap rokok seperti saluran pernapasan. Oleh sebab itu, merokok berhubungan langsung dengan kanker paru. Merokok dengan kadar tar rendah tidak mengurangi risiko kanker paru PDPI, 2011.

2.2.3. Tuberkulosis Paru TB Paru

Risiko TB paru lebih sering berhubungan dengan lamanya merokok daripada dengan jumlah rokok yang dihisap per hari dan 61 kematian akibat TB Universitas Sumatera Utara paru berhubungan dengan rokok. WHO, 2008 Secara biologis hubungan merokok dengan peningkatan risiko TB paru adalah melalui penurunan respons kekebalan tubuh, gangguan mekanis fungsi silia, cacat pada respons imun makrofag sehingga meningkatkan kerentanan terhadap TB paru serta dapat menurunkan aktivitas lisosim A. Lisosim A adalah salah satu enzim hidrolitik dari kompartemen lisosomal sel fagosit yang disekresi ke area ekstraseluler dan telah terbukti mempunyai sifat bakterisidal dengan mekanisme hidrolisis bagian polisakarida dari dinding sel bakteri Mycobacterium tuberculosis Selvaraj, 2001.

2.2.4. Asma

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan tentang Bahaya Merokok di Kalangan Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Stambuk 2010

1 60 65

Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kebugaran Fisik pada Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Masuk

1 53 70

Pengetahuan Dan Sikap Tentang Bahaya Merokok Terhadap Kebiasaan Merokok Dikalangan Mahasiswa Laki-Laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

0 38 53

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWA LAKI-LAKI FK UMM ANGKATAN 2008-2011

1 30 25

PERBEDAAN INDEKS PRESTASI ANTARA MAHASISWA MEROKOK DAN TIDAK MEROKOK (Studi Kasus Mahasiswa Laki laki Fakultas Kedokteran di Perguruan Tinggi Surakarta)

0 3 47

PERBEDAAN KETAHANAN TERHADAP STRES LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS PERBEDAAN KETAHANAN TERHADAP STRES LAKI-LAKI DENGAN PEREMPUAN PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA ANGKATAN 2007 dan 2008.

0 0 13

Tingkat Pengetahuan tentang Bahaya Merokok di Kalangan Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Stambuk 2010

0 0 19

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Tingkat Pengetahuan tentang Bahaya Merokok di Kalangan Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan Stambuk 2010

0 0 11

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rokok 2.1.1. Defenisi Rokok - Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Peak Expiratory Flow Rate pada Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

0 0 9

Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Peak Expiratory Flow Rate pada Mahasiswa Laki-laki Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010

0 0 15