KESIMPULAN DAN SARAN 123 EFEK MODEL PROBLEM BASED LEARNING BERBASIS KOLABORATIF DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMP.

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Data Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Fisika Kelas VIII 6 Tabel 2.1. Sintaks Model Berdasarkan Masalah 24 Tabel 2.2. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget 33 Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Langsung 38 Tabel 2.4. Perbedaan Teacher Centered dengan Student Centered 39 Tabel 2.5. Pelaksanaan Kolaboratif dalam Pembelajaran 45 Tabel 2.6. Penelitian Terdahulu 55 Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 66 Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA Factorial 2x2 66 Tabel 3.3. Spesifikasi Tes Hasil Belajar 70 Tabel 3.4. Aspek Sikap Ilmiah 71 Tabel 3.5. Kriteria Koefisien Validitas 74 Tabel 3.6. Uji Validitas Tes Hasil Belajar 75 Tabel 3.7 Uji Validitas Sikap Ilmiah 75 Tabel 3.8. Kriteria Koefisien Reliabilitas 76 Tabel 3.9. Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar 77 Tabel 3.10. Uji Reliabilitas Sikap Ilmiah 77 Tabel 3.11. Kriteria Tingkat Kesukaran 78 Tabel 3.12. Hasil Tingkat Kesukaran Tes 79 Tabel 3.13 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda 80 Tabel 3.14 Hasil Tingkat Kesukaran Tes 80 Tabel 3.15. Rancangan Anava Untuk Mengetahui Interaksi antara Hasil Belajar Model PBL dan Sikap Ilmiah 84 Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 90 Tabel 4.2. Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen 90 Tabel 4.3. Nilai Rata-rata Hasil Belajar pada Kategori Butir Soal 91 Tabel 4.4. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa pada Kategori Ranah Kogntif 92 Tabel 4.5. Data Sikap Ilmiah Siswa pada Kelompok Sampel 94 Tabel 4.6. Pengkategorian Sikap Ilmiah 95 Tabel 4.7 Data Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelompok Sikap Ilmiah Tinggi dan Sikap Ilmiah Rendah 95 Tabel 4.8 Data Postes DI Berdasarkan Sikap Ilmiah 97 Tabel 4.9 Data Postes PBL BK Berdasarkan Sikap Ilmiah 97 Tabel 4.10 Data Postes Kedua Sampel Berdasarkan Sikap Ilmiah Tinggi dan Sikap Ilmiah Rendah 98 Tabel 4.11 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Fisika Siswa 99 Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Kemampuan Psikomotorik 100 Tabel 4.13 Data Nilai Afektif Siswa Kelas DI dan PBL 102 Tabel 4.14 Uji Normalitas Data Pretes Pada Kelompok Sampel 103 Tabel 4.15 Uji Normalitas Data Postes Pada Kelompok Sampel 104 Tabel 4.16 Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Siswa pada Kelompok Sampel 104 Tabel 4.17 Normalitas Sikap Ilmiah Siswa pada Kelompok Sampel 105 Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas Pretes 106 Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Postes 106 Tabel 4.20 Hasil Uji –T Pretes 108 Tabel 4.21 Hasil ANAVA Faktorial 2 x 2 109 Tabel 4.22 Perbedaan Hasil Belajar Antar Kelompok berdasarkan Analisis Uji Tukey 113 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Silabus Pembelajaran 129 Lampiran 2. RPP Pertemuan I 131 Lampiran 3. Bahan Ajar Pertemuan I 142 Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa Pertemuan I 147 Lampiran 5. RPP Pertemuan II 151 Lampiran 6. Bahan Ajar Pertemuan II 162 Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Pertemuan II 167 Lampiran 8. RPP Pertemuan III 170 Lampiran 9. Bahan Ajar Pertemuan III 179 Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa Pertemuan III 189 Lampiran 11. Lembar Observasi Penilaian Psikomotorik 192 Lampiran 12. Lembar Observasi Penilaian Afektif 195 Lampiran 13. Tabel Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar 197 Lampiran 14. Lampiran Angket Sikap Ilmiah Siswa 206 Lampiran 15. Tabel Validasi Instrumen Hasil Belajar 208 Lampiran 16. Tabel Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar 209 Lampiran 17. Tabel Taraf Kesukaran Instrumen Hasil Belajar 210 Lampiran 18. Tabel Perhitungan Daya Pembeda Instrumen 211 Lampiran 19. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa dan Tingkat Sikap Sikap Ilmiah Siswa 212 Lampiran 20. Tabulasi Nilai Psikomotorik Kelompok Sampel 213 Lampiran 21. Tabulasi Nilai Afektif Kelompok Sampel 214 Lampiran 22. Hasil Angket Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen 215 Lampiran 23. Hasil Angket Sikap Ilmiah Kelas Kontrol 217 Lampiran 24. Deskripsi Output SPSS 19 219

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran. Kualiatas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah tingkat kompetisi dan relevansinya Parawansa, 2001. Menurut Education For All Global Monitoring report, 2012 yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menempati posisi ke-64 dari 120 negara. UNESCO tersebut mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih relatif rendah. Sadar akan hasil pendidikan yang belum memadai, maka banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan. Upaya-upaya tersebut adalah melakukan perubahan atau revisi kurikulum secara berkesinambungan, program Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP, Penataran Kerja Guru PKG, program kemitraan antara sekolah dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, peningkatan kualifikasi guru dan dosen dan masih banyak program lain dilakukan untuk perbaikan hasil-hasil pendidikan tersebut. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat dilakukan berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah adalah mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang berkelanjutan tetapi pengemasan pendidikan sering tidak berjalan dengan hakikat belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain, reformasi pendidikan yang dilakukan di Indonesia masih belum seutuhnya memperhatikan konsepsi belajar dan pembelajaran. Reformasi pendidikan seyogianya dimulai bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajar, bukan semata-mata pada hasil belajar Brook Brook, 1993. Podhorsky Moore 2006 menyatakan, bahwa reformasi pendidikan hendaknya dimaknai sebagai upaya penciptaan program-program yang berfokus pada perancangan kelas dengan teacher proof curikulum. Dengan demikian praktek pembelajaran benar-benar ditujukan untuk mengatasi kegagalan siswa belajar. Praktek-praktek pembelajaran hanya dapat diubah melalui pengujian terhadap cara-cara guru belajar dan mengajar serta menganalisis dampaknya terhadap perolehan belajar siswa. Agar hal ini terjadi, sekolah perlu menciptakan suatu proses yang mampu memfasilitasi para guru untuk melakukan kajian terhadap materi pelajaran dan strategi-strategi mengajar secara sistematis, sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar. Guru seyogianya mulai meninggalkan cara-cara rutinitas dalam pembelajaran, tetapi lebih menciptakan program-program pengembangan yang profesional. Upaya tersebut merupakan implikasi dari reformasi pendidikan dengan tujuan agar mampu mencapai peningkatan perolehan hasil belajar siswa secara memadai. Bermula dari kelas-kelas yang pada umumnya heterogen, maka melaksanakan pembelajaran pada kelas yang demikian merupakan suatu tantangan bagi setiap guru atau dosen. Tantangan terberat adalah bagaimana guru dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran yang menjamin hak setiap siswa untuk memperoleh pembelajaran yang bermakna. Untuk mengatasi dampak dari keheterogenan siswa, diperlukan strategi pembelajaran yang memberi lebih banyak peluang kepada mahasiswa untuk dapat saling belajar dari siswa lain. Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah strategi pembelajaran kolaboratif. Menurut Slavin 2007 pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok, namun tujuannya bukan untuk mencapai kesatuan yang didapat melalui kegiatan kelompok, dan para siswa dalam kelompok didorong untuk menemukan beragam pendapat atau pemikiran yang dikeluarkan oleh tiap individu dalam kelompok. Pembelajaran tidak terjadi dalam kesatuan, namun pembelajaran merupakan hasil dari keragaman atau perbedaan. Pada dasarnya pembelajaran kolaboratif merujuk pada suatu metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat performa yang berbeda heterogen bekerja bersama dalam suatu kelompok kecil. Setiap siswa ikut bertanggung jawab terhadap pembelajaran siswa yang lain, sehingga kesuksesan seorang siswa diharapkan dapat membantu siswa lain untuk menjadi sukses Gokhale, 1995. Kesuksesan dalam praktek-praktek pembelajaran memiliki sifat-sifat yang didukung oleh partisipasi siswa aktif, praktikum, perbedaan-perbedaan individu, konteks-konteks yang realistik dan interaksi sosial. Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Pembelajaran kolaboratif menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu, yaitu: 1 realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas