DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Data Nilai Rata-rata Mata Pelajaran Fisika Kelas VIII 6
Tabel 2.1. Sintaks Model Berdasarkan Masalah
24 Tabel 2.2.
Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Piaget 33
Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Langsung
38 Tabel 2.4.
Perbedaan Teacher Centered dengan Student Centered 39
Tabel 2.5. Pelaksanaan Kolaboratif dalam Pembelajaran
45 Tabel 2.6.
Penelitian Terdahulu 55
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian
66 Tabel 3.2.
Desain Penelitian ANAVA Factorial 2x2 66
Tabel 3.3. Spesifikasi Tes Hasil Belajar
70 Tabel 3.4.
Aspek Sikap Ilmiah 71
Tabel 3.5. Kriteria Koefisien Validitas 74
Tabel 3.6. Uji Validitas Tes Hasil Belajar
75 Tabel 3.7
Uji Validitas Sikap Ilmiah 75
Tabel 3.8. Kriteria Koefisien Reliabilitas
76 Tabel 3.9.
Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar 77
Tabel 3.10. Uji Reliabilitas Sikap Ilmiah 77
Tabel 3.11. Kriteria Tingkat Kesukaran 78
Tabel 3.12. Hasil Tingkat Kesukaran Tes 79
Tabel 3.13 Kriteria Interpretasi Daya Pembeda 80
Tabel 3.14 Hasil Tingkat Kesukaran Tes 80
Tabel 3.15. Rancangan Anava Untuk Mengetahui Interaksi antara Hasil Belajar Model PBL dan Sikap Ilmiah
84 Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
90 Tabel 4.2. Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
90 Tabel 4.3. Nilai Rata-rata Hasil Belajar pada Kategori Butir Soal
91 Tabel 4.4. Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa pada Kategori Ranah
Kogntif 92
Tabel 4.5. Data Sikap Ilmiah Siswa pada Kelompok Sampel 94
Tabel 4.6. Pengkategorian Sikap Ilmiah 95
Tabel 4.7 Data Sikap Ilmiah Siswa Pada Kelompok Sikap Ilmiah Tinggi dan Sikap Ilmiah Rendah
95 Tabel 4.8 Data Postes DI Berdasarkan Sikap Ilmiah
97 Tabel 4.9 Data Postes PBL BK Berdasarkan Sikap Ilmiah
97 Tabel 4.10 Data Postes Kedua Sampel Berdasarkan Sikap Ilmiah
Tinggi dan Sikap Ilmiah Rendah 98
Tabel 4.11 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Fisika Siswa 99
Tabel 4.12 Nilai Rata-rata Kemampuan Psikomotorik 100
Tabel 4.13 Data Nilai Afektif Siswa Kelas DI dan PBL 102
Tabel 4.14 Uji Normalitas Data Pretes Pada Kelompok Sampel 103
Tabel 4.15 Uji Normalitas Data Postes Pada Kelompok Sampel 104
Tabel 4.16 Uji Normalitas Gain Hasil Belajar Siswa pada Kelompok Sampel
104 Tabel 4.17 Normalitas Sikap Ilmiah Siswa pada Kelompok Sampel
105 Tabel 4.18 Hasil Uji Homogenitas Pretes
106 Tabel 4.19 Hasil Uji Homogenitas Postes
106 Tabel 4.20 Hasil Uji
–T Pretes 108
Tabel 4.21 Hasil ANAVA Faktorial 2 x 2 109
Tabel 4.22 Perbedaan Hasil Belajar Antar Kelompok berdasarkan Analisis Uji Tukey
113
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran 129
Lampiran 2. RPP Pertemuan I 131
Lampiran 3. Bahan Ajar Pertemuan I 142
Lampiran 4. Lembar Kerja Siswa Pertemuan I 147
Lampiran 5. RPP Pertemuan II 151
Lampiran 6. Bahan Ajar Pertemuan II 162
Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Pertemuan II 167
Lampiran 8. RPP Pertemuan III 170
Lampiran 9. Bahan Ajar Pertemuan III 179
Lampiran 10. Lembar Kerja Siswa Pertemuan III 189
Lampiran 11. Lembar Observasi Penilaian Psikomotorik 192
Lampiran 12. Lembar Observasi Penilaian Afektif 195
Lampiran 13. Tabel Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar 197
Lampiran 14. Lampiran Angket Sikap Ilmiah Siswa 206
Lampiran 15. Tabel Validasi Instrumen Hasil Belajar 208
Lampiran 16. Tabel Reliabilitas Instrumen Hasil Belajar 209
Lampiran 17. Tabel Taraf Kesukaran Instrumen Hasil Belajar 210
Lampiran 18. Tabel Perhitungan Daya Pembeda Instrumen 211
Lampiran 19. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa dan Tingkat Sikap Sikap Ilmiah Siswa
212 Lampiran 20. Tabulasi Nilai Psikomotorik Kelompok Sampel
213 Lampiran 21. Tabulasi Nilai Afektif Kelompok Sampel
214 Lampiran 22. Hasil Angket Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen
215 Lampiran 23. Hasil Angket Sikap Ilmiah Kelas Kontrol
217 Lampiran 24. Deskripsi Output SPSS 19
219
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas
pembelajaran. Kualiatas pendidikan di Indonesia masih sangat rendah tingkat kompetisi dan relevansinya Parawansa, 2001. Menurut Education For All
Global Monitoring report, 2012 yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia menempati posisi ke-64 dari 120 negara.
UNESCO tersebut mengindikasikan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih relatif rendah. Sadar akan hasil pendidikan yang belum memadai, maka
banyak upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan. Upaya-upaya tersebut adalah melakukan perubahan atau revisi
kurikulum secara berkesinambungan, program Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP, Penataran Kerja Guru PKG, program kemitraan antara sekolah
dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, peningkatan kualifikasi guru dan dosen dan masih banyak program lain dilakukan untuk perbaikan hasil-hasil
pendidikan tersebut. Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada, upaya yang dapat dilakukan
berkenaan dengan peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah adalah mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik dan
memfasilitasi kebutuhan masyarakat akan pendidikan yang berkelanjutan tetapi pengemasan pendidikan sering tidak berjalan dengan hakikat belajar dan
pembelajaran. Dengan kata lain, reformasi pendidikan yang dilakukan di Indonesia masih belum seutuhnya memperhatikan konsepsi belajar dan
pembelajaran. Reformasi pendidikan seyogianya dimulai bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajar, bukan semata-mata pada hasil belajar Brook
Brook, 1993. Podhorsky Moore 2006 menyatakan, bahwa reformasi pendidikan hendaknya dimaknai sebagai upaya penciptaan program-program yang
berfokus pada perancangan kelas dengan teacher proof curikulum. Dengan demikian praktek pembelajaran benar-benar ditujukan untuk mengatasi kegagalan
siswa belajar. Praktek-praktek pembelajaran hanya dapat diubah melalui pengujian
terhadap cara-cara guru belajar dan mengajar serta menganalisis dampaknya terhadap perolehan belajar siswa. Agar hal ini terjadi, sekolah perlu menciptakan
suatu proses yang mampu memfasilitasi para guru untuk melakukan kajian terhadap materi pelajaran dan strategi-strategi mengajar secara sistematis,
sehingga dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan hasil belajar. Guru seyogianya mulai meninggalkan cara-cara rutinitas dalam pembelajaran, tetapi
lebih menciptakan program-program pengembangan yang profesional. Upaya tersebut merupakan implikasi dari reformasi pendidikan dengan tujuan agar
mampu mencapai peningkatan perolehan hasil belajar siswa secara memadai. Bermula dari kelas-kelas yang pada umumnya heterogen, maka melaksanakan
pembelajaran pada kelas yang demikian merupakan suatu tantangan bagi setiap guru atau dosen. Tantangan terberat adalah bagaimana guru dapat merancang dan
melaksanakan pembelajaran yang menjamin hak setiap siswa untuk memperoleh
pembelajaran yang bermakna. Untuk mengatasi dampak dari keheterogenan siswa, diperlukan strategi pembelajaran yang memberi lebih banyak peluang
kepada mahasiswa untuk dapat saling belajar dari siswa lain. Strategi pembelajaran yang dimaksud adalah strategi pembelajaran kolaboratif.
Menurut Slavin 2007 pembelajaran kolaboratif adalah pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelompok, namun tujuannya bukan untuk mencapai
kesatuan yang didapat melalui kegiatan kelompok, dan para siswa dalam kelompok didorong untuk menemukan beragam pendapat atau pemikiran yang
dikeluarkan oleh tiap individu dalam kelompok. Pembelajaran tidak terjadi dalam kesatuan, namun pembelajaran merupakan hasil dari keragaman atau perbedaan.
Pada dasarnya pembelajaran kolaboratif merujuk pada suatu metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat performa yang berbeda heterogen bekerja bersama
dalam suatu kelompok kecil. Setiap siswa ikut bertanggung jawab terhadap pembelajaran siswa yang lain, sehingga kesuksesan seorang siswa diharapkan
dapat membantu siswa lain untuk menjadi sukses Gokhale, 1995. Kesuksesan dalam praktek-praktek pembelajaran memiliki sifat-sifat yang didukung oleh
partisipasi siswa aktif, praktikum, perbedaan-perbedaan individu, konteks-konteks yang realistik dan interaksi sosial.
Pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran. Pembelajaran kolaboratif menambah
momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu, yaitu: 1 realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas