Penyimpanan Vaksin Pemberian suntikan Pencatatan Imunisasi

Mansjoer, dkk 2000, dalam Maryunani, 2010 mengatakan bahwa Tuberculosis adalah penyakit akibat infeksi kuman mycobacterium tuberculosis sistemis, sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh dan lokasi terbanyak diparu yang merupakan lokasi infeksi primer Maryunani, 2010.

F. Penyimpanan Vaksin

Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati yang mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap perbedaan suhu. Oleh karena itu harus diperhatikan syrat - syarat penyimpanan dan transportasi vaksin untuk menjamin kotensinya ketika diberikan kepada seorang anak. Rantai vaksin adalah rangkaian proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien. Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2 o C sd 8 o C, diatas suhu 8 o C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio hanya bertahan 2 hari, vaksin BCG dan Campak yang belum dilarutkan mati dalam tujuh hari. Vaksin polio oral yang belum dibuka lebih bertahan lama 2 tahun bila disimpan pada suhu -25 o C sd -15 o C, namum hanya bertahan 6 bulan pada suhu +2 o C sd +8 o C Satgas, 2008. Hal-hal Yang dapat merusak vaksin dan komposisi vaksin yaitu: 1.panas dapat merusak semua vaksin. 2.Sinar matahari dapat merusak BCG. 3. Pembekuan toxoid. 4. Desinfeksiantiseptic : sabun Marimbi, 2010. 18 Universitas Sumatera Utara

G. Pemberian suntikan

Sebagian besar suntik diberikan melalui suntikan intramuscular atau subkutan dalam. Kecuali pada dua jenis vaksin yaitu OPV diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal dalam kulit. Pada sebagian petugas kesehatan yang kurang berpengalaman memberikan suntikan subkutan dalam, dianjurkan memberikan dengan cara intra muscular Ranuh, 2008.

H. Teknik dan Ukuran Jarum

Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan trauma akibat suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali pakai dan steril. Sebagian besar vaksin harus disuntikan ke dalam otot. Penggunaan jarum yang pendek meningkatkan resiko terjadinya suntikan subkutan yang kurang dalam. Hal ini menjadi masalah untuk vaksin – vaksin yang inaktif inactivated. Standart jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, tetapi ada perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut : 1. Pada bayi yang kurang bulan ,dapat dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang 16 mm; 2. Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dipakai jarum ukuran 25 dengan panjang 16 mm, untuk bayi – bayi kecil dipakai ukuran 27 dengan panjang 12 mm; 3. Untuk suntikan intramuscular pada orang dewasa yang sangat gemuk obese dipakai jarum ukuran 23 dengan panjang 38 mm; 4. Untuk suntikan intradermal pada vaksinasi BCG dipakai jarum ukuran 25 – 27 dengan panjang 10 mm Ranuh, et al. 2008. 19 Universitas Sumatera Utara

I. Posisi anak dan Lokasi Suntikan

Vestus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian anterolateral paha. Vaksin disuntikan batas antara sepertiga otot bagian atas dan tengah yang merupakan bagian paling tebal dan padat. Jarum harus membuat sudut 45 o – 60 o terhadap permukaan kulit ; dengan jarum kearah lutut. Anak atau bayi diletakkan diatas meja periksa, dapat dipegang oleh orang tua pengasuh atau posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua. Celana popok bayi harus dibuka bila menutupi otot vastus lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian vaksin akan disuntikkan terlalu bawah daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi dan paha dipegang antara jempol dan jari – jari, sehingga mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya lebih lancar Ranuh, et al. 2008.

J. Pencatatan Imunisasi

Setiap bayi anak sebaiknya mempunyai dokumentasi imunisasi seperti kartu imunisasi yang dipegang oleh orang tua atau pengasuhnya. Setiap dokter atau tenaga paramedis yang memberikan imunisasi harus mencatat semua data – data yang relevan pada kartu imunisas. Data yang harus dicatat pada kartu imunisasi : 1. Jenis vaksin yang diberikan, termasuk nomor batch dan nama dagang; 2. Tanggal melakukan vaksinasi; 3. Efek samping bila ada; 4. Tanggal vaksinasi berikut; 5. Nama tenaga medis paramedic yang memberikan vaksin. Pentingnya kartu vaksinasi ini untuk menilai jenis dan jumlah vaksin yang diberikan dan bagaimana pemberian vaksinasi selanjutnya untuk pasien dengan imunisasi tidak lengkap dan cara mengejar catch up imunisasi yang tertinggal Ranuh,et al. 2008. 20 Universitas Sumatera Utara Sebelum memberikan vaksin cek identitas ampul, waktu kedaluarsa dan catat nomor batch. Pastikan bahwa injeksi adrenaline BP 1 dalam 1000 tersedia dalam kotak obat yang sewaktu – waktu dibutuhkan untuk mengatasi reaksi alergi Juffrie.M Iyan.D, 2008.

K. Standart Pelayanan Minimal SPM