Alasan Memilih Judul Latar Belakang Masalah

2 2. Santri Kata santri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI berarti 1 orang yg mendalami agama Islam; 2 orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh orang yg saleh; 3 Orang yang mendalami pengajiannya dalam agama Islam dengan berguru ketempat yang jauh seperti pesantren dan lain sebagainya.Santri yang dimaksud oleh penulis dalam hal ini adalah peserta didik TPA An-Nuur. 3. Taman Pendidikan Al-Qur’an Pengertian Taman Pendidikan Al Qur’an TPA adalah lembaga pendidikan Islam nonformal untuk anak-anak yang menjadikan santrinya mampu dan gemar membaca Al- Qur’an dengan benar sesuai ilmu tajwid sebagai target pokoknya, dapat mengerjakan shalat dengan baik, hapal sejumlah surat pendek dan ayat pilihan, serta mampu berdo’a dan beramal saleh. 5 Taman Pendidikan Al- Qur’an yang menjadi target penulis dalam penelitian ini adalah TPA An-Nuur Perum Taman Singkep Asri Sukabumi, Bandar Lampung.

B. Alasan Memilih Judul

1. Melihat dari visi lembaga TPA An-Nuur, yaitu “Menyiapkan santri TPA An- Nuur sebagai generasi yang beriman dan bertakwa, yang menjadikan Al- Qur’an sebagai bacaan utama dan pedoman hidupnya, dan berakhlak mulia. TPA adalah sebuah lembaga pendidikan luar sekolah yang memberikan 5 Hamdani, M.A. Dasar-Dasar Kependidikan, Bandung: CV PUSTAKA SETIA Cetakan ke 1 2001. hlm. 140 3 pengajaran tentang ilmu-ilmu ke-Islaman, yang di dalamnya mencakup pengajaran tentang bagaimana membaca Al- Qur’an yang baik dan benar, serta mengajarkan bagaimana santri berperilaku baik dalam kehidupan sehari- hari. 2. TPA An-Nuur memiliki program kurikuler seperti: Iqro’, membaca Al- Qur’an, pengetahuan tentang aqidah dan akhlak, dan lain-lain yang didukung oleh kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan peningkatan kemampuan membaca Al- Qur’an dan Penanaman akhlak demi menyiapkan generasi Qur’ani yang memiliki akhlak yang baik sebagaimana yang diajarkan oleh asatidz, namun jika dilihat di lapangan masih banyaknya santri yang memiliki akhlak kurang baik, dan hal ini merupakan permasalahan yang menarik untuk diteliti.

C. Latar Belakang Masalah

Setiap orang tua muslim menyadari bahwa pada hakekatnya anak adalah amanat Allah Swt. yang dipercayakan kepada dirinya. Kesadaran para orang tua muslim akan hakikat anak mereka sebagai amanat Allah SWT sepantasnya ini ditanggapi dengan penuh tanggung jawab. Setiap muslim pasti menyadari bahwa Allah SWT memerintahkan kepada hamba-Nya agar mengemban amanat itu dengan baik. Dan hukum mengemban amanat-Nya pun wajib bagi mereka. Dari sekian perintah Allah SWT yang berkaitan dengan amanat-Nya yang berupa anak, setiap orang tua wajib mengasuh dan mendidik anak-anak dengan baik dan benar, agar 4 mereka tidak menjadi anak-anak yang lemah iman dan tumbuh dewasa menjadi generasi yang shaleh. Inilah salah satu tanggung jawab orang tua. Dalam ajaran Islam pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan Islam. Para filsuf Islam merasa betapa pentingnya pendidikan anak-anak terutama dalam pendidikan akhlak. Mereka sependapat bahwa pendidikan anak-anak sejak dari kecil harus mendapat perhatian, seperti kata pepatah “belajar diwaktu kecil bagaikan mengukir diatas batu, belajar setelah tua bagaikan mengukir diatas air”. 6 Sehubungan dengan hakikat pendidikan yang menyelimuti penyelamatan fitrah Islamiah anak, perkembangan potensi pikir anak, potensi rasa, potensi kerja, dan sebagainya tentu tidak semua keluarga mampu menanganinya secara keseluruhan mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki orang tua misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan ilmu pengetahuan, dan keterbatasan lainnya. Oleh karena itu, dalam batas-batas tertentu orang tua dapat menyerahkan pendidikan anaknya kepada pihak luar baik kepada lembaga sekolah maupun lembaga dilingkungan masyarakat atau lembaga pendidikan nonformal jalur keagamaan seperti pesantren, majelis ta’lim, TPA, dan kursus-kursus serta lembaga lain di lingkungan masyarakat. Penyerahan anak kepada lembaga-lembaga tersebut bukan berarti memindah tangankan tanggung jawab orang tua tetapi sekedar penyerahan penanganan belaka. 6 Ahmad Syarifuddin. Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al- Qur’an, Jakarta: Gema Insani, 2004, hlm. 60. 5 Sekolah merupakan salah satu tempat pendidikan bagi anak. Sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah telah diatur dan terprogram menurut jenjang dan tingkatnya. Namun demikian pada kenyataannya banyak permasalahan yang timbul yang dapat ditemui dalam kegiatan sekolah. Berhasil dan tidaknya anak belajar di pengaruhi banyak faktor yaitu, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal mencakup kematangan atau pertumbuhan kecerdasan atau intelegensi, motivasi, minat dan bakat, serta pengalaman anak. Sedang faktor eksternal mencakup lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah dan perangkat pendidikan lainnya saling berkaitan. Di Indonesia pendidikan Agama adalah bagian integral dari pendidikan nasional sebagai satu kesatuan. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bert anggung jawab.” 7 Dari tujuan pendidikan nasional tersebut dapat dipahami bahwa salah satu ciri manusia Indonesia adalah beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia. Tujuan ini hanya dapat dicapai melalui Pendidikan 7 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, BAB II pasal 3 tentang Dasar, fungsi dan tujuan. 6 Agama yang intensif dan efektif. 8 Untuk hal ini pemerintah juga telah menetapkan peraturan tentang pendidikan keagamaan yaitu pada pasal 30 Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Pada ayat 3 dan 4 pasal 30 Undang- Undang tersebut di jelaskan bahwa: “Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, non formal dan informal. Pendidikan Keagamaan berbentuk pendidikan Diniyah, Pesantren, dan bentuk lain yang sejenis”. 9 Adanya peraturan tersebut menunjukan bahwa pemerintah juga memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan Agama. Realisasi dari peraturan tersebut salah satunya dapat dilihat dari berkembangnya sebuah lembaga Pendidikan non formal berupa TPA yaitu lembaga pendidikan non formal keagamaan untuk anak usia Sekolah Dasar. Lingkungan pendidikan non formal merupakan lembaga kemasyarakatan atau kelompok sosial di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peran dan fungsi edukatif. 10 Taman pendidikan Al- Qur’an merupakan salah satu bentuk pendidikan di jalur nonformal dalam masyarakat yang bercirikan Islami. 8 Zakiah Drajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2001, cet. Ke-2 hlm. 171 9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidiakan Nasional, pasal 30 ayat 3 dan 4. 10 Tirtarahardja, Umar La Sula. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 2000. hlm.179. 7 Menurut Chairani, TPA adalah sebuah sistem dan sarana pelayanan keagamaan yang dirancang khusus bagi anak-anak dan remaja muslim. 11 TPA dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan nonformal karena TPA merupakan salah satu jalur pendidikan di luar pendidikan formal seperti sekolah dimana TPA juga memiliki visi dan misi serta target dan tujuan pendidikan yang tersusun dan terorganisir serta pelaksanaannya memiliki struktur dan berjenjang. Seperti halnya yang dijelaskan dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 12 ”Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.” 12 Selain itu juga, dilihat dari ciri-cirinya, Taman Pendidikan Al- Qur’an sangatlah tepat apabila dikatakan sebagai lembaga pendidikan nonformal dibidang keagamaan. Hal ini berlandaskan pada UU sistem pendidikan nasional pasal 10 ayat 3 yang menjelaskan mengenai pendidikan non formal. “Pendidikan non formal adalah setiap kegiatan pendidikan yang diserenggarakan di luar sistem persekolahan, baik yang di lembagakan ataupun yang tidak dengan maksud memberi layanan kepada sasaran didik dalam rangaka mencapai tujuan belajar, yang kegiatan mengajarny a tidak harus berjenjang dan berkesinambungan”. 13 11 Chairani Dan Tasyifin, Buku Pedoman Pembinaan Dan Pengembangan TK Al-Q ur’an Badan Komonikasi Pemuda Indonesia, hlm.9 12 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidiakan Nasional, pasal 12. 13 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidiakan Nasional, pasal 10 ayat 3. 8 Keberadaan TPA diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif untuk menghadapai tantangan yang tengah dihadapi Umat Islam di Indonesia. Tantangan yang sedang dihadapi umat Islam di Indonesia saat ini terutama pada bidang Pendidikan dan moral keagamaan antara lain sebagai berikut : 1. Meningkatnya angka kebodohan Umat Islam terutama generasi mudanya dalam membaca Al Qur’an. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya lemahnya perhatian orang tua dalam membimbing putra- putrinya secara langsung, khususnya dalam pengajaran baca tulis Al Qur’an 2. Lemahnya sistem pendidikan agama pada jalur formal. Hal ini antara lain disebabkan karena sempitnya jam pelajaran agama sementara bahan pengajaran cukup luas. 14 Pertumbuhan dan perkembangan TPA cukup pesat dan semarak di Indonesia. Hal itu menunjukan adanya sambutan dan dukungan yang cukup baik dari masyarakat dan juga menunjukan kepedulian Umat dalam upaya pewarisan dan penanaman nilai keimanan dan ketakwaan bagi generasi mendatang. Keberadaan dan pertumbuhan lembaga tersebut cukup strategis ditengah-tengah tantangan umat Islam dan tuntutan pembangunan bangsa yang menempatkan asas keimanan dan ketaqwaan IMTAQ sebagai asas utamanya, disamping asas ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK. Terkait dengan pengaruh negatif lingkungan terhadap perkembangan jiwa seorang anak, maka peran orang tua sangatlah dibutuhkan untuk mengawasi, mengarahkan dan mengendalikan anak agar tidak terpengaruh dampak negatif dari 14 Syamsudin MZ. Kebijaksanaan Umum dan Kiat Sukses Pengelolaan TKTPA, Jakarta : LPPTK BKPRNI DKI JAYA, 1996, cet. Ke-3 hlm. 8-10 9 lingkungan. Tidak dapat dipungkiri bahwa anak sejak dini membutuhkan Penanaman akhlak agar nantinya tidak terseret arus yang menyesatkan perbuatan anak. Penanaman akhlak merupakan sesuatu yang sangat penting dalam seluruh proses pendidikan Islam yang meliputi, pembentukan pribadi muslim yang sempurna, baik secara intelektual, emosional, spiritual, maupun praktikalnya. Muh. Athiyah Al Abrasyi sangat menekankan pendidikan akhlak sehingga beliau mengatakan bahwa “ pendidikan akhlak adalah jiwa dari pendidikan Islam” 15 . Didalam hal ini juga Allah SWT. telah berfirman didalam Al- Qur’an Surat At- Tahrim, ayat: 6.                        Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat- malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. QS. At-Tahrim: 6 Dalam Penanaman akhlak, diharapkan anak nantinya dapat bersikap dan berperilaku yang baik dan benar tidak hanya mengetahui norma-norma yang ada dalam masyarakat, tetapi juga dapat melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari dengan ikhlas. Lingkungan yang tertib, aman jauh dari tindakan kemaksiatan dan adanya keharmonisan hubungan diantara keluarga, masyarakat akan mendukung anak untuk belajar dan bersikap kritis terhadap apa yang mereka alami dan 15 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 3. 10 sebaliknya anak yang tumbuh hidup di lingkungan keras penuh dengan kemaksiatan akan berpengaruh terhadap akhlaq anak tersebut. Para orang tua berharap anak-anak mereka dalam kehidupan sehari-hari berperilaku sesuai dengan ajaran agama. Seperti terlihat dalam teori “Tabula Rasa” yang dipelopori oleh John Locke yang menyatakan bahwa: “pendidikan adalah mempunyai pengaruh tidak terbatas karena anak didik diibaratkan sebagai selembar kertas bersih, yan g dapat ditulisi apa saja sesuai kehendak penulis”, baik buruknya seorang anak tergantung pada pendidikan yang diterimanya. 16 Dalam hal ini penulis akan memfokuskan pada Penanaman akhlak santri agar bias menjadi generasi yang berakhlakul karimah. Penulis lebih mementingkan pada Penanaman akhlak mulia atau Islami dalam pembatasan masalah ini, karena Penanaman akhlak merupakan hal pokok dalam kehidupan umat Islam, dimana sejak semula Rasulullah Saw sendiri menegaskan bahwa dirinya diutus untuk memperbaiki akhlak sebagai mana sabdanya yang artinya: “Dari Abi Hurairah r.a berkata, telah bersabda Rasulullah Saw: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. HR. Ibnu Sa’id. 17 Selanjutnya di dalam Al- Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 21 dinyatakan: 16 Zuhairini, Abdul, Ghofir, dkk. Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1993. hlm. 30. 17 Muhammad Faiz Al-Math, 1100 Hadits Terpilih, Gema Insani Press, Jakarta, 2000 hlm. 262 11                   Artinya: Sesungguhnya telah ada pada dirinya Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat ia banyak menyebut Allah”. 18 Ayat dan hadits diatas menegaskan akan pentingnya Penanaman akhlak kepada santri dan generasi muda sebagai bekal dan modal hidup dalam kehidupan bermasyarakat, karena dengan akhlak dan moral yang dimiliki oleh santri akan menentukan pola hidup dalam masyarakat. Nabi Muhammad Saw. bersabda: “Dari Anas r.a. berkata: Rasulullah Saw. bersabda: Muliakanlah anak-anak kalian dan perbaikilah budi pekerti mereka”. HR. At-Tirmidzi 19 Hadits diatas memberikan penegasan kepada para pendidik baik orang tua maupun lembaga pendidikan tentang tanggung jawabnya mendidik dan membentuk kepribadian atau akhlak anak-anak didiknya agar menjadi lebih baik, memiliki budi pekerti yang luhur dan berakhlak mulia. Akhlak meliputi budi pekerti, kesusilaan, sopan santun. 20 Sedangkan menurut Ibnu Maskawih sebagaimana dikutip oleh Mansur mendefinisikan akhlak dengan keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya 18 Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahannya, CV. Diponegoro, Semarang, 2000, hlm. 336 19 Imam As-Sayuthi, Jami’us Shaghir, An Nur Asia, Malaysia, 1956. hlm. 55 20 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005. hlm. 221 12 untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu. 21 Jadi akhlak adalah tingkah laku atau ikhwal yang menimbulkan dorongan dalam jiwa seseorang yang mengarah kepada kebaikan atau keburukan. Dengan demikian akhlak merupakan gambaran baik dan buruk yang diwujudkan dalam perbuatan atau tingkah laku seseorang. Menurut Jusminar Umar, akhlak yang melekat pada diri manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: 1. Akhlak mulia Akhlakul Karimah yaitu segala tingkah laku manusia yang baik, spontan dan terus menerus tanpa pamrih dari orang lain dengan mengharapkan ridha Allah SWT semata-mata. 2. Akhlak tercela Akhlakul Madzmumah yaitu segala tingkah laku manusia yang buruk, spontan dan keluar dari hati tidak ikhlas atau tidak dengan nama Allah SWT. 22 Lebih lanjut Nurul Zuriah memaparkan indikator-indikator yang melekat pada akhlak mulia dan akhlak tercela. Adapun indikator akhlak mulia pada anak usia 7-12 tahun adalah: 1 Taat kepada ajaran agama, seperti melaksanakan sholat. 2 Memiliki toleransi, seperti tidak suka menggangu teman. 3 Tumbuhnya disiplin diri, seperti mentaati peraturan. 4 Bertutur kata dan berbuat baik, seperti mengucapkan salam. 5 Gemar bersih dan kebersihan, seperti senang menjaga kebersihan lingkungan. 6 Gemar melakukan kebiasaan-kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari seper ti berdo’a sebelum dan sesudah belajar. 7 Memiliki tata karma dan sopan santun, seperti menghormati orang tua dan guru. 8 Senantiasa melaksanakan sifat-sifat terpuji, seperti senang membantu sesamanya. 9 Tumbuhnya kejujuran. 23 21 Ibid, hlm. 222 22 Jusminar Umar, Pendidikan Umum dan Pendidikan Akhlak, Departemen Agama Fakultaas Tarbiyah IAIN Raden Intan Bandar Lampung, 2004, hlm. 77. 13 Sedangkan indikator akhlak tercela, antara lain: 1 Nurani buruk, artinya hati yang tidak mendapat petunjuk dari Allah SWT 2 Niat buruk, seperti iri, dengki, putus asa dan lain-lain 3 Motivasi buruk, seperti ingin menang sendiri, ingin dipuji, ingin di dengar kelebihannya dan lain-lain 4 Pikiran buruk, seperti buruk sangka, iri melihat kesenangan orang lain dan lain-lain 5 Ucapan buruk, seperti mengolok-olok teman dan lain-lain 6 Perilaku buruk, seperti mengambil barang milik temannya dan lain-lain 7 Pengetahuan tidak sama dengan perilaku, seperti berkata bohong, tidak jujur dan lain-lain. 24 Berdasarkan pengertian dan indikator-indikator yang melekat pada akhlak baikmulia dan akhlak tercela diatas, dapat diketahui bahwa Penanaman akhlak pada TPA bertujuan untuk menanamkan pada diri santri agar terbiasa berperilaku baik dan menghindari perilaku tercela seperti berbohong, khianat, serta ucapan dan perilaku buruk lainnya. Akhlak mulia atau Islami ini menurut Muhammad Athiyah Al- Abrasyi yang dikutip oleh Abuddin Nata dalam bukunya yang berjudul Akhlak Tasawuf adalah merupakan jiwa dan tujuan pendidikan Islam. 25 Abdullah Nasih Ulwan mengajarkan beberapa metode sebagai upaya dalam mendidik akhlak santri, yaitu: 1. Keteladanan 2. Kebiasaan atau pembiasaan 3. Nasihat 4. Penghargaan dan hukuman. 26 23 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 200 24 Ibid, hlm. 201. 25 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, Cet. Keempat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 153 26 Abdullah Nasih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, Jilid 1, Asy Syifa, Semarang, 1981, hlm. 2. 14 Berdasarkan penjelasan diatas, dapat kita pahami bahwa dalam memberikan bimbingan keagamaan kepada santri harus memperhatikan tingkat usia dan kejiwaan santri, sehingga pendekatan yang dilakukan guru dalam upaya memberikan bimbingan akhlak kepada santrinya dapat diterima oleh santri dan mudah dipahami santri. Sebagai contoh dengan diselenggarakannya Taman Pendidikan Al- Qur’an di beberapa wilayah di Bandar Lampung khususnya di TPA An-Nuur Perum Taman Singkep Asri, akan memberi peluang kepada orang tua untuk memasukkan anaknya untuk mengikuti serta mendalami pendidikan Islam khususnya dalam rangka membina akhlaq anak, selain pendidikan yang telah diberikan dalam keluarga dan sekolah. Para orang tua mempunyai harapan yang besar pada TPA untuk dapat mendidik anak-anaknya dengan Akhlaqul Karimah akhlak yang baik, sehingga dapat dijadikan bekal bagi mereka dalam menjalani kehidupan dimasa mendatang. Berkaitan dengan persoalan di atas, dari hasil wawancara pra survey dengan guruustadz di TPA An- Nuur didapatkan informaasi bahwa: “Selama ini kami telah berusaha untuk mengarahkan dan membimbing akhlak kepada santri melalui: 1. Pengajaran agama seperti pendidikan akidah, ibadah dan akhlak, 2. Memberikan nasihat kepada santri agar berbuat baik dan mentaati peraturan TPA, 3. Memberikan tauladan yang baik agar mereka menjadi santri yang baik selalu patuh kepada guru, orang tua serta mengikuti segala macam aturan disiplin belajar di TPA dalam mengikuti serta memberikan hal yang berguna seperti nasehat, teguran, dan sebagainya 15 4. Memberikan bimbingan ekstra kurikuler seperti bimbingan thaharah, shalat, membaca Al- Qur’an dan bimbingan akhlak seperti cara bergaul dengan teman sebaya, orang yang lebih tua dan guru. 27 Melalui wawancara dengan salah satu Asatidz TPA An-Nuur ustadz Rizky, dia mengatakan bahwa: “Di Perum Taman Singkep Asri Sukabumi Bandar Lampung telah berdidi Taman Pendidikan Al- Qur’an yang berdiri pada tahun 2010 dengan jumlah santri pada saat ini yaitu 40 santri dan 2 Asatidz serta 1 ketua dan 2 pembina. Waktu kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung di TPA An-Nuur berdasarkan pra survey penulis meminta keterangan dari salah satu ustadzpengajar di TPA tersebut Suyarno, yaitu dilakukan selama enam hari dalam satu minggu, yaitu hari senin sampai hari sabtu. Sedangkan pembagian waktu belajar masih belum terorganisir atau belum dikelompokkan sesuai dengan kelas dan tingkatan santri. Selain itu juga dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di TPA An-Nuur belum sepenuhnya menggunakan metode pembelajaran seperti metode ceramah, tanya jawab, karyawisata, latihandrill, demonstrasi dan pemberian tugas yang mana metode-metode tersebut sesungguhnya dapat menjadi acuan supaya apa yang diajarkan dapat dipahami santri dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Syamsuddin MZ, dkk., yang mengemukakan bahwa: “Untuk kegiatan belajar mengajar di TKATPA hanya sejumlah metode tertentu saja yang mungkin diterapkan mengingat tingkat perkembangan santri-santri yang masih dini, yaitu usia 4-12 tahun. Penerapan metode pengajaran itupun harus 27 Suyarno, Ustadz TPA An-Nuur Perum Taman Singkep Asri Sukabumi Bandar Lampung, Wawancara, tanggal 27 Februari 2016. 16 dilandasi prinsip “bermain sambil belajar” atau “belajar sambil bermain”. Adapun metode pengajaran yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di TKATPA adalah sebagai berikut, metode ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi, latihandrill, pemberian tugas, kerja kelompok eksperimen, sosiodrama, simulasi, karyawisatastuditour, dll”. 28 Kegiatan yang telah dilaksanakan di TPA An-Nuur dalam mewujudkan generasi Qur’ani diantaranya ialah mengadakan lomba santri sholeh yang didalamnya ada lomba baca tulis dan hafalan surat-surat pendek, mengadakan santri kilat, renovasi-renovasi kurikulum alam pembelajaran baca tulis Al- Qur’an dan sudah dilaksanakan, ini bisa dilihat dengan adanya buku panduan untuk setiap kelas masing-masing yang disesuaikan dengan tujuan TPA, serta adanya materi akhlak serta kisah-kisah tauladan muslim di dalamnya. Ini sesuai dengan hasil wawancara tanggal 27 Februari 2016 dengan Suyarno. Dengan melihat uaraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar di TPA An-Nuur akan terlaksana dengan baik dengan didukung oleh berbagai pihak, diantaranya yaitu materi untuk mewujudkan santri TPA An- Nuur yang berakhlak mulia sangat menunjang dan usaha-usaha yang telah dilaksanakan pihak TPA An-Nuur telah mendukung dalam pembentukan akhlak santri. 28 Syamsuddin MZ. U, dkk., Panduan Kurikulum dan Pengajaran TKATPA, LPPTKA BKPRMI Pusat, Jakarta, 1998, hlm. 63 17 Namun dari teori di atas dan dilihat keadaan yang ada di TPA An-Nuur, masih terdapat adanya kesenjangan, yaitu masih banyaknya akhlak santri yang kurang sesuain dengan ajaran Islam, seperti berbohong, mencoret-coret meja mengaji, ketika bertemu ustadz di jalan masih banyak santri yang tidak menyapa, kurang toleransi pada sesama kawan, ini bisa dilihat dari masih adanya santri yang suka bertengkar dengan sesamanya, dan ada yang masih gemar membantah oerintah orang tuanya di rumah. 29 Adapun tata tertib santri TPA An-Nuur adalah: 1. Mengucap salam ketika masuk kelas dan keluar kelas, 2. Disiplin dan rajin, 3. Mentaati tata tertib TPA, 4. Berpakaian busana muslimmuslimah, 5. Dilarang mengolok-olok, 6. Dilarang mencuri barang benda milik orang lain, 7. Bersalaman dengan ustadz ketika masuk dan keluar dari kelas, 8. Sopan santun dan jujur terhadap siapa saja, 9. Dilarang bermain atau rebut ketika sedang belajar, 10. Dilarang datang terlambat, 11. Dilarang mencoret-coret fasilitas TPA, 12. Dilarang berkelahi. 30 Tata tertib di atas merupakan acuan atau indikator yang diterapkan oleh TPA An-Nuur sebagai salah satu upaya membentuk akhlak santri yang baik dan disiplin. Namun berdasarkan hasil pra survey pada TPA An-Nuur berkenaan dengan tingkah laku atau akhlak santri yang berhubungan dengan pelaksanaan tata tertib TPA, ternyata masih banyak pelanggaran-pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh santri 29 Observasi, Tanggal 27 Februari 2016 30 Peraturan Tata tertib Santri TPA An-Nuur Perum Taman Singkep Asri Sukabumi, Bandar Lampung, dicatat tanggal 2 Juni 2015 18 seperti ribut saat melaksanakan ibadah dll. Sehingganya dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian mendalam guna mengetahui apa sajakah faktor pendorong dan penghambat Penanaman akhlak di TPA An-Nuur Pulau Singkep, Sukabumi Bandar Lampung.

D. Identifikasi dan Pembatasan Masalah